BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB III PUTUSAN PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TENTANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DALAM PUTUSAN NOMOR 1/PID.SUS-ANAK/2016/PN.

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB IV HAK TERSANGKA MENURUT KUHAP DALAM PRESPEKTIF FIQIH MURA>FA AH. A. Persamaan Hak-Hak Tersangka Dalam Proses Penyidikan Menurut KUHAP

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan.

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

JUSTICE COLLABORATORS DALAM HUKUM POSITIF DAN FIQH JINAYAH

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 1 mengatakan bahwa kekuasaan kehakiman

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANGGOTA MILITER YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. akhir penulisan hukum ini penulis akan menyampaikan simpulan dan saran.

BAB IV. atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya bersifat permusuhan,

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

ANALISIS TENTANG PENYATUAN PENAHANAN ANAK DENGAN DEWASA MENURUT FIKIH JINAYAH DAN UU NO. 23 TAHUN 2002

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB III ANALISIS PERBANDINGAN PENGANIYAAN TERHADAP IBU HAMIL YANG MENGAKIBATKAN KEGUGURAN JANIN ANTARA HUKUM PIDANA ISLAM DAN HUKUM PIDANA POSITIF

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 1983/49, TLN 3262]

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum perundang-undangan, baik hukum Islam maupun hukum

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab IX : Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim tentang Tindak Pidana Penangkapan Ikan dengan Potasium Cianida dalam Putusan No. 433/pid.sus/2015/PN Banyuwangi Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan harus memiliki rasa keadilan, hakim diharapkan memiliki keyakinan dengan mengaitkan beberapa barang bukti dan alat bukti yang sah yang sudah dihadapkan di dalam persidangan dan juga mempertimbangkan riwayat hidup dari terdakwa bahwa dia merupakan seorang yang belum pernah melakukan tindakan melawan hukum tersebut. Dalam menyelesaikan suatu perkara pidana, majelis hakim harus menggunakan landasan hukum yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Majelis hakim pengadilan negeri Banyuwangi dalam menyelesaikan kasus pidana perkara No. 433/pid.sus/2015/PN Bwi tentang tindak pidana penangkapan ikan dengan potasium cianida yang dilakukan oleh terdakwa I Aida Romandai, terdakwa II Nursewan, terdakwa III Nanang Irwanto, majelis hakim Pengadilan Negeri Banyuwangi menjadikan undangundang No. 45 tahun 2009 tentang Perikanan sebagai dasar dalam memberikan putusan, berdasarkan pasal 84 ayat (1) undang-undang No. 45 69

70 tahun 2009 tentang Perikanan adalah Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan atau cara, dan atau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Ketentuan Pasal 8 ayat (1) undang-undang perikanan yang dimaksudkan adalah larangan bagi setiap orang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia dan sejenisnya yang dapat membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Dalam penyelesaian perkara pidana di Pengadilan Negeri Banyuwangi Majelis hakim mempunyai pertimbangan-pertimbangan hukum yang sebagaimana telah dikemukakan dalam putusan. Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan dakwaan, sehingga Majelis Hakim dengan memperhatikan fakta-fakta hukum sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (1) jo pasal 84 (1) UU No 45 tahun 2009 tentang Perikanan Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP yang unsurunsurnya adalah sebagai berikut: 1 1 Putusan Pengadilan Negeri Banyuwangi No. 433/pid.sus/2015/PN Bwi, 22-26.

71 1. Unsur setiap orang. Bahwa yang dimaksudkan dengan unsur setiap orang adalah adanya subyek hukum yang dalam hal ini orang sebagai pelaku tindak pidana, dalam persidangan baik berdasarkan keterangan saksi-saksi maupun keterangan para terdakwa sendiri tidak terdapat sangkalan atau keberatan bahwa para terdakwa adalah subyek atau pelaku tindak pidana ini. 2. Unsur dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia, melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis atau bahan peledak yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 ayat (1). Bahwa pasal 8 ayat (1) Jo pasal 84 ayat (1) undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan menyebutkan bahwa secara bersamasama sebagai orang yang melakukan perbuatan (Made Dader) dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan/atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis atau bahan peledak yang dapat merugikan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya adalah tanpa hak atau melawan hukum.

