PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang. Penyandang Disabilitas mengatur bahwa;

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA DISABILITAS TERHADAP HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat non disabilitas. Sebagai bagian dari warga negara Indoesia,

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas yang tidak menyadari dengan potensi yang mereka miliki. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perlindungan terhadap tenaga kerja yang di maksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia. Sebagai hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia, hak

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang menginginkan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. sudah memberikan perlindungan yang dimasukkan dalam peraturan-peraturan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PENYANDANG CACAT ATAS HAK MENDAPATKAN PEKERJAAN DIKAITKAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KETENAGAKERJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam,

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELAYANAN BAGI PENYANDANG DISABILITAS

PERLINDUNGAN TERHADAP PEKERJA WANITA YANG SEDANG HAMIL

ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konsideran huruf a Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN KESEMPATAN KERJA BAGI PEKERJA PENYANDANG DISABILITAS DI PT.ALFA RETAILINDO (CARREFOUR) MAGUWOHARJO, SLEMAN

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional negara Indonesia dilaksanakan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. negara yang diinginkan serta tujuan pembentukan pemerintahan. Negara

RABU, 20 JANUARI 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

2017, No d. bahwa upaya untuk memenuhi hak serta mempercepat perlindungan khusus bagi anak penyandang disabilitas perlu dikoordinasikan dengan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA BERKAITAN DENGAN ADANYA NON COMPETITION CLAUSE DALAM SEBUAH PERJANJIAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Disabilitas merupakan sebuah istilah baru untuk menjelaskan mengenai

KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENEMPATAN TENAGA KERJA DIREKTORAT PENEMPATAN TENAGA KERJA DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai rupa yang

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia jumlah pertambahan penduduk dari tahun ke tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. yang sama oleh hakim tersebut (audi et alterampartem). Persamaan dihadapan

Assalamu alaikum Wr. Wb Selamat Malam dan Salam sejahtera bagi kita semua

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN EKSPLOITASI SEKSUAL DALAM PERSPEKTIF UNDANG- UNDANG NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

PERLIDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA TERHADAP HAK REPRODUKTIF

2 sumber daya manusia, peran masyarakat, dan dukungan pendanaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan adanya upaya terarah, terpadu, dan

m^w^^^^mi^^^^m m M &&&?zmi Hpj

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA HARIAN LEPAS DITINJAU DARI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DI INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI PP NOMOR 43 TAHUN 1998 PASAL 28 TERHADAP PEKERJA PENYANDANG DISABILITAS DI PT. MADUBARU - PG/PS MADUKISMO.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Institute for Criminal Justice Reform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan dan berkedudukan sama di

WALIKOTA YOGYAKARTA PR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAR TA

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING ILEGAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kewajiban yang setara untuk turut

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PENYANDANG DISABILITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMENUHAN HAK PENYANDANG DISABILITAS

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keyword: Profesi Bidan, Hak Asasi Manusia, Perbedaan Gender

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hak asasi bagi setiap orang, oleh karena itu bagi suatu Negara dan

JURNAL SKRIPSI IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY) NOMOR 4 TAHUN 2012 TERHADAP

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-H

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai dampak negatif bagi generasi penerus bangsa. terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak terlepas dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELUANG DAN KENDALA MEMASUKKAN RUU KKG DALAM PROLEGNAS Oleh : Dra. Hj. Soemientarsi Muntoro M.Si

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan dalam segala bidang selalu ditingkatkan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa akal budi dan nurani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pekerja dalam dunia kerja tidak dibedakan baik laki-laki maupun

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK DIBERIKAN BUKU PANDUAN DAN BUKU SERVIS OLEH DEALER

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB III PENUTUP. formal maupun non formal diantaranya: a. Faktor dalam diri penyandang cacat. b. Keterbatasan lapangan pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Subyek hukum manusia adalah setiap orang yang mempunyai kemampuan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG DISABILITAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

JURNAL SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA Diajukan oleh : Maria Nurma Septi Arum Kusumastuti N P M : 120510872 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Hukum Ekonomi dan Bisnis UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2016

