2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nama... NIP Tembusan: 2... *) coret yang tidak perlu **) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh PNS yang berangkutan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR TAHUN 2016

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Company LOGO PENYUSUNAN KODE ETIK APARATUR. M. ARIF ALDIAN, S.IP, M.Si

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

SURAT USULAN PEMBENTUKAN TIM PEMERIKSA

BAB I KETENTUAN UMUM

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 23, Tambahan Lembaran Neg

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

- - PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

2017, No profesi harus berlandaskan pada prinsip yang salah satunya merupakan kode etik dan kode perilaku; d. bahwa berdasarkan pertimbangan se

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

RAHASIA KEPUTUSAN..*) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

2017, No Meningat : 1. Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-06/M.

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA. No.745, 2016 BKPM. Tunjangan Kinerja. Jabatan. Kelas Jabatan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

2017, No Indonesia Nomor 5494); 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tam

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

2013, No

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENT ANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembar

KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

2016, No Kelas Jabatan di Lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentan

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 61 TAHUN 2017 SERI E.56

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.761, 2017 KEMENDIKBUD. Pengembang Teknologi Pembelajaran. Kode Etik. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (2) huruf k Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/2/M. PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan angka kreditnya, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kode Etik Pengembang Teknologi Pembelajaran; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

2017, No.761-2- Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/2/M.PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG KODE ETIK PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Kode Etik Pengembang Teknologi Pembelajaran yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah norma dasar dan asas sebagai landasan tingkah laku bagi Pengembang Teknologi Pembelajaran dalam melaksanakan tugasnya. 2. Pengembang Teknologi Pembelajaran yang selanjutnya disingkat PTP adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab dan wewenang untuk melakukan kegiatan pengembangan teknologi pembelajaran yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang. 3. Pelanggaran adalah sikap, prilaku, perbuatan, tulisan, dan ucapan PTP yang bertentangan dengan Kode Etik. 4. Mejelis Kehormatan Kode Etik yang selanjutnya disebut Majelis adalah tim yang bersifat ad hoc yang dibentuk di

-3-2017, No.761 lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan bertugas melaksanakan penegakan Kode Etik. 5. Terlapor adalah PTP yang diduga melakukan Pelanggaran Kode Etik. 6. Pelapor adalah seseorang yang menyampaikan dugaan terjadinya Pelanggaran Kode Etik oleh PTP kepada pejabat yang ditunjuk disertai dengan bukti-bukti. 7. Saksi adalah seseorang yang memberikan keterangan atas apa yang didengar, dilihat, dan dialami sendiri guna kepentingan pemeriksaan tentang dugaan Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh PTP. 8. Laporan adalah pemberitahuan secara tertulis yang disampaikan kepada Pejabat yang ditunjuk tentang dugaan terjadinya Pelanggaran Kode Etik. 9. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk. BAB II TUJUAN Pasal 2 Kode Etik bertujuan: a. meningkatkan integritas, kompetensi, dan profesionalisme; dan b. meningkatkan kerja sama, kepaduan komunikasi sejawat, reputasi, dan karakter PTP. BAB III RUANG LINGKUP KODE ETIK Pasal 3 Kode Etik meliputi: a. etika terhadap diri sendiri; b. etika terhadap pembelajar; c. etika terhadap masyarakat; d. etika terhadap sejawat; dan e. etika terhadap organisasi profesi.

2017, No.761-4- Pasal 4 Etika terhadap diri sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, diwujudkan dalam sikap: a. jujur; b. kreatif dan inovatif; c. profesional; d. kolaboratif; e. mandiri; f. belajar sepanjang hayat; dan g. terbuka terhadap perubahan. Pasal 5 Etika terhadap pembelajar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diwujudkan dalam sikap: a. menyediakan layanan pembelajaran tanpa diskriminasi; b. menyediakan konten pembelajaran yang bebas unsur SARA, radikalisme, dan pornografi; c. menyediakan konten pembelajaran yang mampu memfasilitasi proses belajar siswa; dan d. menyediakan konten pembelajaran yang sesuai dengan nilainilai budaya bangsa. Pasal 6 Etika terhadap masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, diwujudkan dalam sikap: a. netral dan tidak diskriminatif dalam memberikan layanan pembelajaran terhadap masyarakat; dan b. terbuka dalam melayani kebutuhan pembelajaran masyarakat. Pasal 7 Etika terhadap sejawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d diwujudkan dalam sikap jujur dan profesional dalam memberikan penilaian kepada teman sejawat.

