Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin BELLA TANIA Program Pendidikan Fisika Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya May 9, 2013 Abstrak Mesin pendingin yang kebanyakan bekerja dengan dasar siklus pendingin kompresi uap membutuhkan energi input (umumnya listrik) dalam jumlah yang cukup besar. Jurnal ini akan membahas pengaruh usaha melilitkan pipa kapiler pada suction line terhadap kinerja suatu mesin pendingin, dalam penelitian ini digunakan mesin pendingin berupa freezer. Metode yang digunakan dalam pembuatan jurnal ini adalah metode studi pustaka dengan membandingkan hasil penelitian yang menggunakan air garam yang dimasukkan ke dalam freezer. Air garam yang dimasukkan ke dalam freezer dengan variasi pipa kapiler yang dililitkan 100 0 / 0 pada suction line, 50 0 / 0 dililitkan padansuction line,dan pipa kapiler yang tidak dililitkan sama sekali. Hasil yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat hasil COP (Coefficient Of Performance) dan waktu pendinginan. Waktu pendinginan diukur dari waktu yang dibutuhkan mesin pendingin untuk menurunkan 1 0 Cairgaramdari6 0 Chingga 3 0 C. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa pipa kapiler yang dililitkan pada suction line dapat meningkatkan COP freezer, tetapi waktu pendinginan tidak banyak berubah. Kata kunci: Siklus pendingin, suction line, pipa kapiler 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini penggunaan mesin pendingin semakin luas dari rumah tinggal, perkantoran, hotel, mobil, rumah sakit, dan industri. Pemakaian mesin pendingin bervariasi dari yang berkapasitas kecil, sedang, hingga besar. Semua mesin pendingin bekerja berdasarkan prinsip Hukum Termodinamika II yang dinyatakan oleh Clausius, yaitu Adalah tidak mungkin membuat sebuah alat yang beroperasi dalam sebuah siklus tanpa adanya efek dari luar untuk mentransfer panas dari media bertemperatur rendah ke media bertemperatur tinggi. Jadi, selalu diperlukan input energi dari luar. Input energi ini biasanya berupa energi listrik. Dari hukum termodinamika II muncul istilah refrigerasi dan pengkondisian udara. Bidang refrigerasi dan pengkondisian udara saling berkaitan, tetapi masing-masing mempunyai ruang lingkup yang berbeda. Pengkondisian udara berupa pengaturan suhu, pengatu- 1
ran kelembaban dan kualitas udara Sedangkan refrigerasi digunakan untuk kebutuhan proses tertentu seperti pendinginan untuk rumah tangga, keperluan umum, dan industri antara lain meliputi : cold storage, ice scating rinks, desalting, pemrosesan makan dan minuman, industri kimia, dan industri manufaktur. Pengkondisian udara dan refrigerasi juga mempunyai ruang lingkup yang sama yakni dalam hal pendinginan dan pengurangan kelembaban. Mengingat semakin mahalnya harga listrik dan semakin menipisnya sumber energi tak terbaharui yang tersedia, maka diperlukan usaha untuk menghemat energi dengan meningkatkan efisiensi kerja peralatan khususnya dalam hal ini mesin pendingin. Saat ini, kebanyakan mesin pendingin bekerja berdasarkan siklus pendingin kompresi uap (vapor compression refrigeration cycle). Pada siklus pendingin ini terdapat 4 komponen utama yaitu: evaporator, kompresor, kondensor dan alat ekspansi (gambar 1). dari kompresor, refrigerant mengalir dalam kondensor dengan temperatur lebih tinggi kira-kira 10 0 15 0 C dari temperatur udara sekitar. Dengan demikian refrigerant keluar dari kondensor dan masuk ke alat ekspansi (pipa kapiler) pada temperatur yang lebih tinggi dari pada di suction line. Kondisi ini membuat beberapa orang tertarik mencoba melilitkan pipa kapiler ke line suction. Artikel ini membahas bagaimana pengaruh usaha melilitkan pipa kapiler ke line suction terhadap performansi mesin pendingin kompresi uap, dalam hal ini COP dan waktu pendinginan beban. 