BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I. PENDAHULUAN. lima hal, atau kombinasi dari beberapa macam penyakit, diantaranya : ISPA

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di dunia. kedua pada anak dibawah 5 tahun. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Survey Kesehatan Nasional tahun 2001, pada tahun angka

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dapat diartikan bahwa anak tidak meninggal pada awal - awal

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. penyakit menular mengutamakan aspek promotif dan preventif dengan membatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) adalah pengelolaan kesehatan bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit diare masih menjadi salah satu masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. 1

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, penumonia (post

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu buang air besar yang tidak normal. berbentuk tinja encer dengan frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

SKRIPSI. Disusun untuk Memenuhi salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S 1 Kesehatan Masyarakat. Oleh: TRI NUR IDDAYAT J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis. lingkungan. Dua faktor yang sangat dominan adalah sarana air bersih dan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. dan di setiap sudut dunia. Anak-anak menghadapi risiko paling besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun. Meskipun diare membunuh sekitar 4 juta orang/tahun di negara berkembang, ternyata diare juga masih merupakan masalah utama di negara maju. Di Amerika setiap balita mengalami 7-15 kejadian diare dengan rata-rata usia 5 tahun, dan 300-500 balita meninggal setiap tahun. Di negara berkembang rata-rata tiap balita di bawah usia 5 tahun mengalami insiden diare 3 kali pertahun (WHO, 2009). Menurut (Maryunani, 2010) diare adalah penyebab nomor satu kematian balita diseluruh dunia yang sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta kasus. Di Indonesia diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbilitas (angka kesakitan) diare di indonesia mencapai 195 orang balita per 1000 penduduk dan angka ini merupakan angka tertinggi di Asean. Insiden penyakit diare berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-70% diantaranya anak-anak usia dibawah 5. Diare masih merupakan salah satu penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas anak-anak di negara yang sedang berkembang, dengan perkiraan sebesar 3-5 milyar kasus setiap tahun di dunia, sekitar 5-18 juta kematian setiap tahunnya adalah disebabkan diare. Kematian ini disebabkan karena dehidrasi akut yang menyebabkan kekurangan cairan dan elektrolit (Soegijanto, 2009). Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer, dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah, sehingga

diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita banyak sekali kehilangan cairan tubuh hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada balita dibawah umur lima tahun (Ummuauliya, 2008). Diare pada balita dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain keadaan lingkungan, perilaku masyarakat, gizi, kependudukan, pendidikan dan keadaan sosial ekonomi. Diare menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi dan diare dapat mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan sari makanan pada balita yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada balita (Widoyono, 2011). Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Diperkirakan, anak berumur di bawah lima tahun mengalami 203 angka kejadian diare per-tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutrisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan). Lebih kurang 10% angka kejadian diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2008). Beragamnya konsep budaya terkait dengan penyakit diare termasuk upaya pencegahan dan pengobatan yang dipilih masyarakat dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pengetahuan, sikap dan persepsi masyarakat terhadap penyakit dan sarana pelayanan yang tersedia, latar belakang sosial ekonomi dan budaya serta ketersediaan pelayanan kesehatan akan mempengaruhi tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit tersebut. Selain itu, keterjangkauan sarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat, tingkat kegawatan penyakit dan pengalaman pengobatan sebelumnya baik atas dasar pengalaman sendiri maupun orang lain

turut mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan untuk mencegah dan mengobati penyakit (Hidayat, 2012). Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan 12 bulan. Pada usia ini anak mulai mendapat makanan tambahan seperti makanan pendamping air susu ibu, sehingga kemungkinan termakan makanan yang sudah terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit diare menjadi lebih besar. Selain itu anak juga sudah mampu bergerak kesana kemari sehingga pada usia ini anak senang sekali memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. (Hiswani, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Erisa Herwindasari, dkk (2013) di Wilayah Puskesmas Perumnas II Pontianak, mengatakan adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan awal diare pada balita (p=0,017). sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamadi Irawan (2009) di Desa Tumbang Manjul Kec.Seruyan Hulu Kab.Seruyan Kalimantan Tengah, mengatakan ada hubungan tingkat pengetahuan ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita p=0,011 (p<0,05). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamadi, Irawan (2009) di Desa Tumbang Manjul Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah, Mengatakan ada hubungan sikap ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita p=0,003 (p<0,05). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Puji Sri Pratiwi (2003) di Desa Majogendeng Kec.Mojogendeng Kab.Karanganyar, mengatakan terdapat hubungan sikap ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita p=0,011 (p<0,05). Adapun menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 kematian balita yang paling sering disebabkan oleh diare, ISPA dan pneumonia. Penyakit diare menempati posisi teratas sebagai penyebab kematian balita di Indonesia. Diare

