BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. diperuntukkan untuk rakyat. Pemilihan umum merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

I. PENDAHULUAN. pedesaan di masa demokrasi saat ini, terutama bagi pihak-pihak yang. motor penggerak bagi kesejahteraan masyarakatnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

I. PENDAHULUAN. sistem dan mekanisme pemerintahan serta norma sosial masing-masing. Inilah

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perwujudan dan bentuk partisipasi bagi rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Gambar 1 : Kantor Kepala Desa Pohijo, Kec. Sampung, Kab. Ponorogo. Gambar 2 : Kantor Kepala Desa dan Balai Desa

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan ketentuan umum pasal 1 Undang-Undang No. 32 tahun

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu media komunikasi yang efektif untuk menyebarkan. bagi mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB V PENUTUP. masyarakat yang diberikan pada kandidat-kandidat partai politik.

QUESTIONNAIRE. 1. Apakah Bapak / Ibu mengetahui perihal UU No.32 Tahun 2004 yang. 2. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Pilkada?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mungkin belum sepenuhnya dimengerti dan dihayati sehingga perbincangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tiara Ayudia Virgiawati, 2014

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

Oleh : STENLY UANG BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. telah menganut nilai-nilai demokrasi dalam pelaksanaan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. politik yang demokratis adalah melalui Pemilu. Pemilu diselenggarakan dengan

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Artinya. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

STRATEGI PEMENANGAN PASANGAN CALON BUPATI DAN WAKIL BUPATI CAMPURAN PURI DAN NONPURI DI GIANYAR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

BAB V KESIMPULAN. Ramli melalui tiga cara, yakni: Pertama, Pemakaian simbol dan atribut identitas,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA

POLITIK HUKUM PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG POLITIK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya heterogen. Salah satu ciri sistem demokrasi adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa, Negara Kesatuan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

BAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini. Negara Hukum harus ditopang dengan sistem demokrasi.

I. PENDAHULUAN. dimana warga negara memiliki hak untuk ikut serta dalam pengawasan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Umum (Pemilu) 2.2 Pemungutan Suara

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan

PENDAHULUAN. merupakan bentuk kelompok sedangkan budaya berararti nilai yang berlaku dalam kelompok tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

DEMOKRASI & POLITIK DESENTRALISASI

Transkripsi:

BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Ngeyeg termasuk dalam kebiasaan umum masyarakat di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Kebumen ketika menjelang Pemilihan Kepala Desa. Tahapan ngeyeg apabila dihubungkan dengan tahapan rangkaian pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa, termasuk dalam tahapan kampanye yang dilakukan oleh Calon Kepala Desa untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat. Ngeyeg tetap bertahan seiring dengan adanya Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa dari calon yang memenuhi syarat sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang telah dirubah dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan diatur kemudian dengan Peraturan Daerah dan Peraturan Bupati. Ngeyeg biasanya dilakukan dengan pesta dan jamuan makan ataupun sekedar ngobrol di rumah Calon Kepala Desa yang disiapkan oleh Calon Kepala Desa untuk menjamu tamu yang datang ke rumahnya. Tamu yang datang tersebut merupakan para pemilih yang nantinya akan memberikan suaranya dalam pemungutan suara sesuai dengan keinginan mereka masing-masing. Dalam pemilihan Kepala Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen masa jabatan Tahun 2013-2019 terdapat 5 (lima) orang Calon Kepala Desa yang berkompetisi yaitu Muhadis yang berasal dari Pedukuhan Banjengan, Kemijan dari 1

2 Pedukuhan Banjengan, Purwanto yang berasal dari Pedukuhan Karang Tengah, Tusiman dari Pedukuhan Teges dan Budiman dari Pedukuhan Pesutren. Tempat tinggal yang berdekatan antar Calon Kepala Desa sehingga ngeyeg mempunyai arti, maksud dan tujuan yang berbeda antara 1 (satu) orang pemilih dengan yang lainnya yang dapat berarti dukungan, sekedar mengikuti tradisi ataupun berarti lain. Ngeyeg merupakan wujud solidaritas antar masyarakat desa. Masyarakat berkumpul ke rumah calon Kepala Desa sebagai wujud solidaritas sekaligus dukungan moral dalam pemilihan Kepala Desa. Soekanto (1992: 167) mengatakan bahwa warga masyarakat perdesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat perdesaan lainnya. Dalam Ngeyeg terdapat ajakan dari Calon Kepala Desa untuk mencoblos dan terkadang juga diikuti dengan adanya politik uang yang terasa sudah menjadi kebiasaan yang lumrah dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. Politik uang muncul dalam level atas pemilihan umum mulai dari pemilihan Legislatif, Kepala Daerah sampai demokrasi di akar rumput seperti Kepala Desa, Badan Permusyawaratan Desa, RW maupun RT. Kasus politik uang mendominasi pelanggaran Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 (Republika.co.id, diakses 14 Mei 2014). Politik uang terjadi juga dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah. Pada saat pemilihan kepala daerah oleh DPRD, politik uang juga mengemuka namun dalam pilkada secara langsung semakin meluas, misalnya, 147 warga Kampung Bantarpanjang, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, mendapat amplop berisi uang Rp 10.000 dengan pesan agar memilih salah satu peserta pilkada (Kompas, 10 April 2008).

