BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENDELEGASIAN KEWEWENANGAN DARI DOKTER SPESIALIS ANESTESI KEPADA PERAWAT DI BIDANG ANESTESI DAN ASAS PROFESIONALITAS

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Kesehatan merupakan hak dasar yang mempengaruhi semua aspek

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASPEK LEGAL DAN ETIK DALAM DOKUMENTASI KEPERAWATAN

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB III TINJAUAN TEORITIS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG WAJIB KERJA DOKTER SPESIALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lem

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

bagi kehidupan modern, khususnya bisnis.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. kode etik akuntan. Kode etik akuntan, yaitu norma perilaku yang mengatur

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG PERSETUJUAN ALIH ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI

UNDANG-UNDANG KESEHATAN NO. 36 TH. 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEINSINYURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEBIDANAN (MIDWIFERY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

PENDAHULUAN. unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2 1. Pelayanan Kesehatan Tradional Empiris adalah penerapan kesehatan tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. 2. Pelayanan K

standar profesi medis

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN PEMERIKSA DAN/ATAU TENAGA AHLI

2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Upaya ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian cita-cita bangsa

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK BADAN AUDIT KEMAHASISWAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lembaga Penjaminan Mutu KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN IAIN MATARAM. Kode Etik Tenaga Kependidikan IAIN Mataram 1

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

vii DAFTAR WAWANCARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUMAH SAKIT UMUM AULIA Jl. Raya Utara No. 03 Telp. (0342) , Fax. (0342) Kembangarum - Sutojayan - Blitar

Apa yang dimaksud dengan profesi? Apakah setiap pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah profesi? Mengapa? PENGERTIAN PROFESI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.41, 2011 KEMENTERIAN KESEHATAN. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran. Keanggotaan.

2 Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetuju

underline;"><span style="font-size: 16pt">TUJUAN PENDIDIKAN</span></span></p> <p class="msonormal"><span>menghasilkan PERAWAT PROFESIONAL PEMULA YANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BENER MERIAH RANCANGAN QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-U

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ADVOKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROFESIONALITAS UMUM DAN PROFESIONALITAS KERJA NAMA : HADI DENGGAN OKTO (M1A114001)

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2008

CIRI-CIRI SUATU PROFESI ADA STANDAR UNJUK KERJA YANG BAKU DAN JELAS. ADA LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS YANG MENGHASILKAN PELAKUNYA DENGAN PROGRAM DAN JENJ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Aspek Etik dan Hukum Kesehatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pertemuan ke-2. MK. Etika dan Profesi. Dr. I Wayan S. Wicaksana 02. Profesi (MK. Etika Profesi) 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Pendelegasian Kewenangan Dokter Spesialis Kepada Perawat Di Bidang Anestesi a. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat agar upaya kesehatan berhasil guna dan berdaya guna, pemerintah perlu merencanakan, mengatur, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan ataupun sumberdayanya secara serasi dan seimbang dengan melibatkan peran aktif masyarakat. b. Tenaga Kesehatan terdiri dari berbagai profesi yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk beberapa jenis profesi tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan dan berfungsi serta berdaya guna untuk masyarakat, wajib memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan atau institusi pendidikan. c. Kewenangan seorang Tenaga Kesehatan adalah kewenangan hukum (rehtsbevoegheid) yang dipunyai oleh seorang Tenaga Kesehatan untuk melaksanakan pekerjaannya, memberikan hak kepada Tenaga Kesehatan

untuk bekerja sesuai dengan bidangnya. Kewenangan menjalankan profesi Tenaga Kesehatan didapat dari kementrian kesehatan. Syarat administratif ini memberikan kepada Dokter kewenangan untuk melaksanakan prosfesi tenaga kesehatan. d. Dokter Spesialis Anestesi adalah Dokter yang mengabdikan diri dalam bidang Anestesi, memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan spesialis Anestesi, yang mempunyai kekuasaan untuk melakukan pekerjaan di bidang Anestesi, setelah mendapatkan kompetensi dari kolegium pendidikan spesialis Anestesi. e. Perawat Anestesi adalah Perawat yang telah diberi pendidikan formal secara teoritis dan praktek dalam bidang Anestesi dan berkompetensi untuk melakukan pelayanan dalam pelayanan Anestesi, Kualifikasi pendidikan Perawat Anestesi di Indonesia adalah Program Pendidikan Akademi Anestesi dan dan D III KeperawatanAnestesi, dan lamanya program pendidikan ini adalah selama 3 (tiga) tahun. f. Kewenangan Perawat Anestesi dalam menjalankan pelayanan Anestesi berwenang untuk melakukan tindakan asuhan keperawatan Anestesi pada Pra Anestesi, Intra Anestesi, Pasca Anestesi dibawah supervise Dokter Spesialis Anestesi, kewenangan dalam melakukan tindakan Anestesi di daerah yang tidak ada Dokter Spesialis Anestesiologi, sekaligus menjadikan Anestesi kedalam ruang lingkup asuhan keperawatan, khususnya keperawatan Anestesi. g. Pendelegasian kewenangan Dokter Spesialis kepada Perawat di bidang harus sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, 125

