BAB 1 PENDAHULUAN. saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. banyak di lakukan orang, diantaranya adalah:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengawas sekolah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. hidup bernegara, beragama dan bersosial. Dari sinilah mulai muncul wacanawacana

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan sebagai wahana dalam membangun dan menempa kualitas

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENULISAN MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

BAB I PNDAHULUAN. mencapai pendidikan yang baik tersebut diperlukan beberapa aspek diantaranya kurikulum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan ini secara berturut-turut dibahas mengenai: Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan lembaga pendidikan madrasah khususnya di Kabupaten Lampung

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 132 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

PROGRAM SUPERVISI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 DISUSUN OLEH : KEPALA SMP DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN SIKKA

2017, No tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indone

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB VI PENUTUP. sampel yang menunjukkan nilai signifikasi. diterima. Selain itu nilai sebesar 2,177 dan sebesar

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

BAB I PENDAHULUAN. formal seperti Taman Kanak-kanak Al-Qur an (TKA), Taman Pendidikan Al-

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

Walikota Tasikmalaya

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI PENGAWAS SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. hasil penelitian adalah pembelajaran kemandirian di TK Sahabat Pelangi adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Usaha apapun yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan mutu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

2015 PENGARUH KINERJA WIDYAISWARA TERHADAP KEPUASAN PARA PESERTA DIKLAT DI PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GEOLOGI BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dilakukan agar pendidikan di

DASAR HUKUM JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEPEGAWAIAN :

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2015

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga pendidik (guru) dan tenaga

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam meningkatkan pengetahuan siswa. Selain sebagai pengajar, guru juga

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 54 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-X TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 150 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, untuk mencapai proses pembelajaran yang bermutu baik. pendidikan yang berkualitas. Sampai detik ini komponen-komponen

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 4 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 4

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa Setidaknya terdapat tiga syarat

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. dalam Bab I Pasal 1 ayat 1 disebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data, maka dihasilkan beberapa kesimpulan

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30.R Tahun 2008

KEGIATAN ADMINISTRATOR

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LANDAK

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kurikulum, silabus dan RPP merupakan satu rangkaian yang tak

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

-2- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Re

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap aktivitas, besar ataupun kecil dapat tercapai dalam sebuah organisasi, diperlukan adanya koordinasi dalam setiap gerak langkah. Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan. Komponen yang ada di dalamnya saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas kerja agar menghasilkan output yang berkualitas pula. Untuk mengetahui setiap gerak langkah inilah setiap sekolah memerlukan supervisi pendidikan atau pengawasan pendidikan untuk mengetahui kondisi sumber daya manusia yang disini adalah guru. Supervisi pendidikan atau pengawasan pendidikan dapat digunakan sebagai alat penunjang dalam mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan supervisi atau pengawasan dilakukan secara sistematis, kontinu, dan menyeluruh. Karena cakupannya luas, maka seorang supervisi perlu menyusun pedoman pelaksanaannya. Hal ini untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien. Program pengawasan dibuat sebelum program dijalankan. Seorang pengawas menyusun program mulai dari program tahunan, program semester, program pengawasan manajerial, hingga akademik. Demikian itu agar kinerja dapat terukur dan dilakukan secara terus-menerus, serta berkesinambungan. Nawawi (Burhanuddin, 1998:46) mengatakan bahwa supervisi pendidikan harus diartikan sebagai pelayanan yang disediakan pemimpin untuk membantu guru- guru (orang yang dipimpin) agar menjadi personil yang semakin cakap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya, agar mampu meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di sekolah.

2 Willes (Burhanuddin,1998: 46) mengatakan supervisi sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar yang lebih baik adalah suatu kegiatan yang disediakan untuk membantu para guru mengerjakan pekerjaan yang lebih baik. Dictionary of Education, Good Carter (Daryanto, 2005: 170) memberikan definisi bahwa supervisi adalah segala usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas pendidikan lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk memperkembangkan pertumbuhan guru-guru, menyelesaikan dan merevisi tujuan pendidikan, bahan-bahan pengajaran dan metode mengajar dan penilaian pengajaran. Menurut Boardman (Daryanto, 2005: 170) supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru sekolah, baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti, dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran, sehingga dengan demikian mereka mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi modern. Menurut beberapa pengertian para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keberadaan supervisi dalam bidang pendidikan adalah usaha untuk melayani guru. Keberadaan supervisi lebih bersifat konsultatif, yaitu memberi penyuluhan, saran, dan bimbingan. Sehingga supervisi merupakan bagian dari usaha yang dapat meningkatkan situasi belajar mengajar. Supervisi atau Pengawas dibagi menjadi dua, yaitu pengawas Madrasah dan pengawas Pendidikan Agama Islam. Disebut supervisi pendidikan juga pendidikan. Kedua pengawas tersebut memiliki ranah kerja yang berbeda, seperti yang tercantum

