BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENGARUH HEAT TREATMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB II LANDASAN TEORI

Dimas Hardjo Subowo NRP

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

ARI BUDIANTO N I M : D

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

proses welding ( pengelasan )

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

TUGAS AKHIR ANALISIS KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA SS400 DENGAN VARIASI ARUS

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus oleh spesimen selama uji tarik dan dipisahkan oleh daerah penampang lintang yang asli. Kekuatan tarik disebut juga tegangan tarik maksimal bahan (Kenyon, 1984) (Joko Santoso, 2005). Las adalah salah satu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan mencairkannya melalui pemanasan (Widharto, 2001) (Joko Santoso, 2005). Pengelasan merupakan bidang yang sangat dibutuhkan oleh Dunia Industri utamanya untuk industri perkapalan dan rekayasa umum seperti gudang serta bidang-bidang lain yang berhubungan dengan penyambungan konstruksi dimana pengelasan merupakan faktor utamanya. Untuk mengimbangi kemajuan teknologi pengelasan maka perlu didukung pula oleh kesiapan Sumber Daya Manusianya, agar teknologi dapat berimbang dengan pelakunya yaitu sumber daya manusia. 1.2. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat memberi dampak yang baik serta manfaat yang besar bagi manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak dapat dipisahkan dari pengelasan karena mempunyai peranan penting dalam rekayasa konstruksi. Pembangunan konstruksi dengan menggunakan baja pada masa sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan khususnya bidang rancang bangun 1

karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan ketrampilan yang tinggi bagi pengelasannya agar diperloeh sambungan dengan kualitas baik. Penerapan teknologi las dalam konstruksi selalu melibatkan pihak klasifikasi, dimana semua hal yang berkaitan dengan gambar-gambar, ukuran las, material induk dan meterial pengisi serta juru las yang digunakan untuk pembangunan gudang diatur dalam peraturan Klasifikasi. Perusahaan pembangun konstruksi dan Klasifikasi yang ditunjuk dalam pengawasan pembangunan konstruksi bertanggung jawab pula terhadap seleksi juru las, latihan dan pengujian juru las yang akan melakukan pengelasan pada konstruksi. Pengujian terhadap juru las harus mengikuti standar yang diakui dan disepakati bersama. Pekerjaan pengelasan dalam pembangunan konstruksi berpengaruh terhadap perubahan ukuran dan bentuk dari bagian konstruksi yang terpasang, hal ini diakibatkan karena pengaruh perlakuan panas yang timbul karena kegiatan pengelasan yang kurang memperhatikan prosedur pengelasan. Karena masalah ini tidak mungkin dihindari, maka diperlukan perencanaan dan persiapan pengelasan yang tepat terhadap metode dan prosedur pengelasan serta penyiapan juru lasnya harus kompeten sehingga diharapkan pengaruh panas yang terjadi dapat diperkecil dan penyusutan melintang, memanjang, sudut dapat dihindari. Dalam pelaksanaan pengelasan peran pengawas yang handal dalam mengawasi persiapan awal sampai dengan hasil akhir dari kegiatan pengelasan. Persiapan awal 2

yang tidak tepat dan proses pengelasan yang salah akan menimbulkan kerusakan pada hasil sambungan las dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan pada material induk. Faktor yang mempengaruhi las adalah prosedur pengelasan yaitu perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan konstruksi las yang sesuai rencana dan spesifikasi dengan menentukan semua hal yang diperlukan dalam pelasksanaan tersebut. Faktor produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi : pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan elektroda, penggunaan jenis kampuh) (Wiryosumarto, 2000) (Joko Santoso, 2005). Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan, dan pematrian. Didalam penulisan ini penelitian menggunakan metode pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding). 1.3. Karakteristik High-Strength Low Alloy Steels (HSLA) Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat diatas maka baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu), nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenun (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium. High-strength Low alloy steels (HSLA) mempunyai kekuatan tarik 750 Mpa - 1500 Mpa. High-kekuatan rendah paduan (HSLA) baja, atau baja microalloyed, 3

