BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan memudarnya sikap saling menghormati, tanggung jawab,

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

MAKALAH LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. fisik mereka. Jauhnya kehidupan anak-anak dari nilai moral dan agama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN GURU MENGELOLA PEMBELAJARAN TEMATIK MENURUT KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 1 SOPAI KABUPATEN TORAJA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM OLEH : DRS. I MADE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, faktor instrumental, faktor fisiologis, dan faktor psikologis. Keempat

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. John Dewey menyatakan, bahwa pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan, sarana pertumbuhan yang mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup. Pernyataan ini setidaknya mengisyaratkan bahwa bagaimanapun sederhana suatu komunikasi manusia, memerlukan adanya pendidikan. 1 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia yaitu antara lain untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31 Ayat (3) memerintahkan agar Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang 1 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2003), h.67.

2 Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa dan karakter. Untuk kepentingan tersebut, Pemerintah melakukan penataan kurikulum. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan, dirancang secara sistematis atas dasar norma-norma yang berlaku, dan dijadikan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2 Kurikulum harus bersifat dinamis, artinya kurikulum selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, para pengembang kurikulum termasuk pendidik harus memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang hal tersebut. Kurikulum harus selalu dimonitor dan dievaluasi untuk perbaikan dan penyempurnaan. Setiap kali dilakukan perbaikan dan penyempurnaan kurikulum belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik, karena kurikulum itu bersifat hipotesis. Maksudnya, baik tidak suatu kurikulum akan dapat diketahui setelah dilaksanakan di lapangan. 3 2 Kadir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Renika Cipta, 2004), h.3. 3 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.2.

3 Dalam dunia pendidikan, di Indonesia sering kali dilakukan perubahan kurikulum. Berkaitan dengan perubahan kurikulum, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlu diterapkan kurikulum berbasis kompetensi sekaligus berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi. Hal tersebut penting, guna menjawab tantangan arus globalisasi, berkontribusi pada pembangunan masyarakat dan kesejahteraan sosial, lentur, serta adaptif terhadap berbagai perubahan. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter diharapkan mampu memecahkan berbagai persoalan bangsa khususnya dalam bidang pendidikan, dengan mempersiapkan peserta didik melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi terhadap sistem pendidikan secara efektif, efisien, dan berhasil guna. Oleh karena itu, merupakan langkah yang positif ketika pemerintah (Mendikbud) merevitalisasi pendidikan karakter dalam seluruh jenis dan jenjang pendidikan. 4 Pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat juga dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan 4 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.6.

4 keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 5 Pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi faham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan berprilaku yang baik (moral action). Pendidikan menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilaksanakan. 6 Pada saat ini, kurikulum yang terbaru dijadikan acuan dan pedoman dalam pendidikan di Indonesia adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. 7 5 Muchlas Samani,Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.45-46. 6 Zulfikri Anas, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter; Berdasarkan Pengalaman di Satuan Pendidikan Rintisan, (Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas, 2011), h.1. 7 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi..., h.66.

5 Sedangkan Kurikulum 2013 menjanjikan lahirnya generasi penerus bangsa yang produktif, kreatif, inovatif, dan berkarakter. Dengan kreativitas, anak-anak bangsa mampu berinovasi secara produktif untuk menjawab tantangan masa depan yang semakin rumit dan kompleks. 8 Dalam implementasi Kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang terdapat dalam kurikulum. Materi pebelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pendidikan nilai dan pembentukan karakter tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. 9 Untuk meningkatkan pendidikan nilai dan pembentukan karakter tersebut, dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dilakukan beberapa kegiatan pembiasaan, yaitu diantaranya: tadarus atau baca tulis al- Qur an; shalat Dhuha; shalat Dhuhur berjama ah; shalat Jum at di sekolah; perayaan hari besar Islam; pesantren kilat; dan sebagainya. Dari situlah penulis ingin meneliti lebih jauh lagi tentang implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu penulis mengambil judul penelitian Implementasi Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan 8 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi..., h.39. 9 Ibid., h.7.

6 Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Pembiasaan Shalat Fardlu Peserta Didik Kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya. B. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang di atas, penulis menarik rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Praja Mukti Surabaya? 2. Bagaimana pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya? 3. Bagaimana implementasi Kurikulum 2013 dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah tersebut di atas, maka penulis mempunyai tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMP Praja Mukti Surabaya. 2. Untuk mengetahui pembiasan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya.

7 3. Untuk mengetahui implementasi Kurikulum 2013 dalam pembiasan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian merupakan sesuatu yang penting karena salah satu ukuran kualitas karya ilmiah dilihat dari aspek manfaatnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti lebih bervariasi. Tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari. 2. Bagi pendidik, bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas dalam menyampaikan ilmu kepada peserta didik. 3. Bagi peserta didik, untuk meningkatkan dan mengimplementasikan pengetahuan, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. 4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini merupakan sebuah informasi yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka untuk mengadakan perubahan dan penyempurnaan teknik pengajaran sehingga dapat diterapkan guna menghasilkan proses pembelajaran yang bermutu. 5. Bagi penulis, sebagai pengalaman berharga yang dapat menambah pengetahuan baik dalam bidang pembelajaran maupun dalam penelitian.