72 3. Unsur secara bersama-sama baik sebagai orang yang melakukan perbuatan (Dader) atau sebagai orang yang turut melakukan perbuatan (Made Pleger). Bahwa dalam melakukan beberapa perbuatan, unsur ini bersifat alternatif, sehingga apabila salah satu perbuatan tersebut telah terpenuhi maka berarti telah dianggap terpenuhi pula unsur ini, tidak perlu semua perbuatan dalam unsur ini dibuktikan. Dalam unsur-unsur tersebut karena semua unsur dari pasal 8 ayat (1) jo pasal 84 (1) undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan jo pasal 55 ayat (1) ke 1 kitab undang-undang hukum pidana telah terpenuhi, maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana. Menimbang, bahwa oleh karena para terdakwa tersebut telah dinyatakan terbukti bersalah melakukan suatu tindak pidana dan para terdakwa mampu mempertanggung jawabkan atas perbuatan yang telah dilakukannya, dan juga karena di persidangan ternyata pada diri para terdakwa tidak ditemukan adanya hal-hal yang dapat menghapuskan pidana bagi para terdakwa baik adanya unsur pemaaf atau pembenar, maka selanjutnya kepada para terdakwa harus dijatuhi pidana yang sesuai dengan kesalahannya tersebut. Bahwa dalam ancaman pidana pasal 8 ayat (1) jo Pasal 84 (1) undangundang Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan jo pasal 55 ayat (1) ke 1

73 KUHP disebutkan selain pidana penjara (hukuman badan) juga ada hukuman denda, di sini berarti kepada para terdakwa selain dijatuhi pidana penjara harus pula dijatuhi pidana denda, di mana hal tersebut mengandung konsekuensi yuridis yang bersifat imperatif/keharusan atau bersifat kumulatif, yang mana pidana penjara dan pidana denda tersebut lama dan besarnya akan ditentukan lebih lanjut dalam amar putusan ini serta dalam penjatuhan pidana denda majelis hakim akan berpedoman pada pasal 8 ayat (1) jo pasal 84 (1) undangundang No. 45 tahun 2009 tentang perikanan. Adapun sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada para terdakwa, terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan bagi para terdakwa: 2 Hal-hal yang memberatkan: a) Perbuatan para terdakwa dapat merusak ekosistem laut. b) Perbuatan para terdakwa mengakibatkan kerugian bagi masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Hal-hal yang meringankan: a) Para terdakwa mengaku terus terang atas perbuatannya. b) Para terdakwa tulang punggung keluarga. c) Para terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. 2 Ibid., 27

74 Dalam perbuatan terdakwa yang dilakukan oleh para nelayan dalam melakukan penangkapan ikan dengan bahan kimia berupa Potasium Cianida dapat merusak ekosistem laut, karena dengan penggunaan Potasium Cianida tidak seharusnya digunakan untuk penangkapan ikan laut dan juga bahan kimia berupa Potasium Cianida tersebut berdampak pada lingkungan laut yang menimbulkan tercemarnya perairan laut yang mengakibatkan ikan mati dan rusaknya terumbu karang. Penggunaan bahan kimia berupa Potasium Cianida dapat merugikan dan membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Sehingga dalam perbuatan terdakwa yang melawan hukum terkait dalam undang-undang perikanan ini mengakibatkan dari berbagai hal, yaitu meliputi pencemaran ekosistem laut, pengrusakan sumberdaya ikan serta penangkapan ikan dengan menggunakan bahan kimia (Potasium Cianida) yang menggunakan bahan terlarang. Dengan adanya hal-hal tersebut yang memberatkan terdakwa. Sebagaimana yang terdapat pada pasal 84 ayat (1) undang-undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan yang berbunyi Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan atau cara, dan atau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Ketentuan Pasal 8 ayat

75 (1) undang-undang perikanan yang dimaksudkan adalah larangan bagi setiap orang atau badan hukum untuk melakukan kegiatan penangkapan dan pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia dan sejenisnya yang dapat membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Adapun hal-hal yang dapat meringankan terdakwa juga memberikan keterangan dalam kasus penangkapan ikan tesebut. Terdakwa berhak memberikan keterangan dalam persidangan sebagaimana yang terdapat pada pasal 52 undang-undang No 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang berbunyi Dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan dan pengadilan, tersangka atau terdakwa berhak memberikan keterangan secara bebas kepada penyidik atau hakim. Pada keterangan para terdakwa tersebut disebutkan bahwa para terdakwa merupakan seorang nelayan yang telah menjadi tulang punggung keluarga yang bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan juga para terdakwa mengaku bahwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. Dalam menjatuhkan hukum (vonis) hakim tidak boleh menjatuhkan vonis ketika dalam 10 keadaan, yaitu: (1) marah, (2) sangat lapar, (3) berbesin, (4) banyak berjaga, (5) sedih, (6) sangat gembira, (7) sakit, (8) sangat mengantuk, (9) menolak keburukan, (10) panas atau dingin. 3 Dalam 10 keadaan tersebut hakim kurang bisa berijtihad dengan sungguh-sungguh, 3 Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap, (Jakarta: PT Rineke Cipta, 1994), 334.

