I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara

R 1 O 1 X 1 O 2 R 2 O 1 X 2 O 2

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. dan terkontrol (khususnya datang dari sekolah), sehingga dia dapat. memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP OLEH SISWA. (Artikel) Oleh. Sefty Goestira

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan yang memadai, maka seorang peserta didik dapat

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I. PENDAHULUAN. belajar. Membelajarkan siswa yaitu membimbing kegiatan siswa belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sekedar penguasaan. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Agustina,2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan. seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa

I. PENDAHULUAN. Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang meliputi ranah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kualitas kehidupan

I. PENDAHULUAN. Umumnya proses pembelajaran di SMP cenderung masih berpusat pada guru

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 19 orang siswa mendapat nilai di bawah 65 atau 47,5%. Sedangkan nilai

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

I. PENDAHULUAN. yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang penting bagi manusia, karena melalui

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

I. PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungan. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan saja

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci utama dalam kehidupan suatu bangsa, karena

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. optimum hendaknya tetap memperhatikan tiga ranah kemampuan siswa yaitu

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal. ilmu kepada siswa, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

I. PENDAHULUAN. tersebut Kosasih Djahiri (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 2) makna bahwa pendidikan harus dilakukan oleh usaha sadar manusia

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin berkembang, Hal ini menuntut setiap individu untuk dapat. kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

I. PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya.

I. PENDAHULUAN. dengan guru, siswa dengan lingkungan, dan siswa dengan sesamanya serta siswa. dan penyampaian (media informasi pendidikan) yang tepat.

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Menurut UU Sisdiknas

I. PENDAHULUAN. ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran pada. banyak menggunakan model pembelajaran yang kurang efektif yang

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang. dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Nur aini Dwiandini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 1 di

I. PENDAHULUAN. agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

yang ditetapkan di sekolah yaitu 100% siswa memperoleh nilai 65.

I. PENDAHULUAN. globalisasi yang berkembang sangat pesat diperlukan praktek pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, yang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sesungguhnya merupakan cara memperoleh

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan. pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5). Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada pasal 1 ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003: 1). Pada proses pendidikan, guru merupakan salah satu faktor utama untuk menyampaikan pengetahuan, membimbing siswa untuk mendapatkan, mengubah, dan mengembangkan keterampilan serta sikap. Oleh karena itu, guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang optimal sehingga tugas mengajar dapat berjalan dengan efektif. Untuk mengembangkan iklim belajar, sebaiknya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilannya. Jadi, tugas guru bukan hanya memberi pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang

2 menggiring siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep diri. Biologi berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari. Belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan dan mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup yang mengkaji proses kehidupan makhluk dari yang terkecil hingga yang terbesar. Biologi merupakan salah satu ilmu sains atau sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pendidikan IPA atau sains diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (BSNP, 2006: 271). Melihat pentingnya biologi dan peranannya tersebut, maka peningkatan mutu pembelajaran harus selalu diupayakan. Salah satu upaya peningkatan mutu pembelajaran di sekolah adalah penggunaan perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan standar isi yang telah ditetapkan. Selain itu, menyiasati agar proses pembelajaran menjadi lebih aktif. Menurut (Hakim,2008: 54) pembelajaran aktif adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan mata pelajaran yang dipelajarinya sehingga penguasaan konsep siswa akan meningkat. Dalam proses pembelajaran, Salah satu upaya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah dengan pemberdayaan Keterampilan Proses Sains siswa.

3 Keterampilan proses sains (KPS) adalah bagian dari life skills (kecakapan hidup) yang telah diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan. Hal ini secara eksplisit telah dirumuskan pada latar belakang Standar Isi KTSP untuk mata pelajaran IPA SMP/MTs (BSNP, 2006: 377) yang menegaskan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung dengan penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah, sehingga pada proses pembelajaran siswa belajar aktif. Kenyataan yang terjadi di sekolah, tampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan keterampilan proses sains dengan baik. Hal ini dapat terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa kurang cermat dalam mengobservasi atau mengidentifikasi suatu masalah, selain itu mereka juga masih kesulitan untuk mengklasifikasi dan menginterpretasi data yang diberikan guru, akibatnya kesimpulan yang mereka ambil pun menjadi kurang tepat. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi peneliti di SMP Negeri 1 Gedongtataan. Hasil observasi yang didapat membuktikan bahwa pembelajaran yang berlangsung belum mendukung tercapainya hasil belajar berupa penguasaan konsep oleh siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Selain itu juga penggunaan metode dan media yang bervariasi sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran masih jarang dilakukan. Guru

4 jarang menggunakan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Padahal salah satu kelemahan tanpa menggunakan media adalah kurang mewakili keberadaan objek yang sesungguhnya karena hanya dapat membayangkan saja. Siswa tidak terbiasa dihadapkan pada kegiatan pengamatan atau penyelidikan untuk membuktikan konsep atau memperoleh pengetahuan. Hasil wawancara dengan guru IPA SMP Negeri 1 Gedongtataan, menyebutkan bahwa pembelajaran dengan metode diskusi sebenarnya sudah pernah diterapkan dalam proses pembelajaran tetapi tidak dapat berjalan dengan efektif. Para guru beranggapan bahwa siswa SMP Negeri 1 Gedongtataan tidak memiliki kemampuan akademik yang cukup untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi. Oleh karena itu selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah, merangkum, dan latihan soal. Metode-metode seperti ini diduga kurang memfasilitasi siswa untuk mengembangkan KPS yang dimilikinya. Kurang optimalnya KPS siswa inilah yang diduga menyebabkan penguasaan konsep belum sepenuhnya berhasil. Hal ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa kelas VII semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada materi pokok klasifikasi makhluk hidup yaitu 46,5 dengan 22,8% yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sementara KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 70. Materi Klasifikasi Tumbuhan dipilih dalam penelitian ini, karena penyampaiannya selama ini kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, dan keterampilan proses Sains siswa dapat dikembangkan dengan kajian yang

