BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Sejalan dengan ungkapan di atas, Nasucha (2009:1) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu negara, pendidikan memegang peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Membaca menjadi jembatan bagi siswa yang ingin. muncul adalah sulitnya memahami bacaan secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi (BSNP, 2006). Untuk berbahasa dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum tingkat satuan pendidikan sekolah dasar (KTSP) mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Bahasa

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. didik lebih memfokuskan pada teori sastra karena tujuan pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia bukan tentang ilmu bahasa atau ilmu sastra, melainkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika yang ada di SD Negeri 2 Labuhan Ratu khususnya pada

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE BERMAIN PERAN PESERTA DIDIK KELAS V SDN 2 PURWOSARI BABADAN PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi. Ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia mengandung keterampilan

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dan saling mengisi (Tarigan, 2013:1). Setiap keterampilan, erat. semakin cerah dan jelas pula jalan pemikiranya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan emosional peserta didik dan menerapkan fungsi penunjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seusia manusia itu sendiri sebagai pelaku pendidikan. untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan dasar adalah dengan

Kata kunci: hasil belajar, penggunaan huruf, Think Pair Share

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku dan alat

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mempersatukan keberagaman bahasa, adat-istiadat, suku, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam proses pembelajaran ditentukan oleh bagaimana seorang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang terpelajar atau bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia tidak lepas dari kegiatan berkomunikasi, dengan komunikasi kita

BAB I PENDAHULUAN. yaitu keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun (Depdiknas, 2006 : 16)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB II KURIKULUM, PRAGMATIK, DAN APLIKASINYA

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS RENDAH DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PERMAINAN TEBAK BENDA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi manusia

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua mata pelajaran. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk berpartisipasi di dalam masyarakat. Bahasa merupakan alat untuk berpikir, makin tinggi kemampuan berbahasa seseorang, makin tinggi pula kemampuan berpikirnya, makin teratur bahasa seseorang, makin teratur pula proses berpikirnya. Menurut Finoza (2007:3), seseorang tidak mungkin menjadi intelektual tanpa menguasai bahasa. Seorang intelek pastilah berpikir dan proses berpikir pasti memerlukan bahasa. Bahasa mulai diperlukan sejak manusia mengenal interaksi dengan sesamanya. Hal ini lebih berkembang lagi pada anak usia sekolah, karena di masa usia sekolah anak-anak mulai berinteraksi secara sistematis antara siswa dan guru. Dalam interaksi ini siswa mulai mengembangkan logika dan daya nalarnya dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar perlu dilakukan secara benar sejak di Sekolah Dasar. Hal ini dimaksudkan agar bahasa Indonesia 1

2 mampu memberikan dampak yang positif bagi siswa dalam memperoleh kompetensi yang diperlukan untuk bekal kehidupan sehari-hari. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi 4 aspek, yaitu keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (Depdiknas,2010:170). Pembelajaran bahasa di kelas awal ditekankan pada kemampuan membaca dan menulis permulaan, sedangkan mendengarkan dan menyimak sebagai pelengkapnya. Berkaitan dengan hal itu bahasa lisan diajarkan lebih dahulu dibandingkan dengan bahasa tulis. Seiring dengan berjalannya proses pendidikan siswa, pelaksanaan keempat keterampilan berbahasa itu harus mendapatkan porsi pembelajaran yang seimbang dalam kontek yang alami dan terpadu. Pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM), khusus pada pembelajaran bahasa Indonesia, keempat keterampilan berbahasa harus dikuasai siswa secara terpadu. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dimiliki dan dikuasai oleh seseorang. Bahkan keberhasilan seseorang dalam meniti karier, dapat juga ditentukan oleh terampil tidaknya ia berbicara. Untuk itulah, sudah seharusnya di sekolah, terutama Sekolah Dasar, membekali peserta didiknya dengan memperbanyak latihan keterampilan berbicara. Semua aktivitas manusia yang terencana didasarkan pada bahasa.

