BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
, 2015 HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN PERATURAN PERMAINAN FUTSAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL ASPROV PSSI JAWA BARAT SAAT MEMIMPIN PERTANDINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT KEPUASAN PEMAIN BOLA BASKET TERHADAP KINERJA WASIT PADA PORDA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola voli dalam perkembangannya pada saat ini semakin

2016 HUBUNGAN KONSENTRASI DENGAN HASIL KETEPATAN SERVIS ATAS PADA CABANG OLAHRAGA BOLA VOLI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu jenis olahraga permaianan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. istilah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencegah bola menyentuh lantai atau lapangan permainan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini perlu mendapatkan perhatian yang besar, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan teknik dasar awalnya. Karena itu penguasan teknik dasar dalam

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

2016 PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP KETERAMPILAN BERMAIN SEPAK TAKRAW PADA SISWA SMP NEGERI 1 CONGGENG

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama di negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat menguasai unsur teknik dasar dalam permainannya. Unsur teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dea Gardea, 2013

PERATURAN KHUSUS CABANG BULUTANGKIS IMSSO LIGA MEDIKA 2017

SISTEM SENAM INDONESIA KETENTUAN KLASIFIKASI DAN MEKANISMENYA PADA SELURUH TINGKAT KEPENGURUSAN ===================================================

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga telah menjadi gejala sosial yang tersebar di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan olahraga bola voli yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan motoriknya sehingga memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakaria Nur Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang populer di masyarakat. Permainan. masyarakat dari berbagai tingkat usia, anak-anak, remaja dan dewasa baik

BAB I PENDAHULUAN. tetap dapat menempatkan diri pada kedudukannya yang mulia dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang handal. Prestasi

LAPORAN KEGIATAN PPM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013

DRS. HERWIN, M.PD.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam salah satu cabang olahraga, ada permainan yang merupakan

TATA TERTIB CABANG TENNIS PEKAN OLAHRAGA MASYARAKAT (PORMAS) KANSAI 2014 KYOTO, 9 AGUSTUS 2014

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

Peraturan Administrasi Peraturan Umum Peraturan Pertandingan

2015 PROFIL KOND ISI FISIK ATLET SQUASH KABUPATEN BEKASI PAD A PORD A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Septian Try Ardiansyah 2014

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2010

HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KETEPATAN SERVIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang di Indonesia.Permainan bolavoli dikenal di Indonesia sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Siti Ratna Komala,2014

ANGGARAN DASAR KLUB BOLA BASKET COUGAR (COUGAR BASKETBALL CLUB)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EDARAN KEJUARAAN BULUTANGKIS WALIKOTA CILEGON OPEN 2013 SWASTA TINGKAT NASIONAL (RANGKING POINT) 1. NAMA KEJUARAAN : WALIKOTA CILEGON OPEN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam buku Coaching dan aspek aspek Psikologis dalam coaching

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

SPORTIFITAS TINGKATKAN INTEGRITAS!

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syahrul Akbar, 2014 Tingkat kepercayaan diri tim dengan kehadiran libero dalam pertandingan bola voli

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wawan Candy, 2013

ANALISIS INTERAKSI SOSIAL ATLET BOLA VOLI KLUB ANANTA KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. anggaran pendidikan yang besar karena mereka sadar akan pentingnya pendidikan.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, karakter setiap pemain dan menciptakan kekompakan.

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang melalui proses komunikasi, dalam komunikasi harus ada timbal

BAB I PENDAHULUAN. G. Morgan pada tanggal 9 Februari 1895 di Holyoke Massachusetts (Amerika

BAB I PENDAHULUAN. apabila seseorang dapat menguasai teknik dasar yaitu passing bawah, passing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Royan Rizalul Fiqri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

Nomor : 43/PBSI/PANT-ACO /III/2012 Lamp : 1 (satu) Berkas Perihal : Undangan Kepada Yth : Pengprov/Pengkab/Pengkot dan Klub Bulutangkis