5 berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, Sehingga dapat memberdayakan keterampilan proses sains. Untuk mengatasi masalah tersebut maka diperlukan pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan aktivitas sendiri. Salah satunya adalah penggunaan media realia melaui metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran. Media realia adalah benda yang masih dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, mungkin hidup (tumbuhan atau binatang), dalam ukuran yang sebenarnya dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya (Uno, 2007: 117). Media realia dianggap cocok karena dengan media realia akan memberikan kesan pengalaman langsung pada diri siswa. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitasnya. Dengan pengalaman langsung akan melibatkan banyak indera seperti indera penglihatan, pendengaran, perasaan, penciuman, dan peraba. Pembelajaran semacam ini sangat bermanfaat sebab dengan mengalami secara langsung kemungkinan kesalahan persepsi akan dapat dihindari dan juga kecenderungan terhadap hasil yang diperoleh siswa, siswa semakin konkret sehingga akan memiliki ketepatan yang tinggi (Sanjaya, 2009: 200). Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian Ikawati (2010: 55) menunjukkan bahwa penggunaan media realia dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negri 01 Ngadiluwih Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. Hal tersebut juga didukung oleh hasil penelitian Sutarya (2013: 49), bahwa pengguanaan media realia melalui model inkuiri

6 terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan materi siswa kelas VIII SMPN 19 Bandar Lampung pada materi pembelajaran Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Media Realia dengan Metode Diskusi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep oleh Siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan? 2. Apakah penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan? 3. Bagaimana tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.

7 2. Pengaruh penggunaan media realia dengan metode diskusi terhadap peningkatan penguasaan konsep siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. 3. Tanggapan siswa mengenai penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal yang sangat berharga sebagai calon guru biologi yang profesional. 2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan KPS dan penguasaan konsep siswa. 3. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai media realia dan metode diskusi kelompok sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih dan menerapkan media dan metode pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan KPS dan penguasaan konsep siswa. 4. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan dalam usaha meningkatkan mutu pembelajaran biologi sehingga akan memperbaiki sistem pembelajaran untuk masa yang akan datang. E. Ruang Lingkup Penelitian 1. Media realia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tumbuhan dan herbarium.

8 2. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode diskusi. 3. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian mencakup lima indikator yaitu: (1) observasi; (2) klasifikasi; (3) interpretasi; (4) komunikasi; dan (5) kesimpulan. 4. Penguasaan konsep yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi pokok Klasifikasi Tumbuhan. 5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Gedongtataan tahun pelajaran 2012/2013. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII D sebagai kelas eksperimen dan kelas VII F sebagai kelas kontrol. 6. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok Klasifikasi Tumbuhan. F. Kerangka Pikir Keterampilan proses sains (KPS) sangat penting dimiliki oleh siswa karena dengan keterampilan tersebut siswa terlatih untuk terampil dalam memperoleh dan memproses informasi dalam pikirannya sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah sehingga intelektual dan emosional siswa dapat berkembang. KPS sangat penting dalam menunjang proses perkembangan anak didik secara utuh karena dapat melibatkan segenap aspek psikologis anak yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor. Anak didik yang belajar dengan KPS tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga memperoleh kemampuan untuk menggali sendiri pengetahuan itu dari alam

9 bebas. Selain itu KPS juga dapat mengembangkan sikap ilmiah. Siswa perlu mengembangkan keterampilan proses sains yang dimilikinya. Guru memegang peranan penting dalam pengembangan keterampilan proses sains siswa. Pengembangan keterampilan proses sains siswa dapat dilatih dengan suatu kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu media dan metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam mengembangkan KPS yang dimilikinya, salah satunya dengan menggunakan media realia dan metode diskusi. Salah satu pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung pada diri siswa adalah digunakannya alat bantu dalam proses pembelajaran yaitu media realia. Media realia kemungkinan cocok digunakan dalam uraian materi pokok Klasifikasi Tumbuhan, dengan media realia pembelajaran akan menjadi bermakna sehingga sulit untuk dilupakan karena siswa terlibat langsung dalam pengamatan. Proses pembelajaran tidak lepas dari metode pembelajaran, karena metode pembelajaran merupakan cara dengan langkah-langkah yang khas untuk mencapai hasil yang optimal dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang menggunakan media realia kemungkinan akan cocok apabila dikolaborasikan dengan metode diskusi. Dengan metode diskusi siswa dirangsang menjadi lebih aktif, sedangkan media realia dijadikan sebagai objek dalam pengamatan. Variabel dalam penelitian ini adalah 1 variabel bebas dan 2 variabel terikat. Penggunaan media realia dengan metode diskusi sebagai variabel bebas

10 sedangkan Keterampilan proses sains sebagai variabel terikat 1 dan penguasaan konsep sebagai variabel terikat 2. Hubungan anatara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukan pada bagan dibawah ini. X Y1 Y2 Keterangan : X : Penggunaan media realia dengan metode diskusi Y1 : Keterampilan proses sains Y2 : Penguasaan konsep Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan terikat G. Hipotesis 1. Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh dalam meningkatkan KPS siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. 2. H 0 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. H 1 = Penggunaan media realia dengan metode diskusi berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan konsep oleh siswa pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan. 3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan media realia dengan metode diskusi pada Materi Pokok Klasifikasi Tumbuhan.