BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

-3- MEMUTUSKAN: Pasal I

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BANJARBARU NOMOR 39/Kpts/KPU-Kota /Tahun 2013 TENTANG

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

5. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1, angka 2, angka 3 dan angka 4 berlaku 1 (satu) bulan setelah Peraturan ini diundangkan. c.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan agar pemanfaatan ruang sesuai rencana dapat terwujud. Kegiatan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.304, 2010 KOMISI PEMILIHAN UMUM. Kampanye. Pilkada. Pedoman Teknis.

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

BUPATI POLEWALI MANDAR

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA CIREBON. NOMOR 60 / Kpts / KPU Kota / 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM.

WALIKOTA MOJOKERTO, PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 20 TAHUN 2009 TENT ANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 34 Tahun : 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

2015, No tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 23 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Umu

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah mencermati dan mengkaji tentang peranan Badan Satuan Polisi Pamong

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

-2- BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BANTUAN DAN FASILITAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH BUMBU

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik I. Umum II. Pasal Demi Pasal...

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DI LUAR NEGERI

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum, selanjutnya disebut pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 Pemilihan umum merupakan sarana politik untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam hal memilih wakil-wakil mereka dilembaga legislatif serta memilih pemegang kekuasaan eksekutif baik itu presiden/wakil presiden maupun kepala daerah. 2 Pemilihan umum merupakan instrumen penting dalam Negara demokrasi yang menganut sistem perwakilan. 3 Dalam sistem pemerintahan yang demokratis pemegang kekuasaan haruslah bertanggung jawab kepada rakyat dan kekuasaan diperoleh melalui sistem pemilihan umum yang bebas. Pemilihan umum anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan demokrasi yang memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan bentuk pemilu lainnya baik 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Pasal 1 ayat (1) tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2 Rumidan Rabi ah. Lebih Dekat Dengan Pemilu Di Indonesia. Raja Grafindo Persada, Jakarta. 2009. hlm. 46. 3 Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata Negara, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara Fak. UI, 1983 hlm. 328 1

Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maupun Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kompetisi dan kontestasi pasangan calon, besarnya konflik antar pendukung pasangan calon, ketidak netralan dan parsialitas penyelenggara Pemilu. Begitu juga dengan tingginya potensi pelanggaran terutama menyangkut isu-isu spesifik, antara lain politik uang, penyalahgunaan kekuasaan, dan manipulasi dana kampanye. Mereka yang terpilih dianggap sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama suatu kelompok yang lebih besar melalui partai politik (parpol). 4 Penyelenggaraan pemilihan umum legislatif di Indonesia melibatkan semua komponen bangsa, tidak hanya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia, Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten/Kota sebagai penyelenggara, tetapi juga melibatkan unsur dari penegak hukum seperti; kepolisian, kejaksaan dan lembaga peradilan di Indonesia yaitu pengadilan umum, pengadilan tata usaha negara dan Mahkamah Konstitusi yang memiliki kewenangan memeriksa, mengadili dan memutus sengketa serta pelanggaran dalam pemilu. Pemerintah daerah juga mempunyai kewenangan dalam menyukseskan penyelenggara pemilu sebagaimana tercantum dalam Pasal 126 ayat (1) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu yaitu untuk kelancaran pelaksanaan tugas, wewenang dan kewajibannya, penyelenggara pemilu, pemerintah dan 4 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: P.T. Gramedia,2008, hlm. 175 2

pemerintah daerah wajib memberikan bantuan dan fasilitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5 Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22 ayat (1) telah menentukan bahwa, Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. Di dalam Pasal 22 E ayat (5) ditentukan bahwa pemilihan umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang bersifat nasional, tetap, mandiri. KPU sebagai pelaksana pemilihan umum untuk kelancaran dalam acara pemilihan umum membuat peraturan yang disebut peraturan KPU agar dapat ditaati oleh peserta peserta pemilu, calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Secara umum pengawasan pemilu dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat, akan tetapi secara spesifik pengawasan pemilu dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilu, Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan (Panwascam) dan Pengawas Pemilu Lapangan (PPL). Dalam serangkaian kegiatan pemilu ada kegiatan yang disebut masa kampanye pemilu. Kampanye merupakan hal yang penting didalam sebuah proses pemilihan umum. Karena didalam kampanye para calon anggota legislatif dapat mengenalkan dirinya kepada masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat mengetahui visi, misi dan program yang akan dilakukan oleh calon anggota legislatif setelah mereka terpilih. Setiap peserta pemilu berhak melakukan kampanye, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tujuan untuk menarik perhatian 5 Pasal 126 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 3