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mendapatkan hasil dari pengaruh pipa kapiler yang dililitkan pada suction line 2. Membandingkan hasil dari efek pelilitan pipa kapiler 3. Menambah wawasan mengenai sistem kerja mesin pendingin 4. Memberikan pengetahuan mengenai cara menghemat energi 1.3 Metodologi Penelitian Metodologi yang dilakukan penulis dalam membuat jurnal hasil penelitian adalah dengan mengumpulkan data dari berbagai sumber jurnal dan ebook (tinjauan pustaka). 2 Studi Pustaka Figure 1: Gambar 1 Saluran keluar evaporator yang akan masuk ke kompresor disebut sebagai suction line. Refrigerant (freon) saat mengalir dalam evaporator dan suction line berada pada temperatur rendah (biasanya lebih rendah kira-kira 10 0 15 0 C dari temperatur ruangan yang didinginkan). Setelah ke luar Suatu penggunaan yang luas dari termodinamika adalah refrigerasi yaitu perpindahan panas dari temperatur yang rendah ke temperatur yang lebih tinggi. Sistem yang menghasilkan proses refrigerasi adalah refrigerator (atau pompa panas), dan siklusnya disebut siklus refrigerasi. Siklus refrigerasi yang banyak digunakan adalah siklus kompresi uap sederhana, dimana refrigeran diuapkan, dan dikodensasikan dengan jalan mengkompresi uap tersebut. Prinsip utama 2
mesin refrigerasi adalah untuk menurunkan temperatur agar materi atau ruangan dapat terjaga temperaturnya sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan yang dikehendaki. Dalam sistem kompresi diperlukan 4 komponen, yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Cara kerja dari masing-masing alat tersebut adalah sebagai berikut (lihat Gambar 1 dan 2): P-h.jpg diberikan oleh motor listrik yang menggerakan kompresor. Jadi, dalam proses kompresi energi diberikan kepada uap refrigeran. Diasumsikan tidak ada perpindahan panas dari dan ke kompresor. Dengan menerapkan keseimbangan massa dan laju energi (Hukum Termodinamika I) pada volume atur yang melingkupi kompresor, didapat daya kompressor yaitu: P = m(h 2 h 1 )...pers 2 3. Kondensor 1. Evaporator Figure 2: Gambar 2 Saat refrigeran mengalir melalui evaporator, perpindahan panas dari ruangan yang didinginkan menyebabkan refrigeran menguap. Dengan mengambil refrigeran pada evaporator sebagai volume atur, dari keseimbangan massa dan Hukum Termodinamika I di peroleh perpindahan panas sebesar : Q e = m(h 1 h 4 )...pers 1 2. Kompresor Kompresor menghisap uap refrigeran untuk dinaikan tekanannya, dengan naiknya tekanan maka temperatur refigeran juga naik. Sehingga setelah keluar dari kompresor, refigeran tadi berbentuk uap panas lanjut. Energi yang diperlukan untuk kompresi Uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dengan mudah dicairkan dengan menggunakan fluida pendingin seperti udara atau air. Uap refrigeran melepaskan kalor laten pengembunan kepada fluida pendingin sehingga refrigeran tadi mengembun dan menjadi cair. Pada siklus ideal tidak terjadi penurunan tekanan dan temperatur di kondensor, sedangkan pada siklus aktual terjadi penurunan tekanan yang diikuti penurunan temperatur yang terjadi karena gesekan antara refrigeran dengan pipa kondensor. Untuk volume atur melingkupi refrigeran di kondensor, laju perpindahan panas dari refrigeran adalah : Q c = m(h 2 h 3 )...pers 3 4. Katup Ekspansi Setelah uap refrigeran dicairkan di dalam kondensor kemudian refrigeran cair yang bertekanan tinggi tersebut diekspansikan melalui pipa kapiler (katup ekspansi). Pada saat melewati pipa kapiler tekanan refrigeran mulai turun dan diikuti dengan turunnya temperatur refrigeran secara drastis. Kualitas uap yang terkandung pada titik 4 dapat dicari dengan persamaan: 3