-5-2017, No.761 Pasal 8 Etika terhadap organisasi profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e, diwujudkan dalam sikap: a. mengutamakan kepentingan lembaga/organisasi daripada kepentingan pribadi; b. menghindari peyalahgunaan jabatan PTP dalam lembaga/organisasi untuk kepentingan pribadi dan golongan; c. menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan lembaga/organisasi; dan d. menghindari konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya. BAB IV MAJELIS Pasal 9 (1) Majelis dibentuk oleh Pejabat yang Berwenang untuk memeriksa dugaan adanya Pelanggaran Kode Etik. (2) Keanggotaan Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berjumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 7 (tujuh) orang, yang terdiri atas: a. 1 (satu) satu orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan c. 3 (tiga) atau 5 (lima) orang sebagai anggota. (3) Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a bertanggung jawab memimpin pelaksanaan persidangan pemeriksaaan terhadap dugaan adanya Pelanggaran Kode Etik. (4) Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b bertanggung jawab dalam melakukan surat-menyurat dan pencatatan terkait pelaksanaan pemeriksaan terhadap dugaan adanya Pelanggaran Kode Etik. (5) Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c bertanggung jawab dalam membantu Ketua dalam pelaksanaan pemeriksaan terhadap dugaan adanya Pelanggaran Kode Etik.

2017, No.761-6- (6) Pangkat dan jabatan anggota Majelis tidak boleh lebih rendah dari pangkat dan jabatan PTP yang diperiksa. (7) Majelis yang ditunjuk tidak boleh memiliki konflik kepentingan dengan PTP Terlapor atau perkara yang menjadi objek pemeriksaan. (8) Masa tugas Majelis berakhir pada saat penjatuhan putusan pemeriksaan dugaan Pelanggaran Kode Etik. (9) Putusan Majelis atas pemeriksaan dugaan Pelanggaran Kode Etik bersifat final. Pasal 10 Majelis bertugas: a. melakukan persidangan untuk pemeriksaan dugaan Pelanggaran Kode Etik dan penjatuhan sanksi; b. memeriksa Saksi, ahli, PTP Terlapor, dan bukti-bukti lainnya yang dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan; c. mendengarkan pembelaan diri dari PTP Terlapor; d. menyampaikan keputusan sidang Majelis kepada Pejabat yang Berwenang; dan e. menyusun Laporan hasil pemeriksaan tentang dugaan adanya Pelanggaran Kode Etik yang dituangkan dalam Laporan hasil pemeriksaan. Pasal 11 Majelis dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 berwenang: a. meminta keterangan dari pihak lain atau pejabat lain yang dipandang perlu; b. memutuskan PTP Terlapor terbukti atau tidak terbukti melakukan Pelanggaran; dan c. memberikan sanksi moral jika PTP Terlapor terbukti melakukan Pelanggaran Kode Etik. Pasal 12 Format Berita Acara Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b dan Laporan Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf e tercantum dalam Lampiran

