II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Colletotrichum capsici dan Fusarium oxysporum merupakan fungi

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai merupakan tanaman semusim berbentuk perdu tegak, batang berkayu

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pasar global, persyaratan produk-produk pertanian ramah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Teknologi Pengendalian Penyakit Antraknos Pada Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit bercak coklat sempit diklasifikasikan

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

BAB I PENDAHULUAN. (Mukarlina et al., 2010). Cabai merah (Capsicum annuum L.) menjadi komoditas

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Pengamatan mikroskopis S. rolfsii Sumber :

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sheldon (1904), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak. dibudidayakan oleh petani di Indonesia, karena memiliki harga jual yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. jumlah spesies jamur patogen tanaman telah mencapai lebih dari

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tembakau dalam sistem klasifikasi tanaman masuk dalam famili

PENYAKIT VASCULAR STREAK DIEBACK (VSD) PADA TANAMAN KAKAO (THEOBROMA CACAO L) DAN. Oleh Administrator Kamis, 09 Februari :51

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) berasal dari Mexico. Sebelum abad ke-15 lebih

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

BAB IV. EKOLOGI PENYAKIT TUMBUHAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

PENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

I. PENDAHULUAN. Tembakau (Nicotiana tabacum L.) merupakan jenis tanaman yang dipanen

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Akibat Patik Setitik, Rusaklah Penghasilan Petani

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi penyakit C. gloeosporioides (Penz.) Sacc menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Trichoderma spp. ENDOFIT AMPUH SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Tipe asosiasi biologis antara mikroorganisme endofit dengan tanaman

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

I. PENDAHULUAN. khususnya cabai merah (Capsicum annuum L.) banyak dipilih petani dikarenakan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Duku (Lansium domesticum Corr.) sebagai buah unggulan Provinsi Jambi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Buah jambu biji merupakan buah klimakterik yang berkulit tipis. Jambu biji

I. PENDAHULUAN. Cabai adalah tanaman perdu dari famili terong-terongan ( Solanaceae) yang

BAB I PENDAHULUAN. beras, jagung dan gandum (Samadi, 1997). Mengacu pada program pemerintah akan

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat Tumbuh

Gambar 1 Struktur manajemen dan kerjasama penghijauan tanaman sengon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

BAB. I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) termasuk dalam familia Solanaceae, merupakan

I. PENDAHULUAN. Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah tanaman pangan utama keempat dunia setelah

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup lalat buah mengalami 4 stadia yaitu telur, larva, pupa dan

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang tergolong tanaman semusiman. Tanaman berbentuk perdu

I. PENDAHULUAN. memikat perhatian banyak mata. Pemuliaan anggrek dari tahun ke tahun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2010). Namun di beberapa negara penyakit ini dianggap sebagai dua penyakit, yang masing-masing disebabkan oleh satu jamur. (Semangun, 1989). C. capsici semula disebut C. nigrum yang diduga juga sama dengan Vermicularia capsici. Jamur ini mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan. Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas. Konidium hilain, berbentuk tabung (silindris), ujung-ujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit (Semangun, 1989). Berdasarkan data yang diperoleh dari Laporan Tahunan BPTPH 2010, OPT yang menyerang tanaman cabe di Provinsi Lampung Tahun 2010 ada 17 jenis terdiri dari 8 jenis hama dan 9 jenis penyakit. Penyakit cabai yang dominan yaitu antraknosa 511 ha (ringan berat) dan virus kuning 262,5 ha (ringan berat). Siklus penyakit antraknosa diawali dari jamur pada buah masuk ke dalam ruang biji dan menginfeksi biji. Jamur tersebut dapat menginfeksi semai yang tumbuh dari biji sakit. Kemudian jamur menyerang daun, batang dan akhirnya menginfeksi buah. Jamur hanya sedikit sekali mengganggu tanaman yang sedang

6 tumbuh, tetapi menggunakan tanaman ini untuk bertahan sampai terbentuknya buah hijau. Selain itu jamur dapat bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit, seterusnya konidium disebarkan oleh angin (Semangun, 1989). Gejala antraknosa sangat mudah dikenali dengan gejala awal pada buah cabai berupa bercak kecil dan berair. Ukuran luka tersebut dapat mencapai 3 4 cm pada buah cabai yang berukuran besar. Pada serangan lanjut yang sudah parah, gejala luka tersebut lebih jelas tampak seperti luka terbakar matahari dan berwarna antara merah tua sampai coklat menyala hingga warna hitam. Pada saat sudah parah, penyakit ini akan sangat merusak, dapat menyebabkan nekrosis dan bercak pada daun, cabang atau ranting. Penyebab penyakit memencar melalui percikan air dan jarak pemencaran akan lebih jauh jika disertai adanya hembusan angin. Penyakit antarknosa telah menyebar luas di daerah-daerah pertanaman cabai yang kondisinya sangat lembab atau daerah dengan curah hujan tinggi (Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura, 2010). Cendawan penyebab penyakit antraknosa berkembang dengan sangat pesat bila kelembaban udara cukup tinggi yaitu bila lebih dari 80 % RH dengan suhu 32 0 C. Serangan jamur C. capsici pada biji cabai dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah, sedangkan pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang menimbulkan busuk kering warna cokelat kehitam-hitaman (Yusuf, 2010).