2016 HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA WASIT FUTSAL LEVEL 1 KOTA BANDUNG

N G T A KEJUARAAN BULUTANGKIS TANGKAS SPECS JUNIOR CHALLENGE OPEN BADMINTON CHAMPIONSHIPS 2012 DATA KEJUARAAN 9-14 JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Kharismayanda, 2013

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1971 TENTANG OLAHRAGA PROFESIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL PEMBINAAN PRESTASI BOLA VOLI DI KALIMANTAN BARAT PROPOSAL

Respect For The Rules dalam Permainan Sepak Bola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prinsip dasar permainan bola voli adalah untuk memenangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk

TECHNICAL HANDBOOK CABANG AEROMODELLING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, dirancang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dilepaskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana, pembekalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Deni Pazriansyah, 2013

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertandingan merupakan alat ukur bagi pembinaan olahraga prestasi. Keberhasilan dalam pembinaan prestasi khususnya bola voli akan ditentukan dalam keberhasilan pada suatu kejuaraan atau pertandingan. Klub-klub bola voli melalui pelatihnya, akan meletakkan kompetisi sebagai target dari proses pembinaan. Sebelum puncak kejuaaraanpun sudah ada pertandingan-pertandingan untuk uji coba dalam rangka memperbaiki tim. Semua pertandingan tersebut memerlukan wasit yang representatif. Wasit merupakan bagian penting dari suatu pertandingan. Wasit yang tidak bermutu sering dapat mengundang protes dari pemain, pelatih, bahkan dapat memicu suatu kerusuhan. Kesalahan wasit dapat memicu penonton untuk melemparkan segala benda yang dibawanya ke lapangan sehingga pertandingan terhenti. Tawuran antar penonton yang meluas ke luar lapangan dapat terjadi jika wasit sering melakukan kesalahan. Untuk menjadi wasit bola voli yang baik memerlukan waktu cukup lama, dan latihan berulang-ulang. Dalam tugasnya wasit bola voli harus meniup peluit, mempersilahkan pemain untuk melakukan servis, meniup peluit secepat mungkin setelah terjadi kesalahan dalam permainan, dan diikuti isyarat siapa yang harus servis disertai isyarat kesalahannya. Dalam permainan bola voli apabila terjadi kesalahan teknik yang dilakukan oleh pemain, maka akan adanya hukuman yang diberikan terhadap kesalahan teknik, banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya kesalahan teknik. Sehubungan dengan permainan bola voli merupakan permainan yang cepat, maka wasit harus dengan cepat meniup peluit untuk memutuskan apabila terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh pemain dan dengan

2 segera memberikan hukuman terhadap pemain atau tim yang melakukan kesalahan. Isyarat wasit sudah baku pada berbagai macam kesalahan. Urutan isyarat juga sudah baku sehingga keterampilan mewasiti hanya dapat dikuasai dengan cara berlatih berulang-ulang dengan dipandu oleh yang sudah mahir. Soekintaka (1973, hlm.7) mengatakan bahwa: Betapa pentingnya wasit dalam suatu pertandingan itu, terbukti bahwa dalam tiap peraturan permainan cabang olahraga bagaimana kecilnya lapangan yang digunakan oleh salah satu cabang olahraga, pasti diwasiti oleh lebih dari dua orang wasit, atau seorang wasit dengan beberapa orang pembantu wasit, dengan maksud agar dapat memberikan pengawasan dan pengamatan yang cermat supaya dapat memberikan keputusan yang adil dan tepat sehingga pertandingan itu dapat berjalan dengan lancar tanpa gangguan. Berdasarkan pendapat di atas, wasit dalam memimpin suatu pertandingan memberikan kontribusi terhadap permainan yang jujur, adil, dan tertib. Wasit bertindak sebagai pengadil yang baik, tegas, adil, dan yang paling penting wasit harus menerapkan peraturan yang ada dengan tepat dan cepat. Karena perannya yang sangat penting dalam sebuah pertandingan, wasit dituntut memiliki pengetahuan tentang peraturan permainan, kemampuan memimpin pertandingan ketegasan dalam menerapkan peraturan yang ditentukan, dan berjiwa adil. Wasit juga harus memiliki kemampuan fisik yang prima, gerak yang gesit, dan kejelian. Hal tersebut merupakan dasar yang paling utama dalam menghadapi situasi pertandingan, dengan demikian tidak akan terjadi keragu-raguan dalam mengambil keputusan, sehingga pertandingan berjalan dengan aman dan lancar. Lebih lanjut Soekintaka (1973, hlm.8) menjelaskan bahwa: Wasit yang baik akan dapat membantu perkembangan teknik dan taktik permainan, karena wasit yang baik itu akan menimbulkan suasana yang memungkinkan berkembangnya teknik dan taktik permainan, sebab wasit yang baik itu tidak akan salah dalam putusan-putusannya baik keputusan mengenai penafsiran peraturan permainan maupun penafsiran tentang teknik dan taktik permainan atau putusannya terhadap gejala utama dari situasi yang timbul.