-7-2017, No.761 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB V TATA CARA PENEGAKAN PELAPORAN KODE ETIK Pasal 13 (1) Penanganan Pelanggaran Kode Etik dimulai dengan adanya Laporan yang diajukan secara tertulis yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh Pelapor. (2) Penerimaan Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk. (3) Laporan yang dapat ditindaklanjuti harus didukung dengan bukti yang diperlukan. (4) Hasil pemeriksaan atas Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaporkan kepada Pejabat yang Berwenang. (5) Pejabat yang Berwenang membentuk Majelis untuk menindaklanjuti Laporan dimaksud. (6) Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah. (7) Sidang Majelis dilaksanakan secara cepat dan paling lama 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak hari sidang pemeriksaan pertama. Pasal 14 (1) PTP Terlapor wajib memenuhi panggilan Majelis. (2) PTP Terlapor berhak mendapatkan kesempatan untuk memberikan pembelaan diri atas Pelanggaran Kode Etik yang diduga dilakukannya. (3) Apabila PTP Terlapor tidak memenuhi panggilan Majelis tanpa alasan yang sah maka dilakukan pemanggilan kedua sampai ketiga, panggilan dituangkan dalam surat panggilan dengan format tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

2017, No.761-8- (4) Apabila sampai pemanggilan ketiga PTP Terlapor tidak memenuhi panggilan maka pemeriksaan tetap dilakukan oleh Majelis tanpa kehadiran PTP Terlapor. BAB VI SANKSI Pasal 15 (1) Setiap PTP yang terbukti melakukan Pelanggaran Kode Etik dikenakan sanksi. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas: a. ringan; b. sedang; dan c. berat. (3) Sanksi ringan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, berbentuk: a. permohonan maaf dituangkan dalam surat pernyataan permohonan maaf; b. pernyataan penyesalan dituangkan dalam surat pernyataan penyesalan. (4) Sanksi sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b berbentuk pengumuman secara terbuka melalui upacara bendera, atau papan pengumuman oleh Pejabat yang Berwenang. (5) Sanksi berat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berbentuk: a. pengumuman melalui media masa; b. diusulkan kepada Pejabat yang Berwenang untuk diproses pemeriksaaan Pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 16 (1) Sanksi dijatuhkan oleh Pejabat yang Berwenang. (2) Pejabat yang Berwenang dapat mendelegasikan penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pejabat

-9-2017, No.761 lain di lingkungannya paling rendah pejabat struktural eselon III atau atasan langsungnya. (3) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender sejak tanggal penerimaan putusan Majelis oleh Pejabat yang Berwenang. BAB VII KETENTUAN LAIN Pasal 17 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaporan dugaan Pelanggaran Kode Etik tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

2017, No.761-10- Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 2017 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, ttd MUHADJIR EFFENDY Diundangkan di Jakarta pada tanggal 30 Mei 2017 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd WIDODO EKATJAHJANA

-11-2017, No.761 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 21TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN A. FORMAT BERITA ACARA PEMERIKSAAN RAHASIA BERITA ACARA PEMERIKSAAN Pada hari ini.... tanggal... a), kami: 1. a. Nama :... b) b. NIP :... c. Pangkat/Golongan Ruang :... d. Jabatan :... e. Unit Kerja :... 2. a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan Ruang :... d. Jabatan :... e. Unit Kerja :... 3. a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan Ruang :... d. Jabatan :... e. Unit Kerja :... 4. a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan Ruang :... d. Jabatan :... e. Unit Kerja :... 5. a. Nama :... b. NIP :... c. Pangkat/Golongan Ruang :...

2017, No.761-12- d. Jabatan :... e. Unit Kerja :... dst.... c) berdasarkan Keputusan... d) Nomor...... tanggal... e) tentang Pengangkatan Majelis, untuk melakukan pemeriksaan terhadap: Nama :... f) NIP :... Pangkat/Golongan Ruang :... Jabatan :... Unit Kerja :... 1. Pertanyaan: Apakah Saudara telah menerima surat panggilan? 1. Jawaban:.... 2. Pertanyaan: Apakah Saudara mengerti maksud pemanggilan tersebut? 2. Jawaban:.... 3. Pertanyaan: Apakah Saudara dalam keadaan sehat dan bersedia diperiksa? 3. Jawaban:.... 4. Pertanyaan:

-13-2017, No.761 Apakah Saudara bersedia memberikan keterangan dengan sejujurjujurnya? 4. Jawaban:.... 5. Pertanyaan: Sejak kapan Saudara bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan? 5. Jawaban:.... 6. Pertanyaan: dst... dikembangkan sendiri oleh Majelis sesuai dengan dugaan Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh yang bersangkutan. 6. Jawaban:.... 7. Pertanyaan: Apakah selama pemeriksaan Saudara merasa ditekan? 7. Jawaban:.... 8. Pertanyaan: Apakah yang Saudara sampaikan tadi benar sesuai dengan sebenarnya terjadi?