7 2.2 Pengendalian Penyakit Antraknosa Cabai Tindakan untuk membersihkan benih (sanitasi) serta pergiliran tanaman bukan inang adalah bagian terpenting bagi pencegahan penyakit ini. Pemakaian fungisida yang tepat dan akurat dapat digunakan untuk mengurangi penyakit ini. Tindakan kultur teknis lainnya yang disarankan adalah menanam cabai pada musim kemarau, menghindari penanaman pada musim banyak hujan, perbaikan drainase, membuat bedengan searah angin, sanitasi pertanaman dengan membuang rumput-rumputan dan buah cabai yang terserang penyakit busuk buah, dan penggunaan varietas tahan seperti Hot Beauty (Semangun, 1989). 2.3 Pengendalian Hayati Pengendalian hayati adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dengan menggunakan organisme selain OPT itu sendiri. Karena itu pengendalian hayati dapat dikatakan suatu proses menekan, mengurangi atau meniadakan penyebab penyakit atau patogen baik yang telah aktif menyerang maupun yang berada pada stadia dormansi. Ada banyak cara pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat serangan jamur patogen tersebut, diantaranya perbaikan sistem budidaya tanaman, penggunaan bahan tanam yang bebas penyakit, pengendalian dengan fungisida, dan pengendalian secara hayati (Rompas, 1997). Dalam rangka konsep pengendalian penyakit terpadu, penggunaan bahan kimia merupakan alternatif terakhir dan sebagai pelengkap saja. Pengendalian secara

8 biologi lebih mengutamakan pemanfaatan musuh alami atau agen pengendali hayati sebagai komponen utama (Rompas, 1997). Keberhasilan penerapan pengendalian hayati sangat ditentukan dengan ketepatan pemilihan agen pengendali, untuk itu perlu pengetahuan tentang ekologi dan biologi patogen sebelum menentukan agen pengendali yang digunakan. Diantara sifat yang harus dimiliki agen pengendali hayati adalah : (1) mampu tumbuh lebih cepat dibanding patogen ; (2) bersifat sebagai pesaing (kompetitor) terhadap patogen ; (3) mampu menghasilkan senyawa antibiosis, enzim dan toksin yang mampu menghambat pertumbuhan patogen ; (4) mudah dibiakkan pada media buatan; (5) tidak menimbulkan penyakit pada tanaman (Rompas, 1997). Kitosan dapat diperoleh dengan mengkonversi kitin, sedangkan kitin sendiri dapat diperoleh dari kulit udang. Multiguna kitosan tidak terlepas dari sifat alaminya, sifat alami tersebut dapat dibagi menjadi dua sifat besar, yaitu sifat kimia dan sifat biologi. Sifat kimia kitosan sama dengan kitin tetapi yang khas antara lain adalah polimer poliamin berbentuk linier, mempunyai gugus amino aktif dan mempunyai kemampuan mengikat beberapa logam. Sedangkan sifat biologi kitosan antara lain adalah bersifat biokompatibel (sebagai polimer alami sifatnya tidak mempunyai akibat samping, tidak beracun, tidak dapat dicerna dan mudah diuraikan oleh mikroba) dan dapat berikatan dengan sel mamalia dan sel mikroba secara agresif (Rismana, 2001 dalam Winan, 2008). Dilaporkan bahwa pelapisan kitosan dapat menunda pemasakan dan memperpanjang masa simpan buah mangga pada suhu 15±1 C dan 85-90% RH selama 35 hari. Perlakuan buah mangga dengan kitosan (2%) efektif dalam

9 mengurangi timbulnya kebusukan dan kerusakan berat, dan menunda perubahan warna, ph dan keasaman hasil titrasi saat penyimpanan sehingga dapat meningkatkan mutu mangga (Wang, 2007 dalam Sugipriatini 2009). Kitosan merupakan bahan kimia multiguna berbentuk serat dan merupakan kopopolimer berbentuk lembaran tipis, berwarna putih atau kuning, tidak berbau. Kitosan merupakan produk diasetilase kitin melalui proses kimia menggunakan enzim kitin diacetilase (Rismana, 2001 dalam Winan, 2008). Kitosan memiliki gugus aktif yang akan berikatan dengan mikroba. Kitosan dapat berikatan dengan sel mamalia dan sel mikroba secara agresif sehingga kitosan mampu menghambat pertumbuhan mikroba (Hardjito, 2001 dalam Winan, 2008). Trichoderma spp. banyak diteliti dan diaplikasikan dalam pengendalian jamurjamur patogen tanah. Kemampuan Trichoderma spp. menghasilkan antibiotik menyebabkan terhambatnya petumbuhan jamur patogen disekitarnya, disamping itu keberadaan Trichoderma spp. dapat membuat keasaam tanah (ph) menjadi tidak optimum bagi patogen, sehingga terjadi ketidak seimbangan konsentrasi nutrisi dan selanjutnya tidak dapat dimanfaatkan oleh patogen dan pada akhirnya mampu menekan infeksi (Rompas, 1997). Trichoderma spp. mempunyai sifat antagonis yaitu mikroorganisme yang mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap mikroorganisme lain yang tumbuh dan berasosiasi dengannya. Antagonis meliputi (a) kompetisi nutrisi atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas tetapi tidak diperlukan oleh OPT, (b)

10 antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT, dan (c) predasi, hiperparasitisme, dan mikoparasitisme atau bentuk yang lain dari eksploitasi langsung terhadap OPT oleh mikroorganisme yang lain (Istikorini, 2002 dalam Ismail dan Tenrirawe, 2012). Trichoderma spp. mampu menghambat pertumbuhan C. capsici pada media PSA maupun pada buah Cabai. Salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan C. capsici terhambat karena cendawan Trichoderma spp. dapat mengeluarkan toksin yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan bahkan mematikan inangnya (Baharia, 2000 dalam Ismail dan Tenrirawe, 2012).