3 Dalam hal ini wasit memberikan kontribusi pada permainan dengan membantu meningkatkan standar permainan disegala tingkatan dengan memastikan bahwa seluruh pemain mengindahkan peraturan, memastikan bahwa setiap permainan dimainkan dengan semangat yang benar, dan membantu meningkatkan kenikmatan permainan untuk seluruh pemain, penonton dan yang lainnya. Wasit adalah orang yang bertugas dan bertanggung jawab sebagai pengadil dan pemimpin pertandingan dilapangan, dengan cara mengawasi dan menerapkan peraturan pertandingan dengan baik, tegas, tepat, dan adil. Media massa sering menyampaikan pemberitaan mengenai wasit yang memimpin jalannya pertandingan, bahkan menjadikan pokok berita yang cenderung memojokkan wasit itu sendiri. Beberapa tahun terakhir kinerja wasit bola voli sedang menjadi sorotan dari berbagai elemen insan bola voli, hal ini dikarenakan telah banyak kasus yang terjadi dan mengganggu jalannya pertandingan yang disebabkan ketidakpuasan atas keputusan yang diberikan oleh wasit karena keputusan wasit yang dianggap tidak sesuai, tidak adil dan tidak tegas. Kasus yang terjadi pada pertandingan-pertandingan resmi bola voli, baik itu di tingkat nasional maupun di tingkat regional, diantaranya: 1. Pada saat PORDA Jabar Tahun 2010 di Bandung, pertandingan dihentikan karena para pemain tidak akan bermain sebelum wasit yang memimpin diganti karena pemain merasa dirugikan dan wasit tersebut tidak tegas. (PBVSI Jawa Barat) 2. Protes yang dilakukan oleh Tim putri Bontang LNG Badak terhadap kepemimpinan wasit pada laga empat besar kompetisi bola voli BSI Proliga 2012 dinilai menguntungkan tim lain. (INILAH.COM Senin, 7 Mei 2012 11:38 WIB)