1 PERLINDUNGAN HUKUM DARI DISKRIMINASI BAGI PENYANDANG DISABILITAS DALAM DUNIA KERJA Maria Nurma Septi Arum Kusumastuti Fakultas Hukum, Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: marianurma04@gmail.com Abstract This law research entitled Law Protection from Discrimination for Disable People in Working Life. This research purpose is to know How law protection from discrimination for disable people who are discriminated in working field. This law research uses normative method with legal normative approach, meaning this research focuses on positive legal norms. The numbers of employees who are registered on Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta based on Pemantauan Perusahaan Pengguna Penyandang Cacat the year of 2013-2015 approximately 3.894 male employees and female employees, and 160 disable employees. In fact, until now disabled people still get discrimination In obtain the right to work so that need to be investigated whether the regulations of law in who passed already provide protection in accordance with the rules that applies or not. This research result that law protection from discrimination provide to disable people already well protected. Keywords : labor, people with disabilities, discrimination, law protection I. PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) tentang Penyandang Disabilitas mengatur bahwa yang dimaksud dengan; Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinterkasi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan hak. Penyandang Disabilitas merupakan masyarakat minoritas di dunia dimana terdapat sekitar 600 juta penduduk penyandang disabilitas dan sekitar 20 juta penduduk penyandang disabilitas di Indonesia. Keberadaan penyandang disabilitas yang masih tersisihkan dari masyarakat umum menjadi salah satu kendala bagi kaum penyandang disabilitas, terutama kendala dalam memperoleh hak bekerjanya. Masyarakat yang menganggap bahwa penyandang disabilitas mempunyai keterbatasan yang mengganggu aktivitasnya terutama dalam bekerja membuat hak penyandang disabilitas terabaikan bahkan tidak ada rasa peduli terhadap hak yang dimiliki oleh penyandang disabilitas, padahal di dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (2) mengatur bahwa; Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, kemudian diperjelas di dalam Pasal 28 D yang mengatur bahwa; Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Hak bekerja bagi setiap warga negara sudah diatur di dalam Peraturan Perundang- Undangan terutama dalam Undang-

2 Undang Dasar 1945 dimana dalam Undang-Undang tersebut tidak membatasi seseorang yang mempunyai keterbatasan fisik dan/atau intelektual untuk mendapatkan hak bekerjanya, sehingga setiap orang tanpa terkecuali dapat menikmati haknya sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas memaparkan secara jelas mengenai hak-hak penyandang disabilitas, diantaranya adalah : 1. Hak untuk mendapat persamaan dan non-diskriminasi 2. Hak untuk mendapat pelayanan atau aksesibilitas 3. Hak atas kebebasan dan keamanan 4. Hak untuk mendapatkan pengakuan atas persamaan di muka hukum 5. Hak untuk mendapat keadilan 6. Hak bebas dari penyiksaan atau penghukuman yang kejam 7. Hak bebas dari eksploitasi dan kekerasan 8. Hak atas pendidikan dan kesehatan 9. Hak atas pekerjaan dan lapangan kerja 10. Hak kebebasan bergerak dan berkewarganegaraan Hak-hak yang terdapat dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas tersebut menjadi dasar bagi kaum penyandang disabilitas untuk mempertahankan hidupnya serta memperjuangkan hak yang ada pada dirinya, namun dalam kenyataannya masih terdapat hak penyandang disabilitas yang diabaikan oleh Pemerintah, salah satunya adalah hak untuk bekerja dan memperoleh pekerjaan. Hak atas pekerjaan dan lapangan keja yang dimaksud dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas adalah sebuah hak asasi manusia yang tidak bisa dipisahkan karena setiap manusia dan semua orang berhak untuk berpartisipasi, berkontribusi dan menikmati pembangunan ekonomi, sosial, budaya dan politik, dimana semua hak asasi manusia dan kebebasan yang mendasar bisa sepenuhnya diwujudkan. Sebagai pelaksana Undang-Undang Penyandang Disabilitas telah dikeluarkan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat di perusahaan yang mengamanatkan kepada setiap kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk mensosialisasikan Undang-Undang Penyandang Disabilitas dan Peraturan Perundang-Undangan lain terkait hak penyandang disabilitas dalam bekerja sebagai upaya penempatan tenaga kerja penyandang disabilitas di perusahaan karena di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosia Penyandang Cacat khususnya Pasal 28 mengatur bahwa; Pengusaha harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja pada perusahaannya, dan mengamanatkan untuk melakukan pendataan terhadap perusahaan yang memperkerjakan penyandang disabilitas setiap 3 (tiga) bulan sekali dan melaporakan hasil pendataan tersebut kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi cq Direktorat Jenderal Binalatpedagri. Contoh kasus yang penulis ambil adalah pengalaman seorang penyandang cacat tuna pendengaran dan bahasa yang selalu ditolak ketika melamar pekerjaan di perusahaan swasta dan BUMN di Provinsi Banjarmasin. Dia adalah lulusan Sekolah Luar Biasa (SLB) ternama dengan predikat terbaik di daerah tersebut dan IQnya ratarata. Dia juga menguasai berbagai program komputer yang praktis untuk pekerjaan kantor. Tetapi pada waktu melamar pekerjaan, hampir semua perusahaan swasta dan BUMN selalu menganggap anak bisu dan tuli ini tidak dapat bekerja. Mereka menganggap bahwa orang bisu dan tuli tidak perlu mencari pekerjaan, karena masih banyak orang yang normal dimana merupakan lulusan sekolah umum,