3 dalam PMA no. 2 Tahun 2012 pasal 3 (Kementrian Agama, Peraturan Menteri Agama No.2 Th. 2012), yaitu: Pengawas Madrasah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada Madrasah. (2) Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas melaksanakan pengawasan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Guru Pendidikan Agama Islam yang saat ini keberadaannya menjadi komponen penting dalam pembentukan karakter siswa, membutuhkan peran supervisi atau pengawas Pendidikan Agama Islam yang fokus dalam mengoptimalkan peran guru-guru Pendidikan Agama Islam. Hal ini dikarenakan semakin kompleksnya permasalahan di era modern ini yang berkaitan dengan Teknologi Informasi yang deras tak terbendung. Anak-anak perlu di tanamkan pemahaman mengenai pengamalan Al-Qur an dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat bahwa Al-Qur an sebagai petunjuk bagi umat Islam. Untuk itu seorang supervisi memberikan pelayanan pada guru-guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan kinerjanya. Pengawasan yang dilakukan pengawas merupakan tugas yang harus diemban dengan amanah dan terukur. Pengawas Pendidikan Agama Islam yang selanjutnya disebut Pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah adalah Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas pendidikan agama Islam yang tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya melakukan pengawasan penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah. Fungsi pengawas Pendidikan Agama Islam berdasarkan PMA ( Kementrian Agama, Peraturan Menteri Agama No.2 Th. 2012):

4 a. Penyusunan Program pengawasan Pendidikan Agama Islam b. Pembinaan, pembimbingan, dan pengembangan profesi guru Pendidikan Agama Islam c. Pemantauan penerapan standar Nasional Pendidikan Agama Islam Penilaian hasil pelaksanaan program pengawasan, dan d. Pelaporan pelaksanaan tugas kepengawasan Berdasarkan Peraturan Menteri No. 2 tahun 2012, Pengawas Pendidikan Agama Islam berwenang: 1) Memberikan masukan, saran, dan bimbingan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan dan/atau pembelajaran Pendidikan Agama Islam kepada Kepala sekolah dan instansi yang membidangi urusan pendidikan di Kabupaten/Kota; 2) Memantau dan menilai kinerja guru Pendidikan Agama Islam serta merumuskan saran tindak lanjut yang diperlukan; 3) Melakukan pembinaan terhadap guru Pendidikan Agama Islam; 4) Memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas guru Pendidikan Agama Islam kepada pejabat yang berwenang; dan 5) Memberikan pertimbangan dalam penilaian pelaksanaan tugas dan penempatan guru Pendidikan Agama Islam kepada Kepala sekolah dan pejabat yang berwenang. Berdasarkan pemaparan mengenai tugas, fungsi, dan wewenang dalam melaksanakan kinerja pengawasan yang kompleks, maka upaya pembentukan karakter peserta didik melalui peran guru Pendidikan Agama Islam belum terlaksana optimal. Hal