3 Mendagri Gamawan Fauzi pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, pilkada langsung berdampak pada biaya politik yang tinggi. Dikaitkan dengan upaya menciptakan pemerintahan yang bersih, Mendagri menambahkan, biaya besar tersebut seperti menjadi paradoks karena untuk menjadi kepala daerah dibutuhkan uang miliaran rupiah dan setelah menjadi kepala daerah dituntut untuk menciptakan pemerintahan yang bersih (Kompas, 21 Juli 2010). Hal tersebut memberikan gambaran bahwa proses pemilihan skala besar dengan cakupan wilayah yang luas dan komposisi pemilih yang heterogen saja, para Calon yang akan dipilih berani berspekulasi melakukan politik uang padahal belum tentu akan dipilih. Pada proses demokrasi di Indonesia, termasuk demokrasi di level akar rumput (pilkades) praktik politik uang tumbuh subur, karena dianggap suatu kewajaran masyarakat tidak peka terhadap bahayanya. Mereka membiarkannya karena tidak merasa bahwa politik uang secara normatif adalah perilaku yang harus dihindari. Salah satu masalah yang dihadapi demokratisasi di Indonesia adalah proses pembusukan politik yang dilakukan aktor-aktor politik dan ekonomi justru dalam rezim demokrasi. Demokrasi tidak menguatkan kedaulatan politik rakyat, yang lebih mengemuka adalah politik uang (money politics) (Djafar, 2008: 8). Selain politik uang, proses pemilihan Kepala Desa yang dilaksanakan dalam waktu setiap 6 (enam) tahun akan sangat berpotensi menyebabkan perpecahan masyarakat dikarenakan perbedaan kubu atau pilihan suara terhadap kandidat calon Kepala Desa masing-masing. Permasalahan setelah pemilihan Kepala Desa tidak hanya selesai dalam tataran politik tetapi berdampak pada hubungan sosial

4 kemasyarakatan dengan munculnya perpecahan dan rasa tidak percaya antar kelompok masyarakat. Selain dari perbedaan kubu atau dukungan pemilih terhadap calon Kepala Desa pada saat pemilihan, keterlibatan para botoh yang mendukung Calon Kepala Desa dalam proses pemilihan juga turut mempengaruhi hasil pemilihan. Demokrasi Indonesia sampai saat ini masih tumbuh subur fenomena politik uang, bahkan sampai pada level bawah yaitu dalam proses pemilihan Kepala Desa. Meyer (2002:1) mengatakan bahwa Demokrasi tidak dapat dimakan. Pendapat tersebut dikemukakan oleh orang-orang yang menentang demokrasi atau mereka yang kecewa terhadap praktik demokrasi yang dialaminya. Pernyataan tersebut menggambarkan bahwa antara tujuan demokrasi untuk mensejahterakan masyarakat dengan kenyataannya sungguh berbeda. Masyarakat seperti tidak dapat merasakan perbedaan siapapun pemimpinnya, oleh karena itu politik uang seperti sebuah kewajiban bagi para calon Kepala Desa agar dipilih oleh masyarakat. Politik uang bukanlah hal yang baru, Suparlan dalam Rais (1986: 28-30) mengatakan bahwa untuk pemilihan lurah para calon mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk kampanye mereka. Perhitungan mereka adalah kalau mereka bisa memenangkan pemilihan dan diangkat menjadi lurah uang yang telah mereka keluarkan pada waktu kampanye akan kembali kepada mereka dengan berlipat ganda. Hadirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan peluang Pemerintah Daerah untuk memformulasikan Peraturan Daerah maupun Peraturan Bupati untuk mengevaluasi pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa agar sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan harapan masyarakat serta tujuan