3 Bahasa mempunyai bentuk dasar berupa ucapan atau lisan jadi jelas bahwa belajar bahasa pada hakekatnya adalah belajar berkomunikasi, dan komunikasi itu adalah berbicara. Berbicara merupakan hal penting yang harus mendapat perhatian guru Sekolah Dasar. Munandar (2002:225), berpendapat bahwa program pembelajaran bahasa di Sekolah Dasar memadukan membaca, menulis, dan berbicara. Memberikan bahan membaca yang beragam untuk setiap subjek, membantu siswa berbakat menjadi pembaca yang efektif dan menyukainya, mendorong membaca kritis dan kreatif. Dari membaca orang bisa meningkatkan kemampuan berbicara. Saat ini mata pelajaran bahasa Indonesia masih sulit dikuasai siswa, terutama siswa Sekolah Dasar. Sebagai peneliti sekaligus kepala sekolah banyak menemukan fakta di sekolah, bahwa nilai ujian mata pelajaran bahasa Indonesia masih rendah, bahkan lebih rendah dari nilai mata pelajaran Matematika. Rendahnya nilai disebabkan faktor guru dan siswa, guru kurang memotivasi minat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Rendahnya minat siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia sangat berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi yang diharapkan. Selain minat siswa yang masih rendah, nilai bahasa yang masih rendah dipengaruhi juga masih rendahnya kemauan guru dalam memilih strategi yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Guru merupakan motivator yang menentukan keberhasilan proses pendidikan, hal ini tercantum dalam sistem pendidikan Nasional. Mulyasa (2008:17), menjelaskan bahwa guru adalah pendidik yang menjadi tokoh,

4 panutan, identifikasi bagi peserta didik dan lingkungan. Peranan guru dalam pendidikan merupakan titik sentral dan strategis dalam membekali ilmu dan teknologi kepada peserta didik. Mulai dari konsep esensial kebahasaan seperti membaca, menulis, menyimak dan berbicara sampai pada konsep aplikasi yang menyeluruh, sehingga peserta didik mampu bersaing dalam segala aspek kehidupan. Pembelajaran bahasa Indonesia yang baik dapat mengembangkan peserta didik mahir berbahasa Indonesia (Depdiknas,2010:169). Namun, dalam praktik pembelajaran di lapangan masih merupakan wacana yang ideal saja. Kemampuan peserta didik untuk mahir berbahasa belum terwujud. Hal ini disebabkan jiwa kurikulum belum merasuk kedalam jiwa pendidik terutama pada pendidik Sekolah Dasar. Guru Sekolah Dasar lebih cenderung mengajar pada konteks anak bisa membaca dan menulis. Aspek mendengarkan dan berbicara kurang mendapat perhatian. Guru juga kurang senang membaca kurikulum, hal ini dianggap membuang waktu saja, karena materi pembelajaran dianggap telah dihafalnya selama bertahun-tahun. Hal di atas terjadi karena sebagian besar pendidik Sekolah Dasar adalah pendidik kelas, dalam pelaksanaanya pendidik harus mengampu tujuh mata pelajaran sehingga kurang memiliki waktu untuk mengembangkan diri. Penyebab yang lain adalah adanya sikap pendidik yang mengambil jalan pintas dengan menggunakan salah satu buku pegangan, padahal belum tentu isinya mencerminkan kemampuan berbahasa yang komunikatif. Hal lain yang yang menjadi kendala adalah guru beranggapan bahwa pembelajaran hanya terfokus

5 pada pencapaian nilai ujian nasional yang lebih tinggi, sehingga proses pembelajaran pembelajaran terabaikan. Dari hari kehari siswa dilatih dengan pembahasan soal latihan ujian nasional, yang akhirnya bias memperoleh nilai ujian yang tinggi sebagai wujud prestasi kebanggaan bagi pribadi siswa, orang tua, sekolah, lembaga pendidikan dan bagi masyarakat. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut pembelajaran mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik. Orientasi pembelajaran bukan lagi pada hasil, melainkan pada proses pembelajaran. Standart mata pelajaran bahasa Indonesia berorientasi pada hakekat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa Indonesia adalah belajar komunikasi. Dengan demikian peserta didik tidak lagi menghafalkan melainkan bisa mengalami. Guru sebagai kunci dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru juga sebagai sentral dari setiap usaha inovasi pendidikan yang diarahkan pada peningkatan kualitas pendidikan. Guru bertanggungjawab untuk mengatur dan menciptakan suasana yang mendorong siswa melaksanakan pembelajaran yang nyaman di kelas. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan adanya manajemen kelas yang baik. Salah satunya pembenahan dalam strategi dan pendekatan pembelajaran, meliputi pembelajaran membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kemampuan berbicara sangat fungsional bagi pembekalan diri siswa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Terutama untuk melanjutkan studi, mencari pekerjaan, bahkan terjun di masyarakat. Keterampilan berbicara