3 perguruan tinggi dan mahir menggunakan komputer. Kasus yang kedua di Kalimantan ada seorang ibu dari seorang anak cacat mental (IQ rendah) yang sedang mencarikan pekerjaan kasar untuk anaknya di proyek bangunan, namun mandor proyek langsung menolaknya dengan alasan lebih baik mencari pemuda sehat mental agar mudah diarahkan dalam bekerja. Kasus serupa juga dialami oleh Nine, seorang penyandang cacat tuna netra lulusan Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Pada saat akan mengisi formulir pendaftaran CPNS 2004 Kabupaten Karang Anyar Jateng, Ibu S, yang duduk sebagai ketua panitia pendaftaran CPNS 2004 Kabupaten Karang Anyar Jateng, langsung menolak Nine karena Nine tidak memenuhi persyaratan utuh secara jasmani dan dianggap pasti tidak mampu bekerja. Padahal Nine sudah memiliki brevet lengkap sebagai pengajar bahasa Inggris. Ketiga contoh diatas adalah sebagian kecil keluhan dan masalah penyandang disabilitas ketika mencari pekerjaan. Mereka masih merasakan dan mengalami adanya pembedaan yang terdapat di lingkungan sekitar sejak mereka lahir maupun setelah dewasa, padahal kecacatan ini tentu tidak diharapkan oleh semua manusia. Hal tersebut sangat jelas bahwa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat khususnya Pasal 28 belum terlaksana dengan baik, dimana dalam Undang-Undang tersebut mengatur bahwa; Pengusaha harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja pada perusahaannya. Semakin banyak diskriminasi yang terjadi terhadap penyandang disabilitas, Pemerintah seharusnya secara tegas memberikan perlindungan hukum terhadap kaum penyandang disabilitas dan memberikan kesempatan kepada kaum penyandang disabilitas untuk dapat bekerja seperti orang normal pada umumnya dan tidak memandang bahwa dengan keterbatasan yang penyandang disabilitas miliki dapat menghambat mereka dalam bekerja. Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sehingga pelanggaran terhadap hak dasar tersebut merupakan pelangggaran hak asasi manusia. Perlindungan terhadap pekerja bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun untuk mewujudkan kesejahteraan pekerja dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat wajib memberikan perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatannya yang sesuai dengan Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Bentuk perlindungan tersebut seperti penyediaan aksesibilitas, pemberian alat kerja dan alat pelindung diri. Dalam upaya melindungi, menghormati, memajukan, dan memenuhi hak-hak penyandang disabilitas, Pemerintah Republik Indonesia telah membentuk berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai perlindungan terhadap penyandang disabilitas. Tujuan dari penelitian hukum ini adalah untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas yang mengalami diskriminasi dalam dunia kerja. II. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundangundangan (law in books) atau hukum yang dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan patokan perilaku manusia yang dianggap pantas. Penelitian hukum normatif menggunakan pendekatan