76 sehingga dimungkinkan tidak menggunakan kemampuan akal dan keadilannya. 4 Majelis hakim menjatuhkan pidana kepada para terdakwa, dengan hukuman pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan dan pidana denda masing-masing sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan menjalani kurungan masing-masing selama 2 (dua) bulan. Dalam penjatuhan sanksi hukum Majelis Hakim dalam putusan No. 433/pid.sus/2015/PN Banyuwangi dalam perkara ini Majelis Hakim dalam mempertimbangkan hukuman bagi para pelaku terlalu ringan dalam memberikan hukuman, karena yang dilakukan oleh para terdakwa merupakan tindakan yang menimbulkan dampak hingga merusak ekosistem lautan yang dapat menimbulkan kerusakan pada ekosistem perairan sehingga ikan-ikan, terumbu karang akan mati/rusak. Hukuman diberikan kepada para pelaku untuk dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku dengan tujuan agar pelaku tidak menggulangi perbuatan tersebut. Selain itu, sebelum Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada para terdakwa, terlebih dahulu akan dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan hal-hal yang meringankan bagi para terdakwa sebagaimana yang telah disebutkan di atas tersebut. Dengan adanya ancaman pidana yang telah ditetapkan ketentuan undangundang, maka diharapkan dapat menurunkan atau mengurangi pelaku 4 Ibid.

77 kejahatan pidana perikanan. 5 Majelis hakim dalam menjatuhkan hukuman dengan pertimbangan-pertimbangan yang memberatkan ataupun meringankan oleh para pelaku dengan keputusan majelis hakim yang berpedoman dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menentukan kadar kejahatan yang para pelaku lakukan yang harus dipertanggungjawabkan perbuatannya. B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Sanksi Hukum tentang Tindak Pidana Penangkapan Ikan dengan Potasium Cianida dalam Putusan No. 433/pid.sus/2015/PN Banyuwangi Dalam pandangan hukum pidana Islam, terhadap penangkapan ikan dengan potasium cianida merupakan bentuk kejahatan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan lautan. Dalam penerapan sanksi, Islam sangat mempertimbangkan rasa keadilan dengan diberikannya hukuman bagi pelaku tindak pidana penangkapan ikan tersebut agar tidak diulanginya lagi. Majelis hakim dalam persidangan harus memiliki keadilan dalam memutuskan dan mempertimbangkan hukum. Pandangan hakim ke arah yang sama, sebagaimana yang terdapat pada firman Allah SWT surat An Nisa> ayat 135: 6 ك ون وا ق و ام ين ب ال ق س ط... Artinya: jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan. 5 Supriadi, Hukum Perikanan di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), 448. 6 Ahsin Sakho Muhammad, et. al, Fiqih Lingkungan (Fiqh al-bi ah), (Jakarta: Conservation International Indonesia, 2006), 332.

78 Dalam hukum pidana Indonesia, hampir semua penetapan hukuman menerapkan jari<mah ta zi>r, karena sifatnya yang lebih umum. Seperti halnya masalah tentang penangkapan ikan dengan potasium cianida yang termasuk dalam hukuman jari<mah ta zi<r untuk menentukan batas terendah dan tertinggi diserahkan sepenuhnya kepada Hakim. Dalam perspektif Islam, salah satu pendekatan yang digunakan adalah dengan membangun paradigma fiqh lingkungan yaitu membangun suatu pemahaman yang komprehensif, utuh dan terpadu terhadap ajaran Islam yang berbicara tentang pelestarian lingkungan hidup. Dalam kaidah fiqh disebutkan, ma> la> yatimmu al wa<jib illbihi, fahuwa waj<ib. Sesuatu yang menyebabkan suatu kewajiban tidak terlaksana secara sempurna, maka sesuatu itu menjadi wajib dilaksanakan. Jadi, menjaga kelestarian lingkungan menjadi prasyarat perwujudan maqa<sid al-syari ah. Tujuan dari al-maqa<sid al-syari ah adalah untuk menjaga kekayaan bumi, menjaga sumber-sumbernya, menumbuhkembangkan hasil, serta menyadarkan akibat dari pengrusakkan kawasan bumi. Kemudian sebagaimana yang telah dipaparkan pada Bab III bahwa sanksi hukum yang diberikan oleh majelis hakim kepada para terdakwa, majelis hakim menjatuhkan pidana kepada para terdakwa, dengan hukuman pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan dan pidana denda masing-masing sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan menjalani kurungan masing-masing selama 2 (dua) bulan yang dikenai pidana pasal 8 ayat (1) Jo