sebanyak-banyaknya. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. 6 Partai politik dan calon legislatif memerlukan alat peraga kampanye sebagai media untuk memperkenalkan serta menyampaikan visi, misi dan program guna meyakinkan dan mendapatkan dukungan dari masyarakat. Menurut Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013, Pasal (1) ayat 22 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bahwa alat peraga kampanye adalah semua benda atau bentuk lain yang memuat visi, misi, program, dan/atau informasi lainnya yang dipasang untuk keperluan kampanye pemilu yang bertujuan untuk mengajak orang memilih peserta pemilu dan/atau calon anggota DPR, DPD dan DPRD tertentu. Alat peraga kampanye atau bahan kampanye selalu ada dalam setiap kampanye pemilu baik pemilu presiden dan wakil presiden, pemilu legislatif dan pemilu kepala daerah. Bagi calon anggota legislatif maupun partai yang sedang berkompetisi, alat peraga kampanye termasuk salah satu bagian logistik kampanye. Pasal 17 ayat (1) huruf c peraturan terebut menyebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU/KIP Provinsi, KPU/KIP Kabupaten/Kota, Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) harus berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Desa/Kelurahan, dan Kantor 6 Antar Venus. Manajemen Kampanye. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2004. hlm. 7. 4

Perwakilan Republik Indonesia untuk menetapkan lokasi pemasangan alat peraga untuk keperluan kampanye pemilu. Pendataan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh Panitia Pengawas Kecamatan (Panwascam) se-kota Bandar Lampung di 127 Kelurahan yang tersebar di 20 Kecamatan terdapat pemasangan alat peraga yang tidak pada lokasi atau zona yang sudah ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum. Dari hasil pendataan Panwascam se-kota Bandar Lampung terdapat 20.000 alat peraga kampanye yang dilaporkan melanggar zona kampanye. Alat peraga kampanye seperti bendera dipasang di pohon, jalan dan tiang listrik, di pinggir jalan. Stikerstiker calon legislatif yang berukuran kecil sampai besar menempel di fasilitas umum seperti; telepon umum, stasiun kereta, tiang listrik, halaman rumah ibadah, halte dan poster calon legislatif dipasang di alat transportasi umum seperti becak, angkot, dan mobil, serta pemasangan billboard/baliho yang lebih dari satu unit di satu desa/kelurahan oleh partai politik dan calon anggota legislatif. 7 Berdasarkan peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kampanye Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Pasal 17 ayat (1) a menjelaskan bahwa: Alat peraga kampanye tidak ditempatkan pada tempat ibadah, rumah sakit atau tempat-tempat pelayanan kesehatan, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan (gedung dan sekolah), jalan-jalan protokol, jalan bebas hambatan, sarana dan prasarana publik, taman dan pepohonan. 7 http://rudisantosomhi.wordpress.com/2014/09/15/laporan-pengawasan-pemilihan-umum-anggotadpr-dpd-dan-dprd-tahun-2014-kota-bandar-lampung/ 5

Surat keputusan yang telah disepakati bersama antara partai politik peserta pemilu, Polisi Daerah Kota Bandar Lampung, dan Wali Kota Bandar Lampung mengeluarkan larangan pemasangan alat peraga kampanye di 16 ruas jalan di Bandar Lampung yaitu Jalan Soekarno-Hatta, Jalan Z.A. Pagaralam, Jalan Teuku Umar, dan Jalan Raden Intan. Lalu, Jalan R.A. Kartini, Jalan Dr. Susilo, Jalan Yos Sudarso, Jalan Ahmad Yani, dan Jalan Wolter Monginsidi. Kemudian, Jalan P. Diponegoro, Jalan Jenderal Soedirman, Jalan P. Antasari, Jalan Gatot Soebroto, Jalan Gajah Mada, Jalan Laksamana Malahayati, dan Jalan Sultan Agung. Jalanjalan tersebut merupakan jalan protokol di Kota Bandar Lampung yang harus terbebas dari alat peraga kampanye karena dapat merusak estetika, kebersihan dan keindahan kota. Semua alat peraga kampanye pemilu yang telah dipasang selama kampanye menjelang masa tenang harus sudah dibersihkan paling lambat satu hari, sebelum hari pemungutan suara, sesuai yang tercantum dalam Peraturan KPU Nomor 15 tahun 2013 Pasal 17 ayat (2), sepertinya tidak dilakukan oleh para calon anggota legislatif, justru Panwaslu bersama Pemerintah Kota Bandar Lampung melalui Satuan Polisi Pamong Praja yang membersihkan paksa alat peraga kampanye yang melanggar tersebut. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi permasalahan dan pelanggaran dalam penerapan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 mengenai pemasangan alat peraga kampanye yang dilakukan oleh calon legislatif dan partai politik. Banyaknya pelanggaran pemasangan alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan ketentuan pemasangan, tentunya menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh berbagai pihak baik Komisi Pemilihan Umum 6