4 normatif yuridis, artinya penelitian hukum ini berfokus pada norma hukum positif. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai data utamanya, dan melakukan wawancara dengan beberapa narasumber terkait untuk melengkapi penelitian. Cara pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan : a. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan untuk mempelajari bahan hukum primer yang berupa peraturan perundangundangan, bahan hukum sekunder yang berupa pendapat hukum dan pendapat bukan hukum dari buku, hasil penelitian, jurnal hukum, majalah, surat kabar, internet, serta makalah tentang perlindungan hukum bagi penyandang disabilitas dalam dunia kerja. b. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan mengajukan pertanyaan yang sudah disiapkan. Wawancara ini khusus dilakukan terhadap narasumber. c. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian yang akan dilakukan yaitu terletak di Yogyakarta. Analisis Data yang digunakan untuk penelitian hukum ini diperoleh dari kepustakaan, kemudian diarahkan, dibahas dan diberi penjelasan dengan menggunakan metode analisa kualitatif, yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis. Adapun metode berfikir dalam pengambilan kesimpulan adalah dengan metode deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Secara eksplisit Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas yang disahkan pada tanggal 15 April 2016 dimana Undang-Undang ini memberikan landasan hukum secara tegas mengenai kedudukan dan hak penyandang disabilitas. Dalam konsideran Undang- Undang Penyandang Disabilitas ditegaskan bahwa; Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin keberlangsungan hidup setiap warga Negara, termasuk para penyandang disabilitas yang mempunyai kedudukan hukum dan memiliki hak asasi manusia yang sama sebagai warga negara Indonesia dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari warga negara dan masyarakat Indonesia merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, untuk hidup maju dan berkembang secara adil dan bermartabat. Selain hak-hak fundamental yang disebutkan dalam Undang-Undang Penyandang Disabilitas, hak penyandang disabilitas juga ditegaskan dalam Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang menyebutkan bahwa; Setiap penyandang cacat, orang yang berusia lanjut, wanita hamil dan anak-anak, berhak memperoleh kemudahan dan perlakuan khusus, dan pada Pasal 42 menyebutkan bahwa; Setiap warga Negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan/atau cacat mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atau biaya negara, untuk menjamin kebutuhan yang layat sesuai dengan martabat kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri, dan kemampuam berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang Penyandang Disabilitas dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia, penyandang disabilitas mempunyai hak dan kewajiban yang sama seperti orang normal. Pemerintah telah meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang

5 meliputi: Hak atas pekerjaan, hak mendapatkan program pelatihan, hak mendapatkan kenyamanan dan kondisi kerja yang baik, hak membentuk serikat buruh, hak menikmati jaminan sosial, hak menikmati perlindungan pada saat dan setelah melahirkan serta hak untuk berperan serta dalam kehidupan budaya menikmati manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan aplikasinya. Pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi khususnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mewujudkan hak penyandang disabilitas untuk bekerja adalah dengan melakukan sosialisasi dan penyadaran tentang pemenuhan hak atas pekerjaan bagi penyandang disabilitas terhadap perusahaan-perusahaan khususnya di Yogyakarta agar setiap perusahaan dapat menerima penyandang disabilitas untuk bekerja di perusahan-perusahaan yang memenuhi kualifikasi jabatan dan persyaratan dan dapat memahami bahwa penyandang disabilitas juga mempunyai hak yang sama seperti orang normal dalam memperoleh pekerjaan serta menyadari bahwa kaum penyandang disabilitas juga mempunyai kompetensi dan kreatifitas dalam bekerja seperti orang normal pada umumnya walaupun memiliki keterbatasan. Jumlah perusahaan yang mempekerjakan penyandang disabilitas berdasarkan Pemantauan Perusahaan Pengguna Penyandang Cacat tahun 2013-2015 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 25 perusahaan dan jumlah pekerja yang terdaftar di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan Pemantauan Perusahaan Pengguna Penyandang Cacat tahun 2013-2015 sekitar 3.894 pekerja laki-laki dan perempuan dan sekitar 136 pekerja lakilaki dan perempuan penyandang disabilitas. Dari 25 perusahaan tersebut sebagian besar telah diberikan sosialisasi oleh pihak Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terkait Undang-Undang tentang Penyandang Disabilitas dan kuota 1% hak bekerja Penyandang Disabilitas dalam perusahaan untuk bekerja. Perusahaan yang menerima sosialisasi dan memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas untuk bekerja sebenarnya belum memberikan perlindungan hukum secara optimal terhadap penyandang disabilitas karena perusahaan kurang mempunyai rasa peduli terhadap kaum penyandang disabilitas dalam memberikan pengarahan mengenai hak bekerja, cara kerja dan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan di perusahaan tersebut. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga memberikan pengarahan mengenai pemenuhan aksesibilitas di perusahaanperusahaan agar penyandang disabilitas yang mempunyai keterbatasan dalam bekerja terbantu dalam melakukan aktivitasnya. Upaya yang dilakukan Pemerintah tersebut selain mewujudkan hak atas pekerjaan bagi penyandang disabilitas juga membantu setiap perusahaan untuk mendapat penghargaan dan menambah nilai positif terhadap pemenuhan hak penyandang disabilitas, karena di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 Pasal 28 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat, mengatur bahwa; Pengusaha harus mempekerjakan sekurang-kurangnya 1 (satu) orang penyandang cacat yang memenuhi persyaratan jabatan dan kualifikasi pekerjaan pada perusahaannya untuk setiap 100 (seratus) orang pekerja pada perusahaannya. Adanya aturan tersebut maka secara tegas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memantau setiap perusahaanperusahaan khususnya di Yogyakarta agar melaksanakan dan menjalankan aturan tersebut dengan baik, karena perusahaan yang mempekerjakan penyandang