dirancang untuk memberikan yang lebih baik sifat mekanik dan / atau resistensi yang lebih besar untuk korosi atmosfer daripada karbon konvensional baja dalam arti normal karena dirancang untuk memenuhi sifat mekanik yang spesifik bukan komposisi kimia. Pada baja HSLA memiliki kandungan karbon rendah (0,05-0,25 % C). Untuk menghasilkan sifat mampu bentuk yang memadai dan mampu las, dan mereka memiliki isi mangan sampai 2,0 %. Kecil jumlah kromium, nikel, molibdenum, tembaga, nitrogen, vanadium, niobium, titanium dan zirkonium digunakan dalam berbagai kombinasi. Klasifikasi HSLA: Pelapukan baja Ditujukan untuk memperlihatkan ketahanan terhadap korosi keunggulan atmosfer. Control-rolled steels Canai panas berdasarkan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya bergulir, yang dirancang untuk mengembangkan struktur austenit yang sangat dilakukan bahwa akan mengubah untuk struktur ferit yang sangat halus berbentuk equiaxed pendingin. Pearlite-reduced steels Diperkuat dengan sangat ferit-butiran halus dan pengerasan presipitasi, namun dengan kandungan karbon rendah dan karena itu sedikit atau tidak ada ferlit dalam mikro. 4

Baja Microalloyed Penambahan sangat kecil elemen seperti niobium, vanadium, dan / atau titanium untuk perbaikan ukuran butir dan / atau pengerasan presipitasi. Baja Acicular ferit Baja karbon sangat rendah dengan hardenability cukup untuk mengubah pendingin untuk struktur ferit acicular sangat halus kekuatan tinggi daripada struktur ferit biasa poligonal. Baja dual fase Mikro-struktur ferit mengandung martensit tinggi karbon di daerah merata kecil, menghasilkan produk dengan kekuatan luluh yang rendah dan tingkat tinggi pengerasan kerja, sehingga memberikan baja kekuatan tinggi sifat mampu membentuk keunggulan. 1.4. Karakteristik Baja Mutu Rendah Baja karbon rendah merupakan bukan baja yang keras karena kadar karbonnya tidak cukup untuk membentuk struktur martensite (Amanto, 1999:33) baja karbon rendah yaitu kurang dari 0,3 %. Baja paduan rendah mempunyai kekuatan tarik < 250 Mpa. Baja paduan rendah dapat didinginkan dalam air dan dipanasi kembali untuk memperoleh kekuatan leleh sebesar 550 sampai 760 Mpa. Kekuatan leleh biasanya dapat didefinisikan sebagai tegangan pada regangan tetap 0,2 %, karena baja ini menunjukkan titik leleh yang jelas. Baja 5

ini dapat dilas dengan prosedur yang sesuai dan biasanya tidak membutuhkan perlakuan panas setelah dilas. 1.5. Perumusan Masalah Di tugas akhir ini akan melakukan analisa kuat tarik pada las, diantaranya : a. Bagaimana karakteristik baja high-strength low alloy steels (HSLA) dengan baja mutu rendah terhadap gaya tarik pada pengelasan? 1.6. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perbedaan kekuatan tarik sambungan las antara baja highstrength low allloy steels (HSLA) dengan baja mutu rendah. 1.7. Batasan Masalah Pengelasan merupakan salah satu proses penyambungan logam. Kualitas dari hasil pengelasan dapat diketahui dengan cara memberikan gaya atau beban pada hasil las tersebut. Gaya atau beban yang diberikan dapat berupa pengujian tarik pada bahan tersebut. Dimana di dalam penulisan ini peneliti hanya meneliti kuat tarik las penyambungan baja. Metode pengelasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis metode SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Las SMAW adalah suatu proses pengelasan busur listrik yang mana penggabungan atau perpaduan logam yang dihasilkan oleh 6