2017, No.761-14- 8. Jawaban:..... 9. Pertanyaan: Apabila diperlukan, kami akan meminta keterangan lagi. Kalau misalnya diminta keterangan lagi kira-kira Saudara bersedia? 9. Jawaban:... 10. Pertanyaan: Kira-kira ada hal-hal yang ingin Saudara tambahkan untuk mempermudah kami dalam pertimbangan? 10. Jawaban:.

-15-2017, No.761 Demikianlah Berita Acara Pemeriksaan ini dibuat dengan sesungguhnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya....,... g) Yang diperiksa: Majelis:... h)... i) NIP NIP......... NIP...... NIP...... dst... i) PETUNJUK PENGISIAN a) Hari dan tanggal dilakukannya pemeriksaan (ditulis dengan huruf) b) Identitas Anggota-anggota Majelis c) dan i) Disesuaikan dengan jumlah anggota Majelis d) Keputusan Pejabat yang Berwenang e) Nomor dan tanggal SK Pengangkatan Majelis f) Identitas yang diperiksa g) Tempat dan tanggal pemeriksaan h) Nama dan NIP yang diperiksa i) Nama dan NIP anggota Majelis

2017, No.761-16- B. FORMAT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN TENTANG DUGAAN PELANGGARAN KODE ETIK A.N..... a) A. Identitas yang diperiksa b) Nama : NIP : Pangkat : Golongan Ruang : Jabatan : Unit Kerja : 3. Dasar Pemeriksaan 1. Keputusan...... c) Nomor...... tanggal...... d) tentang Pengangkatan Majelis. 2. Majelis e) a.... Ketua Majelis b.... Sekretaris Majelis c.... Anggota Majelis dst... f) 2 Permasalahan Dugaan/indikasi adanya Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan Saudara.. g) berupa. h) 3 Waktu dan Tempat Pemeriksaan i) 1. Waktu :... 2. Tempat :... E. Pertimbangan Hukum 1. Hasil pemeriksaan... j) 2. Dokumen... k) 3. Dasar Hukum Pelanggaran... l) 4. Analisis... m)

-17-2017, No.761 F. Hal-hal yang Meringankan dan yang Memberatkan 1. Hal-Hal yang Meringankan... n) 2. Hal-Hal yang Memberatkan... o) G. Kesimpulan... p) H. Rekomendasi Setelah mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan memberatkan, kami merekomendasikan Sdr.... q) dijatuhi sanksi berupa: 1...., dan/atau r) 2.... dst. I. Penutup Demikian Laporan Hasil Pemeriksaan ini kami sampaikan sebagai bahan masukan bagi pejabat yang berwenang dalam mengambil keputusan....,... s) Ketua Majelis,... NIP.... t) PETUNJUK PENGISIAN a) Nama yang diperiksa dan unit kerja b) Identitas yang diperiksa c) Keputusan Pejabat yang Berwenang d) Nomor dan tanggal SK Pengangkatan Majelis e) Nama-nama dalam keanggotaan Majelis f) Disesuaikan dengan jumlah anggota Majelis g) dan q) Nama yang diperiksa h) Dugaan Pelanggaran Kode Etik yang dilakukan i) Waktu dan tempat pemeriksaan j) Hasil Pemeriksaan k) Dokumen pendukung l) Dasar hukum Pelanggaran m) Hasil analisis

