METODE HERMENEUTIKA UNTUK AL-QUR AN

dokumen-dokumen yang mirip
DIMENSI FILSAFAT DALAM WAHYU

TAFSIR AL-QUR AN INKLUSIF

SAINS, ISLAM, DAN REVOLUSI ILMIAH

SYARIAT ISLAM DAN KETERBATASAN DEMOKRASI


BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

SEMIOTIKA ALQURAN YANG MEMBEBASKAN

MENGAITKAN ISLAM DENGAN DEMOKRASI

MENJADI MUSLIM DI NEGARA SEKULER

EMPAT AGENDA ISLAM YANG MEMBEBASKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

KEBUDAYAAN DALAM ISLAM

Sumbangan Pembaruan Islam kepada Pembangunan

HERMENEUTIKA AL-QUR ÂN FARID ESACK

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu Negeri 5 Menara dengan cara menonton film tersebut. Dalam

PENGANTAR METODOLOGI STUDI ISLAM. Tabrani. ZA., S.Pd.I., M.S.I

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

BAB III METODE PENELITIAN

EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB IV ANALISIS APLIKASI KONESP EKSISTENSI PROFETIK KUNTOWIJOYO. Dunia yang senantiasa berkembang, berkonsekuensi pada perubahan realitas,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Rizki Firdawati. : ISLAM DAN TEOLOGI PEMBEBASAN : ISLAM AND LIBERATION THEOLOGY Essay on Liberative Elements in Islam : Asghar Ali Engineer

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Lihat Musa, M. Yusuf. 1988: 131, Ya qub, Hamzah. 1988:11, Marzuki, M.Ag. Dr. 2009

ETIKA. Membangun Masyarakat Islam Modern. Informatika. Dr. Rais Hidayat.

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

Wassalam. Page 5. Cpt 19/12/2012

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

Pendidikan Agama Islam

TAKFIR DAN HAK BERBEDA PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

ILMU DAN FILSAFAT SOSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Alquran yang secara harfiah berarti bacaan sempurna merupakan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

SILABI MATAKULIAH. Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar. Pengalaman belajar Indikator Strategi Penilaian Alokasi Waktu. Sumber/bahan/ Alat

Membahas Kitab Tafsir

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai wacana bentuk analisis yang berkaitan dengan nilai-nilai pendidikan

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

BAB 8 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEILMUAN

FUNDAMENTALISME DAN NEOLIBERALISME

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah deksriptif. Penelitian deskriptif merupakan

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

Islam dan Sekularisme

KESINAMBUNGAN AGAMA-AGAMA

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN PEREMPUAN MENURUT MASDAR FARID MAS UDI DAN KIAI HUSEN MUHAMMAD

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN. dan dialog. Berdasarkan objek penelitian yang akan diteliti yaitu fenomena yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya mewariskan nilai yang akan menjadi

HARAPAN IBN KHALDUN Oleh Nurcholish Madjid

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

Resensi Buku EKONOMI POLITIK: Peradaban Islam Klasik, karangan Suwarsono Muhammad Oleh: Musa Asy arie

Kolom Edisi 040, Desember P r o j e c t ISLAM BAGHDAD. i t a i g k a a n. Luthfi Assyaukanie

Kolom Edisi 005, Agustus P r o j e c t ISLAM DAN DEMOKRASI. i t a i g k a a n. M. Zainuddin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. 1. Filsafat Perennial menurut Smith mengandung kajian yang bersifat, pertama, metafisika yang mengupas tentang wujud (Being/On) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB III METODE PENELITIAN. Istilah profil dalam penelitian ini mengacu pada Longman Dictionary of

Khatamul Anbiya (Penutup Para Nabi)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Pendahuluan. Ainol Yaqin. Pertemuan ke-1 M E T O D O L O G I S T U D I I S L A M

BAB I PENDAHULUAN. sulit diterima bahkan mustahil diamalkan (resistensi) 4. Dan yang lebih parah,

Islam dan Demokrasi. Disusun oleh : AL-RHAZALI MITRA ANUGRAH F FEBRIAN DELI NOVELIAWATI C.