Kota Bandar Lampung, Panwaslu Kota Bandar Lampung dan Pemerintah Kota Bandar Lampung selaku instrumen yang mendukung terselenggaranya pemilu legislatif di Kota Bandar Lampung agar hal tersebut dapat menimbulkan ketertiban dan kepastian hukum bagi pemerintah daerah maupun masyarakat. Pelaksanaan penertiban beredarnya alat peraga kampanye yang tidak sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 tahun 2013 dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame merupakan tugas Panitia Pengawas Pemilu Kota Bandar Lampung dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam melakukan pengawasan terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu di lapangan. Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegakan peraturan daerah maupun peraturan ketertiban umum, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja juga dituntut untuk bersama-sama menertibkan alat peraga kampanye yang melanggar. Terbatasnya jumlah anggota panwaslu di lapangan juga menjadi permasalahan, sehingga panwaslu tanpa tambahan personil dari satpol PP dianggap kurang mampu melakukan pengawasan beredarnya alat peraga kampanye yang melanggar ketentuan pemasangan. Panwaslu dan Satpol PP melakukan pengawasan secara langsung dengan cara mengamati, meneliti, memeriksa dan mengecek sendiri dan menerima laporan langsung dari pelaksana di tempat pekerjaan itu berlangsung yaitu dengan cara inspeksi. 8 8 Jum Anggraini. Hukum Administrasi Negara. Graha Ilmu, Yogyakarta. 2012. hlm. 80. 7

Dapat ditarik kesimpulan bahwa upaya dalam menertibkan alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung diperlukan kerjasama antara Komisi Pemilihan Umum Kota Bandar Lampung selaku penyelenggara serta pihak pengawas pemilihan umum yaitu Panitia Pengawas Pemilu dan Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung melalui Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandar Lampung untuk melakukan tindakan yang tegas atas adanya temuan pelanggaran mengenai pemasangan alat peraga kampanye. Upaya represif secara berkala seperti memeriksa dan menurunkan alat peraga kampanye hingga pemberian sanksi administratif sangat diperlukan agar partai politik dan calon legislatif yang akan datang dapat mengikuti peraturan yang ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum. Berdasarkan uraian permasalahan diatas penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai penertiban yang dilakukan oleh pihak-pihak penyelenggara pemilu dengan judul PELAKSANAAN PENERTIBAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN LEGISLATIF DI KOTA BANDAR LAMPUNG. 8

1.2 Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup 1.2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung? 2. Apakah faktor penghambat pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung? 1.2.2 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian yaitu mencakup upaya persuasif, preventif dan reprensif yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pengawas Pemilu dan Pemerintah Daerah melalui Satuan polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar lampung. 2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung. 9

1.3.2 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan member manfaat baik secara teoritis ataupun secara praktis untuk semua pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini. kegunaan yang bisa dikemukakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kegunaan Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan teori, konsep, tugas pokok, fungsi dan tujuan Komisi Pemilihan Umum, Panitia Pengawas Pemilu dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye di Kota Bandar Lampung sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan kampanye pemilihan umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 14 Tahun 2008 tentang Tata Cara Perizinan Reklame. 2. Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dan memberikan masukan serta tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti khususnya tentang pelaksanaan penertiban alat peraga kampanye pemilihan legislatif di Kota Bandar Lampung. 10