bertujuan untuk kelancaran tugas sebagai kemitraan, di samping itu dalam hal Dokter Spesialis tidak ada di tempat dalam kegawatdaruratan Perawat Anestesi diperbolehkan untuk melampuai kewenangan dengan syarat sesuai dengan pendidikan lanjutan yang telah dijalaninya. 2. Asas Profesionalitas a. Tujuan hukum adalah semata-mata untuk mencapai keadilan Hukum selalu berupaya menjamin bahwa segenap anggota masyarakat diperlakukan menurut tolak ukur yang obyektif dan sama. Selain itu Di dalam hukum selalu terdapat asas hukum, yang digunakan sebagai dasar dari pembentukan hukum, salah satu asas hukum adalah asas profesionalitas, diketahui bahwa di dalam pembentukan peraturan perundang-undangan pengunaan asas hukum tidak mungkin hanya satu, di dalam asas profesionalitas didukung oleh asas keadilan. b. Asas profesionalitas dapat memberikan keadilan kepada masyarakat karena memandang aspek kehidupan sesuai dengan profesionalisme. Demikian juga dengan profesi kesehatan maupun tenaga lainnya harus berdasarkan profesionalisme, artinya harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperoleh dari institusi pendidikan dan dipersyaratkan memiliki sertifikasi kompetensi dan izin praktek sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundangan, sehingga pendistribusian sumberdaya manusia merupakan perwujudan relasi yang adil disemua jenis pelayanan kesehatan. c. Profesionalisme adalah penggabungan karakteristik yang termasuk didalamnya sifat mementingkan orang lain, bisa diandalkan, bertanggung 126

jawab, memiliki sifat kepemimpinan dan keterampilan. suatu profesi dapat memberikan kemanfaatan (kegunaan) bagi sebanyak-banyaknya umat manusia. Kegunaan dimaksud tidak semata-mata bagaimana setiap individu memperoleh manfaat yang seluas-luasnya, tetapi lebih bagaimana manfaat dicapai dan dinikmati oleh kelompok yang lebih luas, dan pada saat yang sama ada kepentingan yang lebih kecil harus dikesampingkan demi kesenangan banyak orang. 3. Pendelegasian kewenangan Dokter Spesialis kepada Perawat Di Bidang Anestsi Dikaitkan Dengan Asas Profesionalitas a. Pendelegasian kewenangan dari Dokter Spesialis kepada Perawat di bidang Anestesi adalah keniscayaan, namun harus dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, di bawah supervisi Dokter SpesialisAnestesiologi yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu, di manaperawatanestesi dalam menjalankan pelayanan Anestesi berwenang untuk melakukan tindakan asuhan keperawatananestesi pada, Pra Anestesi, Intra Anestesi, dan Pasca Anestesi. b. Asas profesionalitas sebagai dasar pembentukan peraturan hukum yang mengedepankan penghargaan terhadap profesi yang dilakukan berdasarkan peribadian, kejujuran serta itikad baik, yang didukung oleh asas keadilan di mana setiap orang mendapakan haknya berdasarkan kemapuan yang dipunyai masing-masing, demi kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi sebanyak-banyaknya orang. c. Pendelegasian kewenangan dilakukan oleh pemberi dan penerima demi tidak boleh melampaui batas-batas, namun dalam kegawatdaruratan 127

diperbolehkan; asas profesionalitas mengedenpankan kepribadian, kejujuran, itikad baik, didukung olehasas keadilan danasas kemanfaatan serta asas etika; dirumuskan jawaban sementara: jika ditentukan tentang pendelegasian kewenangan dari Dokter Spesialis kepada Perawat di bidang Anestesi, maka dipenuhi asas profesionalitas. B. SARAN 1. Agar sarana kesehatan, tempat Dokter Spesialis Anestesi dan Perawat Anestesi bekerja agar sadar hukum, dalam arti mengetahui, memahami dan mematuhi peraturan perundang-undangan secara umum, khususnya tentang pendelegasian kewenangan dan membuat peraturan rumah sakit yang komperhensif, karena dengan diberlakukannya tanggung jawab hukum terpusat di rumah sakit bertanggung jawab atas seluruh kelalaian yang dilakukan Tenaga Kesehatan dirumah sakit harus berhati-hati dan melakukan pengawasan holistik. 2. Agar Dokter Spesialis Anestesi dalam mendelegasikan kewenangan kepada Perawat Anestesi mengetahui batas-batas dari kewenangan Perawat Anestesi dan tidak melakukan pelampauan pendelegasian kewenangan, karena kewenangan Perawat Anestesi yang terbatas diatur oleh hukum sesuai dengan kompetensi Perawat Anestesi, karena pelampauan pendelegasian kewenangan kepada PerawatAnestesi mengakibatkan adanya tanggung jawab hukum pemberi delegasi, baik secara hukum pidana, hukum perdata maupun hukum administrasi dalam hal Pasien Anestesi menderita kerugian baik materil maupun immaterial. 128

3. Agar Pasien diberikan informasi yang jelas tentang seluruh proses dalam hal terjadi pendelegasian melampaui kewenangan dari Dokter Spesialis kepada Perawat di bidang Anestesi, karena ada hak Pasien yang paling asasi yakni hak untuk menentukan diri sendiri dan dalam hak Pasien menolak atas pendelegasian melampaui kewenangan, adalah hak Pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seseuai dengan yang dibutuhkan. 4. Agar organisasi profesi terkait yang melindungi Dokter Spesialis Anestesi ialah Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dan Persatuan Dokter Anestesi dan Terapi Intensif (PERDATIN), dan Ikatan Perawat Anestesi (IPA) selalu mengawasi penaatan kode etik profesi, karena pendelegasian kewenangan dalam bidang ilmu pengetahuan selalu sesuai dengan kode etik masingmasing profesi, di mana para profesional taat dan menghargai asas-asas dan norma-norma etika yang berlaku. 129