5 dari demokrasi itu sendiri. Kesempatan untuk menjabat selama 3 (tiga) kali masa jabatan bagi Kepala Desa dalam masa jabatan 6 (enam) tahunan turut mempengaruhi kondisi ketahanan masyarakat dalam menentukan pilihan. Penelitian ini lebih memilih solidaritas masyarakat desa dalam ngeyeg dengan studi di Desa Wirogaten Kecamatan Mirit pada Pemilihan Kepala Desa masa jabatan Tahun 2013-2019 dikarenakan walaupun kompetisi 5 (lima) orang Calon Kepala Desa bersaing untuk memperebutkan suara terbanyak, akan tetapi kondisi Pemilihan Kepala Desa mulai pada saat ngeyeg sampai dengan pelantikan relatif berjalan aman tanpa ada kerusuhan ataupun kekerasan massa. Peneliti ingin meneliti bagaimanakah ngeyeg pada saat Pemilihan Kepala Desa Wirogaten Kecamatan Mirit masa jabatan tahun 2013-2019 dan implikasinya terhadap ketahanan masyarakat Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. 1.2 Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian yang muncul adalah: 1. Bagaimanakah ngeyeg pada Pemilihan Kepala Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Masa Jabatan tahun 2013-2019? 2. Bagaimana implikasi ngeyeg terhadap Ketahanan Masyarakat Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah?

6 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian orisinil, bukan merupakan penelitian replikasi atau pengulangan penelitian terdahulu. Keaslian penelitian ini dapat dilihat dari beberapa alasan, diantaranya adalah keaslian topik, keaslian teori, keaslian lokasi, dan keaslian pembahasan. Beberapa penelitian tentang masalah pemilihan Kepala Desa dapat dilihat pada Tabel 1.1 di bawah ini: Tabel 1.1 Penelitian Tentang Pemilihan Kepala Desa No Nama Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Suswanto, Kerusuhan Sosial :: Terjadinya tindak kerusuhan Bambang Kasus Pemilihan Kepala sosial karena adanya (Tesis Tahun Desa Sirau Purbalingga akumulasi kekecewaan warga 2000) masyarakat tentang hasil pemilihan Kepala Desa yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Adanya persaingan yang tidak fair, dugaan penyelewengan dana dan ketidak netralan panitia pemilihan Kepala Desa. 2. Sujata (Tesis Tahun 2001) 3. Widiyahseno, Bambang (Tesis Tahun 2004) Demokrasi Perdesaan :: Studi Kasus Pemilihan Kepala Desa Di Desa Puhpelem Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri Demokrasi Di Tingkat Lokal :: Studi Kasus Tentang Proses Pemilihan Kamituwo/Kepala Dukuh Di Desa Tanjungsari Kec. Jenangan Kab. Ponorogo Pemilih masih dipengaruhi oleh ajakan pemuka agama, pemuka masyarakat dan kader-kader calon Kepala Desa. Sikap dan perilaku panitia pemilihan, jago dan pemilih belum sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai demokrasi. Latar belakang dan kondisi ekonomi pemilih mempengaruhi pandangannya terhadap pemilihan yang demokratis (langsung).

7 4. Poniran (Tesis Tahun 2008) Tabel 1.1 Lanjutan Aktor Dan Strategi Cakades Politik Dalam Pemilihan Kepala Desa :: Studi Tentang Pemilihan Kepala Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY, Tahun 2008 Dalijan menggunakan strategi politik dengan: pertama: menggalang dukungan elit adat, agama maupun elit politik. Kedua: penerapan strategi pencitraan politik dan manajemen kampanye oleh tim pendukungnya. Temuan lain menunjukkan bahwa dukungan dana akan berpengaruh terhadap kemenangan seorang calon. 5. Haidar, Frans (Tesis Tahun 2008) Penggunaan Hak Pilih Dalam Pilkades :: Studi Tentang Manajemen Pemilihan Dan Partisipasi Politik Dalam Pilkades Di Desa Plumbon, Kebumen Pilkades plumbon tidak mencapai kuorum lebih disebabkan karena faktor kesalahan dalam manajemen proses Pilkades yaitu pada tahap pendaftaran pemilih. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan ngeyeg pada Pemilihan Kepala Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah masa jabatan Tahun 2013-2019. b. Mengetahui implikasi ngeyeg terhadap ketahanan masyarakat Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

8 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian tentang ngeyeg dan implikasinya terhadap Ketahanan Masyarakat Desa Wirogaten Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen Jawa Tengah diharapkan dapat memberikan manfaat berupa gambaran umum mengenai kondisi nyata di lapangan mengenai ngeyeg yang merupakan bagian dari rangkaian proses pelaksanaan pemilihan Kepala Desa dan mengetahui implikasi yang terjadi terhadap ketahanan masyarakat desa. Manfaat lain yang ingin diperoleh adalah memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah dalam menyusun kebijakan mengenai pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa khususnya pelaksanaan masa kampanye dalam kaitannya dengan ngeyeg.