8 6. Bagi penulis lain, sebagai referensi atau acuan untuk melakukan penelitian lain yang sejenis guna mengkaji permasalahan lain yang belum dibahas dalam penelitian ini. E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah hasil dari operasionalisasi, menurut Black dan Champion (1999) untuk membuat definisi operasional adalah dengan memberi makna pada suatu konstruk atau variable dengan operasi atau kegiatan dipergunakan untuk mengukur konstruk atau variable. Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atau sifat-sifat hal didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasikan atau diteliti. 10 Hal ini sangat penting dilakukan selain sebagai petunjuk alat pengumpul data (instrumen) yang cocok untuk digunakan, juga membuka kemungkinan bagi peneliti lain untuk melakukan hal yang serupa. Definisi opersional juga diperlukan agar peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa tidak salah dalam menafsirkan konsep variabel yang dilakukan oleh penulis. 11 1. Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan terhadap sebuah permasalahan guna meneliti permasalahan tersebut secara mendalam. 12 10 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h.76. 11 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h.190. 12 Pius A. Partanto,Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h.247.

9 2. Kurikulum 2013 Secara etimologis, istilah kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Sedangkan secara terminologis istilah kurikulum (dalam pendidikan) diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. B. Othanel Smith, W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group ways of thinking and acting. Pengertian ini menunjukkan kurikulum bukan hanya mata pelajaran, tetapi juga pengalaman-pengalaman potensial yang dapat diberikan kepada peserta didik. Selanjutnya J. Galen Saylor dan William M. Alexander mengemukakan the curriculum is the sum total of school s efforts to influence learning, whether in the classroom, on the playground, or out of school. Pengertian ini lebih luas lagi dari pengertian sebelumnya. Kurikulum tidak hanya mata pelajaran dan pengalaman, melainkan semua upaya sekolah untuk mempengaruhi peserta didik belajar, baik di sekolah, di kelas, di halaman sekolah, atau di luar sekolah. Sedangkan menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 Ayat 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

10 bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. 13 Kurikulum 2013 merupakan tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pernah diuji cobakan pada tahun 2004. KBK dijadikan acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dalam seluruh jenjang dan jalur pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Bedanya dengan kurikulum lain, Kurikulum 2013 lebih fokus dan berangkat dari karakter serta kompetensi yang akan dibentuk, baru memikirkan untuk mengembangkan tujuan yang akan dicapai. Semua komponen lebih diarahkan pada pembentukan karakter dan kompetensi peserta didik yang diharapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang; baik dalam real curriculum maupun dalam hidden curriculum. 14 3. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Dalam kurikulum 2013 tidak lagi menggunakan istilah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, akan tetapi telah dirubah menjadi mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dapat diartikan sebagai program yang terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, 13 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan..., h.2-6. 14 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi..., h.12.

11 memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama Islam. Selain itu, mengikuti tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama, sehingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti merupakan mata pelajaran yang wajib diikuti oleh semua peserta didik dalam semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ini merupakan suatu bentuk penyelenggaraan dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, mempunyai pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantab dan mandiri, serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. 15 4. Pembiasaan Suatu perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus secara rutin. 5. Shalat Fardlu Menurut bahasa, shalat berarti doa. Sedangkan menurut istilah shalat adalah suatu perbuatan serta perkataan yang dimulai takbirratul ihram dan diakhiri dengan salam sesuai dengan persyaratan yang ada. 7. 15 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h.6-

12 Adapun shalat fardlu ialah shalat lima waktu (Subuh, Dhuhur, Ashar, Mmaghrib, dan Isya ) yang diwajibkan Allah SWT untuk dilaksanakan oleh umat Islam, jika meninggalkannya maka hukumnya dosa. 16 6. Peserta didik Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Peserta didik merupakan kunci yang menentukan terjadinya interaksi edukatif. 17 7. SMP Praja Mukti Surabaya Sebuah Lembaga pendidikan Sekolah Menengah Pertama yang berada dalam naungan Yayasan Pendidikan Praja Mukti yang berada di jalan Kupang Segunting III/ 12 C Surabaya. Sistematika Pembahasan Agar pembahasan dalam penelitian ini mengarah kepada maksud yang sesuai dengan judul, maka dalam pembahasan ini penyusunan sistematika pembahasan dengan rincian sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, 16 Saiful Jazil, Fiqih Ibadah (Perspektif Empat Mazhab), (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010), h.129. 17 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h.51.

13 dan sistematika pembahasan. Uraian dalam bab I ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang isi keseluruhan tulisan serta batasan permasalahan yang di uraikan oleh penulis dalam pembahasannya. BAB II : KAJIAN TEORI Bab ini terdiri dari 4 sub bab yang terdiri dari: tinjauan tentang pengembangan kurikulum, tinjauan tentang pengembangan Kurikulum 2013, tinjauan tentang implementasi Kurikulum 2013, serta tinjauan tentang mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana cara penulis memperoleh hasil penelitian yang bertujuan mempermudah dalam penelitian di lapangan. Bab ini meliputi jenis dan pendekatan penelitian, subjek dan objek penelitian, tahap-tahap penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data, serta pengecekan keabsahan data. BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis di lapangan. Bab ini meliputi gambaran umum obyek penelitian yang meliputi sejarah, visi dan misi, struktur organisasi, pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik, sarana dan prasarana,

14 serta pemaparan dan analisis data: pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 dalam proses pembelajaran di SMP Praja Mukti Surabaya, implementasi Kurikulum 2013 dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya, serta faktor pendukung dan penghambat implementasi Kurikulum 2013 dalam pembiasaan shalat fardlu peserta didik kelas VII SMP Praja Mukti Surabaya. BAB V : PENUTUP Bab ini menjelaskan secara global dari semua pembahasan skripsi dengan menyimpulkan semua pembahasan dan memberi beberapa saran dalam meningkatkan kualitas pembelajaran selanjutnya. Tujuannya mempermudah pembaca untuk mengambil inti sari dari pembahasan skripsi ini.