4 3. Kejurda Junior Jawa Barat Tahun 2012 di Bekasi, salah satu tim tidak mau melanjutkan pertandingan karena tidak puas dengan keputusan wasit, dan meminta wasit yang memimpin pertandingan diganti dengan wasit lain. (PBVSI Jawa Barat) 4. Babak Kualifikasi PORDA Tahun 2013 di Kabupaten Ciamis, pertandingan dihentikan dikarenakan salah satu tim beranggapan keputusan wasit merugikan timnya. (PBVSI Jawa Barat) Berdasarkan hasil survey, wawancara dan lembar evaluasi wasit bola voli yang peneliti peroleh dari SRC (Special Referee Committee) Pengda PBVSI Jawa Barat, didapatkan gambaran, bahwa kinerja wasit dalam memimpin suatu pertandingan masih banyak keputusan-keputusan yang diambil oleh wasit yang tidak sesuai dengan peraturan permainan. Banyak yang mengungkapkan baik itu dikalangan pemain, ofisial, penonton dan bahkan media-media massa mempunyai anggapan bahwa yang selalu dipermasalahkan adalah kinerja wasit yang kurang baik dalam memimpin pertandingan. Dari latar belakang tersebut diatas, hal ini yang mendasari peneliti untuk mengetahui lebih jauh opini yang ada di masyarakat, khususnya mengenai bagaimana kinerja wasit yang memimpin pertandingan di kejuaraan-kejuaraan resmi PBVSI. Meskipun kenyataannya, tidak semua wasit berlaku seperti apa yang telah dijelaskan tersebut. Dari berbagai unsur yang terlibat dalam sebuah pertandingan, wasit merupakan seseorang yang memiliki peranan sentral dalam keterlaksanaanya sebuah pertandingan. Wasit adalah pengendali sebuah permainan agar dapat berjalan dengan lancar, menarik, dan tidak membosankan. Peranan wasit sebagai pemimpin di dalam lapangan harus mampu menjadi pengadil yang adil sehingga tujuan dari sebuah pertandingan dapat tercapai dengan baik yaitu lancar, aman, dan kedua belah pihak yang bertanding merasa

5 puas dengan setiap keputusan yang dikeluarkan oleh wasit tersebut. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998, hlm.513), wasit adalah penengah, pengantar, pemisah, pelerai, pendamai. Pengertian tersebut dapat diartikan sebagai pengadil atau pemimpin yang berada di dalam lapangan, yang berfungsi sebagai penengah dan memberikan keputusan kepada para pemain atau tim yang sedang bertanding sehingga pertandingan dapat berjalan seadil mungkin. Sedangkan menurut wikipedia (http://en.wikipedia.org/wiki/referee) adalah: a referee is the person of authority, in a variety of sports, who is responsible for presiding over the game from a neutral point of view and making on the fly decisions that enforce the rules of the sport. Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa wasit adalah seseorang yang menjadi penengah antara dua tim yang sedang bertanding dan menegakkan aturan dan norma yang ada untuk menciptakan pertandingan yang fair play. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit dalam menentukan setiap kejadian, baik yang datang dari internal wasit itu sendiri ataupun yang diakibatkan oleh gangguan eksternal. Dalam hal ini Mangkunegara (2001, hlm.70) mengemukakan faktor-faktor kinerja adalah sebagai berikut: Latihan dan pengalaman kerja, pendidikan, sikap, kepribadian, organisasi, para pemimpin, kondisi sosial, kebutuhan individu, kondisi fisik, mental, kemampuan, motivasi, lingkungan kerja, dan sebagainya. Selanjutnya Tjiono dan Anastasia dalam Rubeni (2012, hlm.5) mengungkapkan bahwa: Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) faktor individu yang meliputi kemampuan/keterampilan dan demografi, (2) faktor organisasi yang meliputi: sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur, desain pekerjaan, (3) faktor psikologis yang meliputi: persepsi, sikap, kepribadian belajar dan motivasi. Selanjutnya Sutermeister (1999, hlm. 23) mengatakan bahwa: faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja terdiri dari motivasi, kemampuan,

6 pengetahuan, keahlian, pendidikan, pengalaman, pelatihan, minat, sikap kepribadian kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis, kebutuhan sosial dan kebutuhan egoistik. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, kinerja seseorang merupakan suatu hasil pekerjaan yang dicapai dan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, yang meliputi demografi, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Kinerja wasit bola voli dipengaruhi oleh faktor individu yang di dalamnya adalah demografis yaitu dilihat dari latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh wasit, kemudian yang kedua adalah faktor organisasi yang didalamnya adalah pengalaman kerja atau pengalaman mewasiti (jam terbang) dan yang terakhir adalah faktor psikologis yang didalamnya adalah kepercayaan diri (self confiedence). Aspek-aspek tersebut mempunyai hubungan dengan kinerja wasit bola voli yang dapat dilihat dalam penjelasan sebagai berikut: Faktor pertama latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh seorang wasit bola voli. Latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh seorang wasit dibuktikan dengan ijazah pendidikan formal terakhir, baik ijazah SMA ataupun Perguruan Tinggi. Mengenai latar belakang pendidikan tersebut Instruksi Presiden No.15 Tahun 1974, menyatakan bahwa: Pendidikan adalah segala usaha untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia Indonesia, baik jasmani dan rohani, yang berlangsung seumur hidup, baik dialam maupun diluar sekolah, dalam rangka pembangunan persatuan Indonesia dan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Intruksi Presiden tersebut dapat disimpulkan bahwa, latar belakang pendidikan penting untuk mengembangkan kemampuan manusia, termasuk didalamnya adalah wasit bola voli. Mengenai hal ini PBVSI sebagai induk olahraga bola voli memberikan suatu ketentuan dan aturan seorang wasit bola voli yang berlisensi Nasional harus memiliki minimal ijazah SMA. Undang-Undang no.2 tahun 1989 menyebutkan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar untuk