5 ini dikarenakan guru-guru Pendidikan Agama Islam di Bantul sudah tidak muda lagi. Banyak yang sudah menjelang pensiun dan belum ada pengganti. Mengingat bahwa Bantul untuk beberapa tahun kedepan tidak ada pengangkatan PNS. Bantul memiliki 17 kecamatan dengan jumlah pengawas Pendidikan agama Islam 9 orang untuk tingkat SD. Masing-masing pengawas memiliki 2 sampai 3 kecamatan binaan dengan jumlah guru binaan minimal 40 orang, sedangkan berdasarkan data yang ada jumlah guru binaan pengawas Pendidikan Agama Islam Bantul berjumlah 60 orang (wawancara dengan Moh. Abd. Rofiqi, Ketua kelompok kerja pengawas tanggal 8 februari 2017). Pengawas datang ke sekolah minimal dua kali tatap muka. Dengan jumlah guru binaan yang banyak, dan dengan keterbatasan dari guru agama sendiri, menjadikan kendala bagi kinerja pengawas. Terutama dalam bidang teknologi Informasi guru agama yang sudah sepuh kesulitan dalam memanfaatkan media. Selain itu kendala yang dialami di lapangan adalah guru sudah banyak kegiatan karena tugas guru tidak hanya mengajar di kelas. Guru Pendidikan Agama Islam juga memiliki program ekstrakurikuler, contohnya TPA, Qiro ah, dsb (wawancara Nashiruddin, Pengawas Pendidikan Agama Islam Bantul tanggal 26 Januari 2017). Tidak hanya itu, dengan berlakunya kurikulum 2013, banyak guru yang sudah tua kesulitan mengikuti. Berdasarkan wawancara, bahwa di kecamatan Pajangan ada sekolah yang tidak memiliki guru Agama, sehingga pelajaran agama di pegang oleh wali kelas masingmasing (wawancara dengan Sumasrifah, pengawas Pendidikan Agama Islam bantul tanggal 24 Januari 2017). Hal ini menyulitkan pengawas dalam melakukan pengawasan terhadap kualitas pengajaran Pendidikan Agama di sekolah tersebut. Kemudian diatasi dengan pergeseran dari guru TK untuk mengajar di SD.

6 Berdasarkan kenyataan yang ada di lapangan, dengan kondisi guru Agama yang menjelang pensiun, yang terjadi hampir di semua kecamatan, maka pengawas tidak efesien dan intensif dalam melakukan pengawasannya. Dampaknya adalah implementasi dari program kerja pengawas Pendidikan Agama Islam belum optimal apalagi tindak lanjut program kerjanya. Hal ini menyebabkan tidak tuntasnya penanganan permasalahan guru Agama yang ada di Bantul. Keterbatasan kunjungan pengawas ke sekolah dan guru binaan menyebabkan seringkali kedatangan pengawas hanya sebagai progress checking. Hal ini dikarenakan kendala-kendala yang telah dipaparkan. Permasalahan mengenai kinerja pengawas, telah diteliti oleh beberapa peneliti terdahulu. Rata-rata masalah yang dihadapi sama. Berikut permasaahan menurut Retoliah (2014: 3) yaitu mengemukakan bahwa saat itu terdapat beberapa pengawas yang alih fungsi dari jabatan struktural. Mereka tidak memenuhi kriteria sebagai pengawas baik dari sudut kualifikasi, kompetensi maupun jenjang karir. Kinerja mereka tidak efektif, setiap kali melakukan kunjungan ke sekolah, mereka hanya mampu melakukan pengawasan aspek menejerial, sementara aspek akademik diabaikan. Mereka tidak memberikan pembinaan kepada guru, karena guru lebih kompeten di bidang akademik dibanding pengawasnya. Husaini (2013: 43) tentang kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam pada sekolah sekota Banjarmasin tahun 2012 menyatakan juga belum optimal, kinerja perencanaan kepengawasan, seperti program tahunan, program semester, dan kinerja pengawas dalam pelaksanaan kepengawasan akademik, para pengawas selalu melakukan observasi kelas mengamati proses pembelajaran mengajar guru. Sebagian pengawas juga menyampaikan feedback, untuk meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran. Pengawas

7 juga memberikan bimbingan kepada guru dalam hal penyusunan silabus dan RPP, namun belum intensif karena tidak dijadwalkan secara khusus. Sebagian besar pengawas juga memberikan bimbingan penggunaan metode dan strategi pembelajaran variatif, tetapi sebagian besar pengawas tidak dapat memberikan bimbingan penggunaan media/ teknologi informasi dalam pembelajaran, sebab pengawas tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai pemanfaatan teknologi informasi. Dan terakhir, kinerja membuat laporan hasil pengawasan, semua pengawas belum membuat laporan bulanan dan laporan tahunan, mereka beralasan tidak ada waktu untuk membuatnya. Bersamaan dengan beberapa fenomena di atas, penulis menyadari munculnya keluhan dari pihak seorang pengawas sendiri tertulis di internet wajar terjadi. Fitri dalam Lubab (2013: 4) menulis tentang Dilematis antara Pengawas Pendidikan Agama Islam dengan Pengawas Madrasah. Dimana peran ganda yang diemban oleh pengawas Pendidikan Agama Islam sebagai pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran, juga sebagai pengawas satuan pendidikan madrasah yang kurang memberi kontribusi terhadap guru-guru di luar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Lubab (2013) mengemukakan penelitian tentang pengawas PAI di atas pada tahun 2007 dan 2012 menunjukkan dalam pandangan efektifitas kinerja pengawas belum menunjukkan hasil yang maksimal, dan (2) kinerja merujuk pengertian pada perilaku, kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi tempat orang bekerja. Kinerja ini sinonim dengan perilaku, yang berarti sesuatu secara aktual dapat dikerjakan dan diobservasi. Dalam makna ini kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja bukan konsekuensi atau hasil