Membangun Perdaban Islam Sebagai Upaya Meraih Keunggulan Global

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ISLAM EMANSIPATORIS

BAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad sebagai pedoman hidup bagi kaum muslimin. Al-Qur an sendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata Pembelajaran

PENGARUH MODERNITAS TERHADAP HUKUM ISLAM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

RECOGNIZING PLURALISM: ISLAM AND LIBERAL DEMOCRACY

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. muslimin di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagian

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB V PENUTUP. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ayat-ayat kawniyyah dalam pandangan al-ra>zi> adalah ayat-ayat yang

BAB V PENUTUP. 1. Rekonstruksi teologi antroposentris Hassan Hanafi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Allah telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa al-quran karena

ALLAH, UNIVERSALITAS, DAN PLURALITAS

TEOLOGI SOSIAL : Telaah Pemikiran Hassan Hanafi

METODE PENELITIAN. deskriptif dan dengan pendekatan analisis wacana. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

ISLAM DI ANTARA DUA MODEL DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

MUHAMMADIYAH DI MATA MAHASISWA NON IMM

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

UKDW. BAB I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

Transkripsi:

l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t METODE HERMENEUTIKA UNTUK AL-QUR AN i t a i g k a a n D Ahmad Fuad Fanani Edisi 029, Oktober 2011 1

Edisi 029, Oktober 2011 Metode Hermeneutika untuk Al-Qur an Al-Qur an sebagai kitab petunjuk (hudan) memiliki posisi sentral dalam kehidupan manusia. Ia bukan saja sebagai landasan bagi pengembangan dan perkembangan ilmu-ilmu keislaman, namun ia juga merupakan inspirator, pemandu dan pemadu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad lebih sejarah umat manusia. Hal ini bisa terlihat dari dari bermunculannya gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir, Jam at Islami di Pakistan, Wahabi di Saudi Arabia, maupun NU, Muhammadiyah, baik organisasi Islam lainnya di seluruh dunia. D e m o c r a c y P e r p u s t a 2

l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t k a a n D i t a i g Al-Qur an sebagai sebuah teks, menurut Nasr Hamid Abu Zayd, pada dasarnya adalah produk budaya. (Tekstualitas Al-Qur an, 2000) Hal ini dapat dibuktikan dengan rentang waktu terkumpulnya teks Al-Qur an dalam 20 tahun lebih yang terbentuk dalam realitas sosial dan budaya. Oleh karena itu, perlu adanya dialektika yang terus-menerus antara teks (Al-Qur an) dan kebudayaan manusia yang senantiasa berkembang secara pesat. Jika hal ini tidak dilakukan, maka teks Al-Qur an akan hanya menjadi benda atau teks mati yang tidak berarti apa-apa dalam kancah fenomena kemanusiaan. Teks al-qur an masih sangat mungkin menjadi obat mujarab, bacaan shalat, atau perhiasaan bacaan yang dikumandangkan tiap waktu. Akan tetapi visi transformatif dan kemanusiaan Al-Qur an akan bisa hilang begitu saja. Mohammed Arkoun menegaskan, bahwa sebuah tradisi akan kering, mati, dan mandeg jika tidak dihidupkan secara terus- menerus 3

Edisi 029, Oktober 2011 melalui penafsiran ulang sejalan dengan dinamika sosial. (Rethinking Islam, 1999) Al-Qur an sebagai teks yang telah melahirkan tradisi pemikiran, pergerakan, bahkan perilaku keagamaan yang sangat luas dalam rentang waktu panjang, tentu saja tidak bisa mengabaikan hal ini. Oleh karena berbagai macam metode penafsiran dan model tafsir dalam kurun waktu sejarah Islam adalah upaya yang patut dibanggakan sebagai usaha mendinamiskan Al- Qur an yang sangat universal itu. D e m o c r a c y Dalam usaha menangkap dan mendapatkan pesan dari teks Allah berwujud dalam Al-Qur an tentu saja mengandung problem. Karena, setiap usaha menerjemahkan, menafsirkan, atau mencari pemahaman terhadap teks klasik yang berjarak waktu, budaya, tempat sangat jauh dengan pembacanya, selalu digelayuti problem hermeneutika (penafsiran). Dengan adanya problem penafsiran teks tersebut, maka ada sebuah teori filsafat yang digunakan menganalisis problem penafsiran, sehingga teks P e r p u s t a 4

l Edisi 029, Oktober 2011 bisa dipahami secara benar dan komprehensif. Tawaran Hermeneutik P r o j e c t k a a n D i t a i g Hermeneutika sebagai sebuah metode interpretasi sangat relevan kita pakai dalam memahami pesan Al-Qur an agar subtilitas inttelegendi (ketepatan pemahaman) dan subtilitas ecsplicandi (ketepatan penjabaran) dari pesan Allah bisa ditelusuri secara komprehensif. Maksudnya, pesan Allah yang diturunkan pada teks al-qur an melalui Nabi Muhammad itu tidak hanya kita pahami secara tekstual, juga bisa kita pahami secara kontekstual dan menyeluruh dengan tidak membatasi diri pada teks dan konteks ketika Al-Qur an turun. Maka, teks Al- Qur an beserta yang melingkupinya dapat digunakan agar selaras dan cocok dengan kondisi ruang, waktu, dan tempat di mana kita berada dan hidup. Diskursus hermeneutika tidak bisa kita lepaskan dari bahasa, karena problem hermeneutika adalah problem bahasa. Karena itu, 5