panas dari busur listrik yang dikeluarkan diantara ujung elektroda terbungkus dan permukaan logam dasar yang dilas dengan menggunakan arus listrik sebagai sumber tenaga. Jenis arus listrik yang digunakan ada 2 yaitu arus searah (DC) dan arus bolakbalik (AC). Pengelasan dengan arus searah pemasangan kabel pada mesin las ada 2 macam yaitu polaritas lurus (DC-) dan polaritas terbalik (DC+). Pada polaritas terbalik (DC+) panas yang diberikan mesin las ½ untuk memanaskan benda dan 2/3 untuk memanaskan elektroda. Logam induk dalam pengelasan ini mengalami pencairan akibat pemanasan dari busur listrik yang timbul antara ujung elektroda dan permukaan benda kerja. Busur listrik dibangkitkan dari suatu mesin las. Elektroda yang digunakan berupa kawat yang dibungkus pelindung berupa fluks dengan ukuran diameter elektroda 3,2 mm. didalam penelitian ini penulis hanya menggunakan satu ukuran elektroda dalam pengelasan spesimen antara baja high-strength low alloy steels (HSLA) dan baja mutu rendah. Elektroda ini selama pengelasan akan mengalami pencairan bersama dengan logam induk dan membeku bersama menjadi bagian kampuh las. Proses pemindahan logam elektroda terjadi pada saat ujung elektroda mencair dan membentuk butir-butir yang terbawa arus busur listrik yang terjadi. Bila digunakan arus listrik besar maka butiran logam cair yang terbawa menjadi halus dan sebaliknya bila arus kecil maka butirannya menjadi besar. Pengelasan baja dengan menggunakan las SMAW DC polaritas terbalik besarnya arus bermacam-macam sesuai dengan jenis elektroda. Penyetelan arus 7

pengelasan akan berpengaruh pada panas yang ditimbulkan dalam pencairan logam dan penetrasi logam cairan tersebut. Arus yang tinggi akan mengakibatkan panas yang tinggi, penembusan atau penetrasi yang dalam dan kecepatan pencairan logam yang tinggi. Arus yang kecil mengalirkan panas yang rendah dan tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan logam. Penembusan, panas dan kecepatan pencairan logam akan berpengaruh pada kualitas hasil pengelasan. Temperatur yang digunakan dalam pengelasan gudang tersebut adalah 100 A. Profil yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk high-stregth low alloy steels (HSLA) dengan ukuran panjang 400 mm, lebar 40 mm dan tebal 12mm dan untuk profil baja mutu rendah dengan ukuran panjang 400 mm, lebar 40 mm dan tebal 12 mm. 1.8. Sistematika Pembahasan Penelitian ini akan dibahas dalam sebuah laporan dan diuraikan ke dalam babbab berikut : 1. Bab I Pendahuluan Bab ini akan membahas uraian umum, latar belakang, karakteristik High- Strength Low Alloy Steels (HSLA), perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis pembahasan. 8

2. Bab II Kerangka Teori Bab ini berisi tentang pengertian las dan metode pengelasan, jenis elektrtoda yang digunakan, besar arus listrik yang digunakan, ilmu-ilmu dasar yang diperlukan dalam bahasan kuat tarik las, hal-hal yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan analisa kuat tarik las, menjelaskan metode pengelasan, teori dasar mengenai analisa kuat tarik las. 3. Bab III Metodologi Penelitian Bab ini akan membicarakan reancangan penelitian, obyek penelitian, waktu dan tempat penelitian, dan metode analisa data. 4. Bab IV Analisa dan Pembahasan Bab ini menjelaskan langkah yang dilaksanakan, menganalisa metode pengelasan yang diperhitungkan pada kuat tarik las adalah analisa hubungan antara gaya tarik pada las. 5. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini menyimpulkan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan tugas akhir dan memberikan saran untuk perbaikan berikutnya. 9