6 merupakan pendorong siswa untuk mengembangkan gagasan dan pola pikir. Kemampuan berbicara merupakan salah satu dasar yang sangat diperlukan baik di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah kemampuan berbicara diperluas untuk kegiatan pembelajaran membaca percakapan, bermain drama, menceritakan bacaan dan berpidato. Berpidato adalah penyampaian gagasan, pikiran atau informasi serta tujuan dari pembicara kepada orang lain (audience) dengan cara lisan. Menurut Sekar (2008), pidato juga bisa diartikan sebagai the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk atau mempengaruhi. Berpidato berhubungan erat dengan retorika (rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa dengan efektif. Berpidato bukanlah suatu pekerjaan yang sederhana karena dalam berpidato menyangkut beberapa unsur penting seperti: pembicara, pendengar, tujuan dan isi pidato, persiapan, terknik dan etika dalam berpidato. Dalam pembelajaran sehari-hari keterampilan berbicara kurang mendapat perhatian guru. Hal ini menyebabkan penguasaan kompetensi berbicara sangat kurang, lebih-lebih keterampilan berpidato. Pembelajaran keterampilan berpidato merupakan masalah yang perlu dicarikan solusinya, hal demikian terjadi di setiap jenjang pendidikan, terutama di Sekolah Dasar. Permasalahan mendasar yang sering dikeluhkan oleh guru bahasa Indonesia pada kelas VI di SDN 1 Sumbung Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, sewaktu melaksanakan aktivitas pembelajaran bahasa Indonesia terutama pembelajaran berpidato, siswa kurang aktif dan kurang bergairah. Hal tersebut ditandai dengan: (1) kurang adanya respon siswa sewaktu proses belajar

7 mengajar di kelas, (2) rendahnya keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dan gagasan sewaktu proses belajar-mengajar berlangsung, (3) hilangnya kegembiraan dan antusiasme sewaktu proses pembelajaran berpidato di kelas berlangsung, dan (4) dalam pembelajaran berbicara terutama berpidato bahasa Indonesia hasilnya kurang optimal. Hal ini terbukti dari beberapa kali pembelajaran Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan guru belum tercapai. Rata-rata prestasi yang dicapai siswa adalah 58, sedangkan KKM yang ditentukan guru dalam kurikulum adalah 75. Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia di SD N 1 Sumbung Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, problem di atas menyebabkan interaksi antara guru, siswa dan materi pembelajaran menjadi terganggu. Interaksi positif antara guru dengan siswa tidak dapat terjalin dengan baik, karena guru menjadikan siswa pasif, tidak ada keinginan untuk menyampaikan ide dan gagasannya. Demikian juga interaksi antara siswa dengan materi yang disajikan tidak berjalan dengan baik karena siswa merasa malas dan ketakutan. Tidak adanya interaksi positif antara guru, siswa dan materi pembelajaran ini jelas akan berdampak pada perolehan hasil belajar siswa. Dalam kenyataan berbahasa, seseorang lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Lebih dari separuh waktu digunakan untuk berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya barulah untuk menulis dan membaca. Sebagai anggota masyarakat, secara alamiah seseorang mampu berbicara. Namun, dalam situasi formal sering timbul rasa gugup, sehingga gagasan yang dikemukakan menjadi tidak teratur dan akhirnya bahasanya pun

8 menjadi tidak teratur. Bahkan ada yang tidak berani berbicara. Anggapan bahwa setiap orang dengan sendirinya dapat berbicara telah menyebabkan pembinaan kemampuan berbicara ini sering diabaikan guru. Banyak guru bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa berpidato adalah aspek pembelajaran bahasa yang kurang disukai siswa. Kenyataan ini membuat guru cenderung untuk mengalihkan materi berpidato pada materi lain. Keadaan pembelajaran berpidato semacam ini menyebabkan siswa merasa asing terhadap pembelajaran berpidato sehingga berpengaruh negatif terhadap perolehan nilai siswa. Guru perlu memilih upaya untuk menciptakan kondisi pembelajaran berpidato yang membuat siswa bersemangat. Diantaranya memilih strategi pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah strategi mengingat kata kunci. Alasanya dengan menggunakan strategi mengingat kata kunci, anak-anak lebih mudah untuk menghafal hal-hal yang menjadi pokok tema dalam berpidato. Pada akhirnya siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan kompetensinya, sehingga terampil berpidato. Hal tersebut sangat berguna sekali bagi siswa sebagai bekal melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dan bekal untuk berkecimpung dalam masyarakat. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan Keterampilan Berpidato dengan Strategi Mengingat Kata Kunci Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sumbung B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah dalam