Edisi 029, Oktober 2011 dalam memahami teks Al-Qur an, disamping harus memahami kaidah tata bahasa, juga mengandaikan suasana psikologis dan sosio historis (wacana) yang teks tersebut. Atau dengan kata lain, istilah teknis yang diciptakan Ferdinand de Saussure di atas seorang ahli bahasa dari Swis adalah hubungan yang dialektis antara teks dan wacana. (K. Bertens, Filsafat Barat Abad XX, 1995). Sebuah penafsiran dan usaha pemahaman terhadap Al-Qur an jika memakai metode hermeneutika, selalu terdapat tiga faktor yang senantiasa dipertimbangkan, yaitu dunia teks, dunia pengarang, dan dunia pembaca. Ketiga komponen itu memiliki konteks sendiri-sendiri, sehingga jika memahami teks Al- Qur an hanya bertumpu pada satu dimensi tanpa mempertimbangkan dimensi yang lainnya, pemahaman yang diperoleh tidak akan luas dan miskin. Dalam tradisi hermeneutika, terutama metode yang diperkenalkan D e m o c r a c y P e r p u s t a 6

l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t k a a n D i t a i g oleh Gadamer, akan terlihat jelas bahwa dalam setiap pemahaman teks, tidak terkecuali pada teks Al- Qur an, unsur subyektivitas penafsir tidak mungkin disingkirkan. Bahkan secara ekstrem dikatakan bahwa sebuah teks akan berbunyi dan hidup ketika dipahami, diperhatikan, dan diajak dialog oleh pembacanya. Dalam proses dialog, berarti pihak pembaca memiliki ruang kebebasan dan otonomi. Munculnya kitab tafsir Al-Qur an yang berjilid-jilid yang masih dan akan terus berkembang menunjukkan bahwa pemahaman ulama pada Al-Qur an dan tradisi kenabian tidak pernah final. Di masa modern ini, ada dua mufassir terkemuka yang menggunakan metode hermeneutika yaitu Fazlur Rahman dan Mohammed Arkoun. Fazlur Rahman meskipun belum secara langsung menggunakan hermeneutika sebagai metodetafsirnya,namun ia telah memberikan bobot besar pada kontekstualitas. Belum tuntasnya penggunaan hermeneutika dalam 7

Edisi 029, Oktober 2011 tafsir Al-Qur an itu justru merupakan kelemahan Rahman dalam penafsiran Al-Qur an untuk mencapai tujuan dasarnya, yaitu mengedepankan etika dalam Al-Qur an. Menurut Rahman, memahami pesan Al-Qur an secara adikuat dan efektif, pemahaman secara menyeluruh terhadap perkembangan kronologisnya, dan bukan pemahaman secara ayat per ayat, merupakan sebuah kemutlakan. Mohammed Arkoun mungkin orang yang secara tuntas mencoba menggunakan hermeneutika dalam penafsiran Al-Qur an. Untuk kepentingan analisisnya, Arkoun meminjam teori hermeneutika dari Paul Ricour, dengan memperkenalkan tiga level perkataan Tuhan atau tingkatan Wahyu. Pertama Wahyu sebagai firman Allah yang transenden, tak terbatas, yang tak diketahui oleh manusia, yaitu wahyu al-lauh Mahfudz dan Umm al-kitab. Kedua, Wahyu yang nampak dalam proses sejarah. Berkenaan dengan Al-Qur an, hal ini menunjuk pada realitas Firman Allah sebagaimana D e m o c r a c y P e r p u s t a 8

l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t diturunkan dalam bahasa Arab kepada Nabi Muhammad selama kurang lebih dua puluh tahun. Ketiga, Wahyu sebagaimana tertulis dalam Mushaf dengan huruf dan berbagai macam tanda yang ada di dalamnya. Ini menunjuk pada al- Mushaf al-usmani yang dipakai orang-orang Muslim hingga hari ini. k a a n D i t a i g Ketiga tingkatan pemahaman wahyu di atas tentu saja memberikan implikasi pada penafsiran. Bagi Arkoun, dalam tafsir klasik atau modern, ketiga kategori wahyu itu tidak dibedakan sehingga menempatkan wahyu ketiga kategori di atas menjadi satu otoritas, yaitu skema otoritas Tuhan. Arkoun melihat secara kritis otoritas dari masing-masing teks Al-Qur an itu. Sehingga masing-masing tidak dicampurkadukkan begitu saja. Dengan demikian, ia telah membongkar sesuatu di balik penyejarahan ketiga kategori otoritas tersebut. Hal ini menjadi teks Al- Qur an terbongkar dari selubung- 9