79 Pasal 84 ayat (1) undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perikanan yang menyebutkan bahwa: Setiap orang yang dengan sengaja di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia melakukan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan dengan menggunakan bahan kimia, bahan biologis, bahan peledak, alat dan atau cara, dan atau bangunan yang dapat merugikan dan atau membahayakan kelestarian sumber daya ikan dan atau lingkungannya sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) dipidana dengan penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp. 1.200.000.000 (satu miliar dua ratus juta rupiah). Dalam bahasa Arab, ada dua istilah untuk hukuman penjara, yaitu alhabsu dan al-sijnu yang keduanya bermakna al-man u, yaitu mencegah, menahan. Menurut Ibnu Qayyim, al-habsu ialah menahan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melaggar hukum, baik itu di rumah, masjid, maupun tempat lain. Para ulama membolehkan sanksi penjara, juga berdalil tindakan Utsman yang memenjarakan Zhabi bin Harits (seorang pencopet dari Bani Tamim), Ali yang memenjarakan Abdullah bin Zubair di Mekkah, dan Rasulullah Saw yang menahan seorang tertuduh untuk menunggu proses persidangan. 7 7 Nurul Irfan dan Musyarofah, fiqh Jinayah, (Jakarta: Amzah, 2013), 152.

80 Hukuman penjara menurut para ulama dibagi menjadi dua: 8 1. Penjara yang dibatasi waktunya Adalah hukuman penjara yang dibatasi lamanya hukuman yang secara tegas harus dilaksanakan oleh si terhukum. Contohnya hukuman penjara pelaku penghinaan, pemakan riba, penjual khamr. 2. Penjara yang tidak dibatasi waktunya Adalah penjara yang tidak dibatasi waktunya bisa berupa penjara seumur hidup, bisa juga dibatasi sampai terhukum bertaubat. Contoh penjara seumur hidup adalah hukuman penjara bagi seseorang yang memegang orang lain untuk dibunuh orang ketiga. Contoh hukuman penjara yang dibatasi sampai terhukum bertaubat adalah hukuman penjara bagi orang yang dituduh membunuh. Sanksi denda ini bisa merupakan hukuman pokok yang dapat digabungkan dengan sanksi lainnya. Hanya saja syariat tidak menentukan batas tertinggi dan terendah bagi hukuman denda ini dan hal ini diserahkan kepada hakim sesuai dengan keadilan dan tujuan pemberian hukuman denda dengan mempertimbangan jarimah-jarimah, pelaku dan kondisinya. 9 Syariat Islam tidak menetapkan batas minimal atau maksimal dari hukuman denda. Ibnu Al Qayyim menjelaskan bahwa ada dua macam, yaitu: 10 8 Ibid., 206-207. 9 Dzajuli, fiqh Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000), 213. 10 Nurul Irfan dan Musyarofah, fiqh, 159-160.

81 1. Denda yang dipastikan kesempurnaannya Ialah denda yang mengharuskan lenyapnya harta karena berhubungan dengan hak Allah. Misalnya: pelanggaran sewaktu ihram dengan membunuh binatang buruan pelakunya didenda dengan memotong hewan qurban, bersenggama pada siang hari di bulan Ramadhan dendanya yaitu memberikan makanan untuk 60 orang miskin, hukuman bagi wanita yang nusyuz kepada suaminya adalah gugur nafkah baginya dan tidak mendapat pakaian dari suaminya. 2. Denda yang tidak dipastikan kesempurnaannya Ialah denda yang tidak ditetapkan melalui ijtihad hakim dan disesuaikan dengan pelanggaran yang dilakukan. Oleh karena itu, tidak ada ketentuan syariat dan ketetapan hududnya. Sehingga dalam tindak pidana penangkapan ikan yang dilakukan oleh para terdakwa tersebut dikenakan hukuman penjara yang termasuk dalam kategori penjara yang dibatasi waktunya. Sebagaimana putusan majelis hakim yang menyatakan bahwa para terdakwa tersebut dikenai dengan hukuman penjara 10 bulan. Kemudian dalam sanksi denda bagi para terdakwa hal tersebut termasuk dalam denda yang tidak dipastikan kesempurnaannya, karena denda yang ditentukan oleh majelis hakim kepada para terdakwa ditetapkan melalui ijtihad atau keputusan hakim yang sesuai dengan bentuk pelanggaran yang dilakukan dengan pidana denda para terdakwa masing-

82 masing Rp 5.000.000,00 dengan ketentuan jika tidak dibayar maka akan diganti menjalani hukuman kurungan/penjara 2 bulan. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut oleh Majelis Hakim bagi para pelaku tindak pidana penangkapan ikan tersebut, maka pertimbangan hukum hakim sesuai dengan hukum Islam. Dalam hal ini hukuman bagi pelaku tersebut ditentukan oleh hakim dikarenakan sanksi ta zīr itu diserahkan kepada hakim yang sesuai dengan hukum pidana Islam. Terbukti bahwa hukuman yang diterima pelaku adalah Majelis Hakim menjatuhkan pidana kepada para terdakwa, dengan pidana penjara masingmasing selama 10 (sepuluh) bulan dan pidana denda masing-masing sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan menjalani kurungan masing-masing selama 2 (dua) bulan. 11 11 Putusan Pengadilan Negeri Banyuwangi No. 433/pid.sus/2015/PN Bwi, 22-26.