9 pembelajaran berpidato pada siswa kelas VI SDN 1 Sumbung, sebagai berikut: 1. Siswa kurang berminat dalam pembelajaran berpidato, sehingga pembelajaran berpidato dianggap sebagai suatu kegiatan yang menjadi momok bagi siswa. 2. Belum ada usaha dari siswa untuk menemukan teknik yang tepat, materi pelajaran yang sesuai dengan daya tangkap dan minat siswa, serta media yang relevan dalam pembelajaran berpidato. 3. Belum ada usaha dari siswa untuk mengembangkan pengetahuaanya terhadap pembelajaran berpidato. 4. Siswa belum mempumyai kompetensi yang baik dalam pembelajaran, terkait dengan penentuan kata kunci dalam berpidato. 5. Secara kuatintatif hasil penilaian berpidato bagi siswa kelas VI SDN 1 Sumbung belum memenuhi Standart Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan Kurikulum yaitu 7,5. Keadaan pembelajaran semacam ini menyebabkan siswa bersikap pasif terhadap pembelajaran berpidato, sehingga berpengaruh negatif terhadap proses belajar pada diri siswa. Siswa akan lebih bergairah untuk belajar berpidato, dan dapat melangkah lebih jauh ke dalam ruang lingkup pembelajaran jika digunakan teknik pembelajaran yang tepat. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam berpidato merupakan problem yang harus mendapatkan solusi dengan tepat. Tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut harus dilakukan. C. Batasan Masalah Agar pembahasan masalah ini terfokus, peneliti membatasi dalam satu hal yang menjadi objek penelitian adalah tentang keaktifan dan

10 keterampilan berpidato ditinjau dari penguasaan kata kunci. D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, ada 2 permasalahan yang mendasar dalam penelitian ini. 1. Seberapa besar peningkatan keaktifan dalam berpidato dengan menggunakan Strategi Mengingat Kata Kunci pada Siswa Kelas VI SD Negeri 1 Sumbung Semester 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011? 2. Seberapa besar peningkatan keterampilan berpidato dengan menggunakan strategi mengingat kata kunci pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sumbung Semester 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas ada 2 tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini: 1. Meningkatkan keaktifan dalam berpidato pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sumbung pada Semester 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011. 2. Meningkatkan Keterampilan berpidato pada siswa kelas VI SD Negeri 1 Sumbung pada Semester 2 Tahun Pembelajaran 2010/2011. F. Indikator Kinerja ( Indikator Penelitian) 1. Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 80% siswa memiliki keaktifan dalam pembelajaran berpidato, mulai dari penyusunan naskah sampai dengan penyampaian pidato ke depan kelas tanpa membaca naskah. Keaktifan siswa untuk merespon pembelajaran berpidato meningkat. Siswa tidak hanya sebagai pendengar tetapi aktif mulai dari mengembangkan ide menjadi kerangka berpidato dan

11 mengembangkan kerangka menjadi sebuah naskah berpidato. Akhirnya siswa aktif untuk menyampaikan gagasanya secara lisan tanpa menggunakan naskah. 2. Indikator kinerja yang lain yang ingin dicapai adalah 80% siswa memiliki keterampilan berpidato. Keterampilan siswa meningkat mulai dari pengembangan ide menjadi kerangka naskah, hingga sampai pemaparan atau orasi kepada teman di depan kelas, bahkan berkelanjutan sampai terampil berpidato di depan umum. Siswa tidak hanya mampu mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh kurikulum, yaitu nilai rata-rata siswa mencapai 75. G. Manfaat Penelitian Setelah kegiatan penelitian ini, diharapkan adanya manfaat yang dapat diberikan pada dunia pendidikan, baik itu secara teori maupun secara praktis. 1. Secara Teoretis a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai dasar pendukung kesimpulan awal dan bahan kajian yang relevan bagi para peneliti lain, baik yang berkaitan dengan penelitian lanjutan yang bersifat mengembangkan, maupun penelitian sejenis yang bersifat memperluas sebagai pelengkap dalam landasan teori. b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi guru dalam menerapkan strategi pembelajaran di sekolah, khususnya pembelajaran keterampilan berpidato. 2. Secara Praktis

12 a. Bagi guru 1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk peningkatan strategi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya strategi penguasaan kata kunci untuk meningkatkan keterampilan dalam berpidato. 2) Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun dan menyiapkan bahan pembelajaran berpidato. 3) Sebagai masukan dalam meningkatan kemampuan dan menentukan metode yang tepat sesuai dengan bahan yang diajarkan. 4) Sebagai masukan dalam menyiapkan sarana belajar untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar secara optimal. 5) Memberikan kemandirian dan keleluasaan bagi guru dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. 6) Memberikan wawasan untuk melakukan inovasi-inovasi yang diimplementasikan dalam pembelajaran. b. Bagi Siswa 1) Hasil penelitian dapat meningkatkan keaktifan yang mengarah pada tingkat keberhasilan kemampuan dalam berbicara, khususnya dalam berpidato. 2) Dapat meningkatkan keterampilan dalam berbicara dan berpidato. 3) Dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya.

13 c. Bagi Lembaga 1) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan yang sesuai dengan kebutuhan. 2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan dalam upaya menyediaan sarana dan prasarana pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan media pembelajaran berpidato. 3) Sekolah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan yang sesuai dengan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.