8 tindakan, tetapi tindakan itu sendiri. Hal ini sebagaimana perilaku secara aktual yang telah dikerjakan pengawas PAI dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya juga belum menunjukkan ekuivalansi. Juniasri (2014: 3) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja pengawas yang tidak efektif karena dari 25 jumlah pengawas yang murni sebagai pengawas Pendidikan Agama Islam hanya 2 orang, sedang sisanya merangkap sebagai pengawas Madrasah. Penelitian ini mengambil lokasi di Kabupaten Bantul Tingkat Sekolah Dasar terutama di empat kecamatan yaitu; Dlingo, Sewon, Jetis, dan Pajangan berdasarkan beberapa faktor, yaitu ingin meneliti kinerja pengawas yang sudah senior dan wilayah kecamatan tersebut merupakan satu titik yang berada di bawah kepengawasan 4 pengawas tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam? 2. Sejauh mana ketercapaian kepengawasan sesuai dengan standar aturan peniaian Departemen Agama? 3. Apa saja kendala yang dialami pengawas Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya? 4. Apa strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala kepengawasan? 5. Bagaimana hasil kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam Bantul? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam

9 2. Untuk mengidentifikasi sejauh mana ketercapaian kepengawasan sesuai dengan standar aturan peniaian Departemen Agama 3. Untuk mengkaji kendala yang dialami pengawas Pendidikan Agama Islam dalam melaksanakan tugasnya. 4. Untuk mengidentifikasi strategi yang dilakukan untuk mengatasi kendala kepengawasan. 5. Untuk menilai hasil kinerja pengawas Pendidikan Agama Islam Bantul. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khazanah ilmu, terutama dalam bidang pendidikan Agama Islam. 2. Praktis a) Pengawas: untuk pengawas agar dapat mengevaluasi kinerjanya dalam melakukan pengawasan terhadap guru-guru Pendidikan Agama Islam, juga dapat memberikan solusi terhadap kendala dan hambatanya dalam melaksanakan tugasnya. b) Guru Pendidikan Agama Islam: untuk guru Pendidikan Agama Islam agar dapat meningkatkan kinerja dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. c) Siswa: untuk meningkatkan nilai akademik siswa dan menjadikan siswa memahami arah pembelajaran Agama Islam yang disampaikan guru sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. E. Sistematika Pembahasan

10 Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian pokok, dan bagian akhir. Adapun penjelasan dari masing-masing bagian sebagai berikut: Bagian awal dalam penelitian ini terdiri atas : halaman sampul, halaman judul, halaman nota dinas, halaman pengesahan, halaman pernyataan keaslian, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan grafik, abstrak, dan transliterasi. Sementara bagian pokok dalam penelitian ini mencakup beberapa bab diantaranya: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, sistematika pembahasan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan dan terkait dengan tema skripsi. BAB III : METODE PENELITIAN Memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta justifikasi/ alasannya; jenis penelitian, desain, lokasi, populasi, sampel, metode pengumpulan data, serta analisis data yang digunakan. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi : (1) Hasil Penelitian, Klasifikasi bahasan disesuaikan dengan pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fokus penelitiannya. (2) Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri.

11 BAB V : PENUTUP Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi. Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan peneitian yang ada hubungannya dengan masalah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian mengenai langkahlangkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak terkait dengan hasil penelitian yang bersangkutan. Saran diarahkan pada dua hal, yaitu: 1) Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian 2) Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan masalah atau fokus penelitian. Bagian akhir di penelitian ini terdiri atas daftar pustaka dan daftar lampiran-lampiran yang di perlukan.