6 disabilitas mendapat intensif atau penghargaan dari Pemerintah, dimana dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas pada Pasal 54 mengatur bahwa; Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan intensif kepada perusahaan swasta yang mempekerjakan Penyandang Disabilitas. Intensif yang dimaksud dalam Undang- Undang tersebut adalah kemudahan dalam melakukan perizinan, penghargaan, dan bantuan penyediaan fasilitas kerja yang mudah diakses. Berbagai Undang-Undang yang telah memperkuat pemerataan kesempatan kerja bagi penyandang disabiitas adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 38 dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan pada Pasal 5. Di dalam Undang-Undang yang terkait dengan hak dan kewajiban Penyandang Disabilitas, Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta Pemberi Kerja (Perusahaan) sudah diatur secara jelas. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut: a. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 D ayat (2) b. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas khususnya Pasal 45-49, 51-54, 57, 60 dan 145 c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan khususnya Pasal 67 d. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya Pasal 13 e. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat khusunya Pasal 26 dan 28 f. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2012 khususnya Pasal 19 dan 35.\ Berbagai peraturan tersebut melarang diskriminasi atas dasar disabilitas terhadap segala bentuk pekerjaan, mencakup kondisi perekrutan, keterampilan, pelayanan penempatan dan keahlian serta pelatihan keterampilan dan berkelanjutan. Namun tidak tersedianya layanan informasi yang lengkap mengenai potensi dan kemampuan tenaga kerja penyandang disabilitas yang dapat diakses oleh pelaku usaha masih menjadi hambatan. Berdasarkan analisis Undang-Undang maka Undang-Undang tersebut sudah memberikan perlindungan terhadap kaum penyandang disabilitas dengan baik, sehingga dalam mewujudkan hak penyandang disabilitas untuk memperoleh pekerjaan sudah terjamin dan dilindungi tetapi masih kurang adanya rasa kepedulian dari Pemerintah, Perusahaan dan masyarakat dalam mewujudkan hakhak penyandang disabilitas dalam dunia kerja. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data maka dapat disimpulkan bahwa Perlindungan Hukum dari tindakan praktik diskriminasi terhadap penyandang disabilitas dalam memperoleh hak bekerjanya sudah terlindungi dan Peraturan Perundang- Undangan yang mengatur sudah memberikan perlindungan hukum dengan baik. Pemerintah memberikan pemahaman terkait Peraturan Perundang-Undangan Penyandang Disabilitas melalui sosialisasi terhadap perusahaan-perusahaan secara berkala. Pemerintah juga diharapkan menjalankan dan memberikan sanksi dengan tegas bagi pihak-pihak yang melakukan pelanggaran terhadap Peraturan Perundang-Undangan serta Pemerintah diharapkan untuk segera dibuat atau bentuk Peraturan Pelaksana agar Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas berjalan dengan baik. V. REFERENSI Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945

7 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas R. Joni Bambang S, 2013, Hukum Ketenagakerjaan, Penerbit Pustaka Setia, Bandung. Amirudin dan H.Zainal Asikin,2008, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. http://www.hukumonline.com/klinik/de tail/lt4b8cf8abc7dc4/kesempatan-kerjabagi-penyandang-cacat