2017, No.761-18- n) Hal-hal yang menjadi pertimbangan dapat meringankan sanksi yang akan diberikan o) Hal-hal yang menjadi pertimbangan dapat memberatkan sanksi yang akan diberikan p) Kesimpulan hasil pemeriksaan r) Pilihan sanksi yang direkomendasikan s) Tempat dan tanggal pembuatan Laporan t) Nama dan NIP Ketua Majelis

-19-2017, No.761 C. FORMAT SURAT PANGGILAN RAHASIA SURAT PANGGILAN NOMOR: a) 1. Bersama ini diminta dengan hormat kehadiran Saudara: b) Nama :... NIP :... Pangkat/Golongan Ruang :... Jabatan :... Unit Kerja :... untuk menghadap kepada: c) Nama :... NIP :... Pangkat/Golongan Ruang :... Jabatan :... Kedudukan dalam Majelis : Ketua Majelis pada d) Hari : Tanggal : Pukul : Tempat : :...... :...... :...... :...... Guna didengar keterangannya/kesaksiannya e) sehubungan dengan dugaan Pelanggaran Kode Etik terhadap Pasal... f) huruf... g) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor... Tahun... 2. Demikian untuk dilaksanakan....,... h) Ketua Majelis NIP...... i)...

2017, No.761-20- PETUNJUK PENGISIAN a) Nomor Surat Panggilan b) Identitas yang diperiksa c) Identitas Ketua Majelis d) Keterangan waktu dan tempat pemeriksaan e) Coret yang tidak perlu f) Pasal yang diduga dilanggar oleh PNS yang diduga melakukan Pelanggaran Kode Etik g) Huruf pada pasal yang diduga dilanggar oleh yang diperiksa h) Tempat dan tanggal pembuatan surat panggilan i) Nama dan NIP Ketua Majelis

-21-2017, No.761 D. Tata Cara Pelaporan Dugaan Pelanggaran Kode Etik No Kegiatan Masyarakat Pejabat Yang Berwenang 1 Melaporkan adanya dugaan pelanggaran kode etik PTP yang dilakukan oleh Pejabat PTP disertai dengan buktibukti. 2 Memeriksa identitas pelapor, PTP Terlapor serta bukti-bukti yang ada. Majelis Kode Etik 3 Membentuk Makelis Kode Etik untuk memeriksa dugaan pelanggaran kode etik PTP 4 Memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran kode etik PTP 5 Menyerahkan hasil putusan untuk ditindaklanjuti 6 Melaksanakan Putusan Majelis Kode Etik 1. Masyarakat mengadukan adanya dugaan pelanggaran Kode Etik PTP disertai dengan bukti-bukti. Aduan ditujukan kepada pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang disini adalah Pejabat Pembina Kepegawaian. 2. Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja, pejabat yang berwenang menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran kode etik dengan memeriksa identitas pelapor, identitas Pejabat PTP Terlapor juga bukti-bukti yang ada. 3. Setelah itu Pejabat yang Berwenang membentuk Majeleis Kode Etik untuk memeriksa dan memutus dugaan pelanggaran kode etik PTP. Majelis Kode Etik PTP ini bersifat ad hoc dan berakhir masa tugasnya setelah putusan dijatuhkan. 4. Majelis Kode Etik memeriksan semua pihak-pihak yang berperkara juga menanyai saksi-saksi. Berdasarkan hasil pemeriksaan dan keterangan saksisaksi Majelis Kode Etik menyimpulkan pelanggaran kode etik yang telah diperbuat oleh Pejabat PTP Terlapor dan menjatuhkan hukuman sesuai peraturan perundang-undangan. Pemeriksaan dan Putusan dilakukan maksimal 30 (tiga puluh) hari kerja.

2017, No.761-22- 5. Setelah Putusan dijatuhkan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja putusan harus diserahkan kepada Pejabat yang Berwenang untuk ditindaklanjuti. 6. Pejabat yang berwenang melaksanakan putusan Majelis Kode Etik paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja. MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, ttd MUHADJIR EFFENDY