Edisi 029, Oktober 2011 selebung ideologis dan klaim kebenaran penafsiran yang sudah tidak relevan lagi. Signifikansi Hermeneutika Pembebasan Analisis yang dilakukan oleh Arkoun dan Rahman di atas memang harus diakui sebagai prestasi intelektual yang briliyan. Analisis tersebut telah mampu membongkar yang selama ini tidak tersentuh (unthoucable) oleh akal klasik maupun modern. Namun analisis Arkoun itu masih menyisakan problem yang belum terjawab, yaitu apakah analisis itu hanya sebagai kajian epistemologis yang tidak mempunyai implikasi praktis dan humanis? Padahal, umat Islam sekarang sedang mengalami kemunduran besar yang tidak cukup hanya bisa dipecahkan dengan teori minus aksi! D e m o c r a c y P e r p u s t a Al-Qur an sesungguhnya mempunyai visi transformatif dan liberatif untuk kemanusiaan. Ayat-ayat mengawali misi penurunan Al- 10

l Edisi 029, Oktober 2011 P r o j e c t k a a n D i t a i g Qur an dengan mengadakan revolusi teologis. Revolusi teologis ini mengartikulasikan substansinya melalui jargon Tauhid yang menegasikan seluruh sesembahan selain Allah. Tauhid ini juga menegaskan semangat egalitarianisme sebagai simbol perlawanan terhadap perbudakan dan kejahatan kemanusiaan yang terjadi di Makkah. Sedangkan ayatayat Madaniyah mengindikasikan semangat revolusi sosiologis terhadap tatanan dan struktur sosial kehidupan masyarakat dengan menjadikan keadilan dan kemakmuran sebagai doktrin sandaran. Dari periodesasi ayat-ayat Al-Qur an beserta implikasi revolusinya, dapatlah dipahami bahwa semangat dan nilai Al-Qur an itu bergerak. Ia tidak hanya berhenti dan memperkaya horizon pengalaman beragama individual, tetapi juga berlanjut implikasinya pada dimensi sosial. Dengan kata lain, ia berdampak meningkatkan kualitas 11

Edisi 029, Oktober 2011 penghayatan individu terhadap universalitas nilai-nilai kemanusiaan. Bahkan, dengan merekontruksi sejarah Kenabian dan mecermati ulang Al-Qur an, Asghar Ali Engineer berkesimpulan bahwa Islam yang bertumpu pada Al-Qur an mempunyai perhatian sentral pada keadilan sosial untuk membebaskan kaum lemah dan tertindas serta menciptakan masyarakat egalitarian. Menurutnya, wahyu secara esensial bersifat religius, namun tetap menaruh perhatian pada situasi yang serta memiliki kesadaran sejarah. (Islam dan Pembebasan, 1993) Hal terbukti dari ayat-ayat pertama yang turun kepada Nabi, mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap situasi sosial yang terjadi di Mekkah. Fakta bahwa Islam yang bertumpu pada Al-Qur an lebih dari sekedar agama formal, tetapi juga risalah yang agung bagi transformasi sosial dan tantangan bagi kepentingan-kepentingan pribadi, dibuktikan oleh penekanannyan pada shalat dan zakat. Dalam D e m o c r a c y P e r p u s t a 12

l Edisi 029, Oktober 2011 kebanyakan ayat Al-Qur an, shalat tidak pernah disebut tanpa diiringi oleh zakat. Zakat bertujuan untuk distribusi kekayaan bagi fakir miskin, untuk membebaskan budakbudak, membayar hutang bagi para penghutang, dan membantu problem- problem agama lainnya. P r o j e c t k a a n D i t a i g Oleh karena itu, hermeneutika yang merupakan metode penafsiran yang memadai pada saat sekarang, perlu memberikan tujuan penafsiran yang tegas dan jelas. Tugas hermeneutika Al-Qur an yang mendesak pada saat sekarang adalah untuk pembebasan sosial kemanusiaan dari berbagai ekspoitasi yang merugikan. Eksploitasi itu bisa berbentuk ekonomi, politik, sosial, budaya, serta pengekangan keberagamaan. Maka ke depan, umat Islam Indonesia harus memelopori penafsiran Al-Qur an yang berimplikasi pada pembebasan sosial. Sudah waktunya para agamawan terjun untuk membebaskan penindasan, membela 13

Edisi 029, Oktober 2011 hak-hak wanita, dan berdiri pada garda terdepan menumbangkan segala ketidakadilan. Usaha yang dilakukan Farid Esack dalam menumbangkan rezim apartheid di Afrika Selatan, layak dipertimbangkan sebagai pemandu gerakan dan wacana keilmuan. Wallahu A lam. D e m o c r a c y 2011 ini diterbitkan oleh Democracy Project, Yayasan Abad Demokrasi. Untuk berlangganan, kunjungi www.abad-demokrasi.com Kode kolom: 029K-AFF001 P e r p u s t a 14