x 1 = h 4 h f 4 h f g4...pers 4 h f4 = Entalphy spesifik cairan jenuh (kj/kg) h fg = Entalphy spesifik campuran cairan dengan uap (kj/kg) h fg = hg - hf h g = Entalphy spesifik uap jenuh (kj/kg) 60 gram garam mendapatkan hasil seperti pada tabel 1. penelitian ini dilakukan sebanyak 4 kai, selama 4 hari di laboratorium.pengukuran dilakukan pada saat yang sama yaitu: saat air garam mulai mencapai temperatur 6 0 Chingga 3 0 C dimana pengamatan dilakukan tiap penurunan 1 0 C. Pengukuran temperatur dan tekanan diambil di 5 titik seperti pada gambar 3. Secara termodinamika besarnya perpindahan panas yang terjadi pada pipa kapiler di mesin pendingin, yaitu: Q = m(h 3 h 4 )...pers 5 h 3 = Entalphy spesifik refrigeran masuk pipa kapiler (kj/kg) h 4 = Entalphy spesifik refrigeran keluar pipa kapiler (kj/kg) Tekanan refrigerant turun dalam ekspansi yang ireversibel dan dibarengi dengan adanya kenaikan entropy jenis. Refrigerant keluar katup ekspansi pada state 4 yang berupa fase campuran uap-cair.dalam system pendingin kompresi uap, power input netto sama dengan power untuk menggerakkan kompresor, karena katup ekspansi tidak memerlukan dan tidak menghasilkan power. Besaran yang menunjukkan unjuk kerja mesin pendingin adalah Coefficient of Performance (COP) didefinisikan sebagai perbandingan antara kapasitas pendinginan dengan power input. Dengan menggunakan kuantitas seperti di atas, Figure 3: Gambar 3 Berikut tabel hasil penelitian : 100 0 / 0 = pipa kapiler seluruhnya dililitkan pada suction line 50 0 / 0 = pipa kapiler hanya sebagian dililitkan pada suction line 0 0 / 0 = pipa kapiler tidak dililitkan pada suction line 1. COP freezer berubah terhadap temperatur ruang beban COP = Q in m W k m = h 1 h 4 h 2 h 1 3 Hasil dan Pembahasan Penelitian yang dilakukan terhadap air garam yang dimasukkan ke dalam freezer dengan perbandingan 500 gram air dan Dari eksperimen yang dilakukan, terlihat dalam tabel 1 bahwa COP mesin pendingin menurun saat temperatur air garam makin rendah. Temperatur ruang beban dapat diperkirakan mendekati atau sama dengan temperatur air garam. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Saat temperatur air 4
garam makin rendah berarti beda temperatur antara air garam dengan refrigerant dalam evaporator makin kecil. Hal ini berakibat kapasitas pendinginan freezer menurun. Dengan menurunnya kapasitas pendinginan maka COP juga menurun. Table 1: COP freezer berubah terhadap temperatur ruang beban Suhu ( 0 C) 100 0 / 0 50 0 / 0 0 0 / 0 6 2,4 1,7 1,0 5 2,3 1,6 1,0 4 2,2 1,5 1,1 3 2,2 1,5 1,1 2 2,1 1,4 1,0 1 2,0 1,3 0,9 0 1,8 1,2 0,8-1 1,9 1,1 0,9-2 1,9 1,0 0,8-3 2,0 1,0 0,7 waktu pendinginan lebih singkat. Hal ini dapat dimengerti karena kapasitas pendinginan tidak banyak berubah. Table 2: Waktu (detik) yang dibutuhkan untuk menurunkan suhu 1 0 C air garam Penurunan Suhu ( 0 C) 100 0 / 0 50 0 / 0 0 0 / 0 6-5 200 220 230 5-4 230 230 235 4-3 240 245 250 3-2 250 255 270 2-1 290 290 300 1-0 235 230 240 0- -1 255 250 260-1- -2 300 300 295-2- -3 300 280 300 3. Pengaruh usaha pelilitan pipa kapiler terhadap daya kompresor 2. Pengaruh usaha pelilitan pipa kapiler terhadap waktu pendinginan Pengamatan terhadap waktu pendinginan air garam dalam ruang beban dilakukan mulai dari air garam mencapai 6 0 Chingga 3 0 C, dimana pengukuran dilakukan untuk penurunan tiap 1 0 C. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa waktu pendinginan yang diperlukan bertambah dengan makin rendahnya temperatur air garam. Namun, terjadi sesuatu yang aneh dimana saat temperatur air garam turun dari 1 0 C menjadi 0 0 C dan dari 0 0 C menjadi 1 0 C, waktu yang diperlukan justru menurun dan kemudian untuk berikutnya meningkat kembali. Hal ini perlu diselidiki lebih lanjut. Pada artikel ini tidak dibahas lebih jauh karena hal ini di luar tujuan eksperimen. Dari tabel 2 terlihat bahwa usaha melilitkan pipa kapiler pada line suction tidak membuat Dari diagram P-h terlihat bahwa karena pipa kapiler dililitkan pada line suction maka titik 1 (suction kompresor) bergeser ke kanan, dimana saat seluruh pipa kapiler dililitkan ternyata titik 1 berada di daerah superpanas, sedang keluaran kompresor hampir sama untuk semua kondisi. Pergeseran ini membuat enthalpy masukan kompresor (h1) lebih tinggi sedang enthalpy keluaran (h2) hampir sama, sehingga kerja kompresor lebih ringan. Entalpi h1 paling tinggi saat seluruh pipa dililitkan sehingga daya input kompresor juga paling rendah pada kondisi itu. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3. COP didapat dengan membagi kapasitas pendinginan dengan daya input kompresor. Kapasitas pendinginan freezer tidak terlalu banyak berubah dengan melilitkan pipa kapiler ke suction line. Kemungkinan hal ini terjadi karena pipa kapiler juga menerima 5
panas dari lingkungan maupun kompresor mengingat temperatur refrigerant saat keluar pipa kapiler (masuk evaporator) sangat rendah yaitu sekitar 15 0 C.Karena kapasitas pendinginan sedikit meningkat dan daya input kompresor menurun saat pipa kapiler dililitkan pada line suction, maka COP freezer meningkat. Table 3: Perubahan daya kompresor (kj/kg) terhadap temperatur air garam ( 0 C) Suhu ( 0 C) 100 0 / 0 50 0 / 0 0 0 / 0 6 38 57 82 5 39 58 82 4 39 59 80 3 39 57 79 2 38 59 79 1 39 59 80 0 40 60 81-1 40 59 80-2 41 61 81-3 40 62 83 4 Kesimpulan Dari eksperimen yang dilakukan dapat diambil kesimpulan: 3. Dengan melakukan hal ini, maka refrigerant saat masuk kompresor lebih super panas dan refrigerant saat masuk katup ekspansi (bisa pipa kapiler) dalam kondisi lebih sub-cooled, temperatur lebih rendah. Jika refrigerant masuk katup ekspansi lebih sub-cooled maka pada diagram P-h titik 4 lebih ke kiri dengan demikian titik 5 juga lebih kekiri. Kondisi ini berakibat kapasitas pendinginan mesin pendingin lebih besar. Dengan membuat kapasitas pendinginan lebih besar, maka waktu pendinginan tentunya akan lebih singkat. Daftar Pustaka References [1] Ekadewi Anggraini Handoyo, Agus Lukito, Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin, Indonesia, 2002. [2] Khairil Anwari, EFEK BEBAN PENDINGIN TERHADAP PER- FORMA SISTEM MESIN PENDIN- GIN, Palu, Indonesia, 2010. [3] Ir. Sudjito, PhD., Ir. Saifuddin Baedoewie, Agung Sugeng W., ST., MT. Diktat TERMODINAMIKA DASAR, Jakarta, Indonesia. 1. COP mesin pendingin menurun saat temperatur ruangan beban makin rendah. 2. COP mesin pendingin meningkat jika pipa kapiler dililitkan pada suction line 3. Waktu pendinginan tidak berubah jika pipa kapiler dililitkan pada line suction. Usaha yang dilakukan orang untuk meningkatkan performansi mesin pendingin adalah dengan mengkontakkan pipa (bukan pipa kapiler) yang keluar dari kondensor dengan suction line seperti pada gambar 6