adalah buang air besar yang terjadi pada balita yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi tiga kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah. Apabila pada diare pengeluaran cairan melebihi pemasukan maka akan terjadi dehidrasi. Berdasarkan derajat dehidrasi diare dapat dibagi menjadi diare dehidrasi ringan/sedang dan diare dehidrasi berat. Balita memiliki resiko yang lebih besar untuk menderita dehidrasi dibandingkan orang dewasa (Depkes RI, 2009). Pada tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan diare per 1.000 penduduk mencapai 16,36%. Capaian ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73%. Pencapaian ini jauh di bawah target program yaitu 220 per 1.000 penduduk. Rendahnya dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunnya kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata (underreporting cases). Dari 33 kabupaten/kota yang ada, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di 3 (tiga) Kabupaten yang melebihi perkiraan kasus yaitu Samosir (118,33%), Nias Utara (117,66%) dan Karo (112,73). Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Sergei yaitu 0,52% dan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu 7,61%. (Profil Dinkes Propsu, 2012). Jumlah penderita diare di kota Medan berjumlah 13.445 orang, sedangkan 10 orang di antaranya meninggal dunia disebabkan karena diare infeksi. Puskesmas Medan Petisah menunjukkan bahwa balita yang mengalami diare pada bulan Januari tahun 2010 sebanyak 42 balita, Februari 29 balita, bulan Maret 40 balita dan pada bulan April terjadi penurunan sebanyak 32 balita tahun 2010 (Herman, 2010). Angka penderita diare masih tinggi di kota Medan. Berdasarkan data rekapitulasi laporan di bulan Januari sampai Desember 2013 yang diterima, penyakit diare di 33 kabupaten/kota Provinsi Sumut mencapai 193.505 penderita. Penderita tertinggi

adalah kota Medan mencapai 26.243 kasus, Simalungun 23.615 penderita, Deli Serdang 19.747 penderita, Langkat 15.254 penderita, dan Sergai 13.166 penderita. "Penderita diare yang berusia dibawah 1 tahun mencapai 29.806 penderita, meninggal 8 penderita. Usia 1-5 tahun 56.998 penderita, meninggal 1 penderita, dan usia di atas 5 tahun mencapai 106.701 penderita. Sedangkan jumlah penderita yang diberi oralit mencapai 175.466 penderita dan yang sedang dirawat inap (infus), 1.337 penderita," kata Staf pemegang program Dinas Kesehatan Sumut, Rosintan Sianturi kepada wartawan, Kamis (13/2/2014). (Dinkes Medan, 2014). Berdasarkan survei awal yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Sambirejo Kabupaten Langkat pada tanggal 17 Maret 2014 dari 5 penyakit terbesar di Puskesmas Sambirejo penyakit diare menduduki urutan ke-2 dan ditemukan 40 ibu yang balitanya menderita penyakit diare terhitung mulai bulan Juni sampai Desember 2013, Peneliti melakukan wawancara kepada 5 ibu yang membawa balitanya ke Puskesmas Sambirejo karena mengalami penyakit diare dan hasil wawancara tersebut 3 orang ibu tidak memahami apa itu diare dan bagaimana cara penanganan dan pencegahannya. Hal ini dapat dilihat saat peneliti memberikan lima pertanyaan tentang masalah diare kepada ibu yang anaknya terkena diare, ternyata ibu hanya dapat berdiam diri saja tanpa melekukan tindakan apa pun dan membiarkan anaknya beristirahat. Dan saat memberikan makanan kepada balitanya ibu tidak memperhatikan kebersihan tangannya dan tempat piring yang digunakan untuk memberi makan anaknya, sedangkan 2 orang ibu lainnya memahami apa itu diare, penangananya dan pencegahannya itu terlihat saat peneliti memberikan beberapa pertanyaan dan melakukan observasi mengenai diare kepada ibu yang anaknya juga terkena diare dan ternyata ibu itu dapat menjawab semua pertanyaan yang diberikan peneliti, ibu juga menjaga kebersihan saat memberikan makan anaknya dan menjaga kebersihan lingkungan dan kondisi anaknya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2014. B. Perumusan Masalah Apakah pengetahuan dan sikap ibu berhubungan dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita 1-5 tahun di Dusun 6 desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2014. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2014. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2014. b. Untuk mengidentifikasi sikap ibu tenteng tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun 2014. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Tempat Penelitian Sebagai masukan bagi-ibu mengenai pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita.

2. Bagi Puskesmas Sambirejo Sebagai masukan agar lebih memantau dan lebih tanggap lagi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat pedalaman desa. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai referensi yang melengkapi bahan perpustakaan dan bahan bacaan untuk dapat bermanfaat dalam proses belajar mengajar dan dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa Universitas Sari Mutiara Medan khususnya bagi Sarjana Keperawatan.