7 menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi bekalnya pada masa yang akan datang. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1999, hlm. 232) disebutkan pula bahwa: pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Selanjutnya pendidikan atau klasifikasi perwasitan, pendidikan ini dibuktikan dengan sertifikat yang dimiliki oleh seorang wasit.pp. PBVSI (1992, hlm. 8) mengungkapkan bahwa: Untuk wasit yang mengikuti kursus tingkat nasional harus telah mempunyai sertifikat daerah A, dan mendapat rekomendasi pengurus daerah dan komisaris perwasitan sesuai dengan ranking yang menurut penilaiannya baik. Wasit yang lulus dalam kursus tersebut akan diberikan tingkat nasional C. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan wasit ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan serta keterampilan seorang wasit dalam melaksanakan tugasnya memimpin suatu pertandingan. Faktor kedua adalah faktor individu yaitu kemampuan atau keterampilan seseorang dalam bidang pekerjaannya. Mulyani dalam Rubeni (2012, hlm. 83) mengungkapkan bahwa Pengalaman adalah perolehan pengetahuan dan keterampilan dengan mengerjakan dan mengalami sesuatu. Berdasarkan ungkapan tersebut bahwakemampuan atau keterampilan akan diperoleh melalui suatu pengalaman atau setelahmelalui masa kerja tertentu. Pengalaman kerja seorang wasit bola voli dalam memimpin suatu pertandingan. Pengalaman kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penglaman seorang wasit dalam memimpin suatu pertandingan yang diukur dalam kurun waktu. Trijoko (1980, hlm. 321) mengatakan bahwa: Pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai

8 seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Selanjutnya menurut Ranupandojo (1984, hlm. 15) mengemukakan pengalaman kerja adalah ukuran tentang lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh seseorang dapat memahami tugas-tugas suatu pekerjaan dan telah melaksanakan dengan baik. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengalaman kerja adalah tingkat penguasaan pengetahuan serta keterampilan seseorang dalam pekerjaannya yang dapat diukur dari masa kerja dan dari tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Faktor-faktor yang dijelaskan di atas, merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terhadap kinerja wasit dalam memimpin suatu pertandingan. Karena apabila hal tersebut dibiarkan, maka akan berdampak buruk terhadap perkembangan prestasi olahraga. Peneliti mempunyai anggapan bahwa untuk kepentingan peningkatan prestasi olahraga perlu mengerahkan segala daya dan tenaga, yang berarti tidaklah cukup bila dalam meningkatkan prestasi olahraga itu hanya menekankan atau menujukan kepada para olahragawannya saja. Sebab prestasi tinggi akan dicapai apabila segala kelengkapan berolahraga disempurnakan. Dalam kelengkapan berolahraga termasuk di dalamnya kelengkapan tenaga yang merupakan satu keharusan mutlak yang harus dipenuhi dalam menuju peningkatan prestasi. Adapun kelengkapan tenaga itu salah satunya ialah tenaga wasit. Jadi wasit pun harus dibina mutunya dalam usaha meningkatkan prestasi olahraga, khususnya olahraga bola voli. Faktor-faktor yang telah diuraikan tersebut, semua faktor mempengaruhi kinerja wasit bola voli. sehingga peneliti memiliki suatu keinginan untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut terhadap kinerja wasit bola voli di Jawa Barat.

9 B. Identifikasi Masalah Penelitian Penurunan kinerja wasit bola voli dalam memimpin suatu pertandingan merupakan sesuatu yang belakangan ini sering terjadi pada pertandinganpertandingan bola voli, dari mulai kejuaraan yang levelnya rendah sampai kepada kejuaraan yang levelnya lebih tinggi bahkan untuk kejuaraan-kejuaraan resmi PBVSI sangat terlihat jelas penurunan kinerja wasit tersebut. Penurunan kinerja wasit ini dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah, faktor individu dan faktor organisasi. Faktor individu yang dapat mempengaruhi kinerja wasit diantaranya: kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi, klasifikasi, pengalaman mewasiti, pendidikan dan demografi. Sedangkan faktor organisasi yang dapat mempengaruhi kinerja wasit dalam memimpin pertandingan adalah: sumber daya, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja wasit tersebut di atas, peneliti mempunyai pandangan bahwa faktor individu yaitu latar belakang pendidikan perwasitan, pengalaman dalam memimpin pertandingan, dan pelatihan-pelatihan wasit merupakan faktor yang penting untuk dikaji lebih jauh lagi, dikarenakan hal tersebut merupakan sesuatu yang bisa menimbulkan atau menumbuhkan rasa percaya diri seorang wasit dalam memimpin suatu pertandingan sehingga dapat meningkatkan kinerja wasit. Soekintaka (1973, hlm.24) mengakatakan bahwa: Kepercayaan diri wasit dapat timbul karena: 1. Merasa telah berpengalaman 2. Merasa klasifikasi perwasitannya cukup tinggi 3. Merasa menguasai peraturan perwasitan, peraturan permainan, peraturan pertandingan dan dasar-dasar perwasitan Dengan demikian peneliti mengidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan peningkatan kinerja wasit bola voli yaitu:

10 1. Faktor Individu diantaranya: kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi, klasifikasi, pengalaman mewasiti, pendidikan dan demografi 2. Faktor organisasi diantaranya: kinerja, sumberdaya, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. C. Rumusan Masalah Penelitian Masalah penelitian merupakan suatu pernyataan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dan analisis dari data tersebut sehingga akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari suatu penelitian. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah terdapat hubungan klasifikasi wasit nasional dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat? 2. Apakah terdapat hubungan pengalaman mewasiti dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat? 3. Apakah terdapat hubungan antara klasifikasi wasit nasional dan pengalaman mewasiti secara bersama-sama dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hubungan klasifikasi wasit nasional dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat. 2. Untuk mengetahui hubungan pengalaman mewasiti dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat.

11 3. Untuk mengetahui hubungan antara klasifikasi wasit nasional dan pengalaman mewasiti secara bersama-sama dengan kinerja wasit bola voli nasional di Jawa Barat. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, faktor-faktor yaitu klasifikasi wasit nasional dan pengalaman mewasiti yang dimiliki oleh wasit bola voli akan mempengaruhi kinerja wasit yang dihasilkan dalam suatu pertandingan, apakah baik atau tidak. Karena itu faktor-faktor tersebut dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan keilmuan di bidang perwasitan bola voli khusunya di Jawa Barat ke arah yang lebih baik lagi. Dengan memberikan gambaran atau pandangan tentang hal-hal yang dapat meningkatkan kepercayaan diri wasit, yang secara tidak langsung akan meningkatkan kinerja wasit dalam memimpin pertandingan. 2. Manfaat Praktis a. Dapat dijadikan sebagai dasar acuan untuk menentukan wasit yang akan ditugaskan dalam suatu pertandingan penting, sesuai dengan tingkatan lisensi dan pengalaman mewasitinya. b. Dapat dijadikan pegangan bagi wasit-wasit bola voli, untuk meningkatkan kinerjanya dalam memimpin suatu pertandingan.