BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KERANGKA TEORITIS. 1. Belajar dan Pembelajaran Matematika. memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto (2003:

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: LULUK RIF ATIN A54F100033

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari

PENERAPAN STRATEGI PEMECAHAN MASALAH WANKAT

BAB II LANDASAN TEORI

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

II. KAJIAN PUSTAKA. juga diharapkan ada perubahan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada baik potensi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model dimana para siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika SMP. Dalam proses pembelajaran harus bisa membangun respon peserta didik dalam

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Banyak pendapat yang menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah sepertì dalam teori belajar persepsi yang dikembangkan oleh Arthur Comb dalam Sutarto, dkk (1999:44) yang menyatakan bahwa belajar dipengaruhi oleh cara-cara individu dalam menerima dirinya sendiri dengan lingkungannya. Selain itu, pengertian belajar menurut Morris L. Bigge yang dikutip oleh Darsono, dkk (2003:3), bahwa pada dasarnya belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Menurut teori konstruktivisme, teori belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik belajar membangun sendiri pengetahuannya, dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang dipelajari (Sardiman, 2004:38). Dengan demikian, belajar dapat dikatakan sebagai proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Strategi belajar yang dikembangkan dari teori Piaget ialah menghadapkan anak dengan sifat pandangan yang tidak logis. Anak sulit mengerti sesuatu pandangan yang berbeda dengan pandangannya sendiri (anak itu berkembang dari alam pandangan yang egosentris ke alam

7 pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas yang dikehendaki oleh Piaget menekankan pada transmisi pengetahuan melalui metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan mendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator dan siswa belajar sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan bukánlah meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga meningkatkan kemungkinan bagi anak untuk menemukan dan menciptakan kreativitas sendiri. 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur (Lie, 2004). Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam suatu kelompok kecil dan dikehendaki untuk saling memberi penjelasan yang baik, menjadi pendengar yang baik, mengajukan pertanyaan yang benar. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok kecil. Pada dasarnya semua pendekatan dan strategi belajar yang memberdayakan siswa merupakan suatu pendekatan dan strategi yang dianjurkan diterapkan dalam kurikulum 2004. Tidak ada strategi dan pendekatan khusus yang dianjurkan, kecuali guru tidak menggunakan metode konvensional sebagai satu-satunya pilihan dalam metode pembelajaran. Menurut Nurhadi (2004:112) bahwa :

8 Dalam pendekatan konstruktif, atas dasar teori bahwa pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif dengan harapan siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep tersebut dengan temannya. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk mengembangkan interaksi yang saling asah, asih, dan asuh. Untuk menghindari ketersinggungan dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan hidup di masyarakat. Menurut Ibrahim (2004:6) pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. 2.3 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Devision (STAD) Metode pembelajaran STAD merupakan salah satu bentuk pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa saling membantu, memotivasi, serta menguasai keterampilan yang diberikan oleh guru.

9 STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Menurut Nurhadi (2004:116), bahwa : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas 4 sampai 5 orang anggota kelompok yang memiliki latar belakang kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, ras etnik, maupun kemampuan intelektual (tinggi, rendah, dan sedang). Tiap anggota tim menggunakan lembar kerja akademik dan kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota tim. Menurut Slavin (1995:78) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran dengan metode STAD adalah sebagai berikut : 1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 2. Guru menyajikan pelajaran. 3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok. Anggotanya yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. 4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu. 5. Memberi evaluasi. 6. Penghargaan dan kesimpulan. Kelebihan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah : 1. Meningkatkan harga diri tiap individu 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu yang besar 3. Kongflik antar pribadi berkurang 4. Sikap apatis berkurang 5. Pemahaman yang lebih mendalam 6. Retensi atau penyimpanan lebih lama

10 7. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi 8. Cooperative learning dapat mencegah keagresifan dalam sistem kompetisi dan keterasingan dalam sistem individu tanpa mengorbankan aspek kognitif 9. Meningkatkan kemajuan belajar (pencapaian akademik) 10. Meningkatkan kehadiran peserta didik dan sikap yang lebih positif 11. Menambah motivasi dan percaya diri 12. Menambah rasa senang berada di sekolah serta menyenangi teman-teman sekelasnya. Mudah diterapkan dan tidak mahal. Keterbatasan Model Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD) adalah : 1. Pendidik khawatir bahwa akan terjadi kekacauan di kelas. Kondisi seperti ini dapat diatasi dengan pendidik mengkondisikan kelas atau pembelajaran dilakukan di luar kelas seperti di laboratorium, perpustakaan, aula atau di tempat yang terbuka. 2. Banyak peserta didik tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain. Peserta didik yang tekun merasa harus bekerja melebihi teman yang lain dalam grup mereka, sedangkan peserta didik yang kurang mampu merasa minder ditempatkan dalam satu grup dengan peserta didik yang lebih pandai. HaI ini tidak perlu dikhawatirkan sebab dalam cooperative learning bukan kognitifnya saja yang dinilai tetapi dari segi afektif dan psikomotoriknya juga dinilai seperti kerjasama diantara anggota kelompok, keaktifan dalam kelompok serta sumbangan nilai yang diberikan kepada kelompok.

11 3. Perasaan was-was pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik atau keunikan pribadi mereka karena harus menyesuaikan diri dengan kelompok. Karakteristik pribadi tidak luntur hanya karena bekerjasama dengan orang lain, justru keunikan itu semakin kuat bila dibandingkan dengan orang lain. 4. Banyak peserta didik takut bahwa pekerjaan tidak akan terbagi rata atau secara adil, bahwa satu orang harus mengerjakan seluruh pekerjaan tersebut. Dalam cooperative learning pembagian tugas rata, setiap anggota kelompok harus dapat mempresentasikan apa yang telah didapat dalam kelompok sehinga ada pertanggungjawaban secara individu. Dari beberapa definisi tentang model pembelajaran kooperatif tipe STAD maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan Tim Siswa Kelompok Prestasi dengan pemberian tugas secara kelompok maupun individu dan dalam membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku dan lain-lain). 2.4 Aktivitas Belajar Menurut Slamento (2003), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting

12 dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2001:93). Dalam aktivitas belajar ada beberapa prinsip yang berorientasi pada pandangan ilmu jiwa, yaitu pandangan ilmu jiwa lama dan modern. Menurut pandangan ilmu jiwa lama, aktivitas didominasi oleh guru sedangkan menurut pandanan ilmu jiwa modern, aktivitas didominasi oleh siswa. Paul B. Diedrich (Oemar Hamalik, 2001) membuat suatu daftar kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut. a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan. b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. d. Wriring activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. e. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. h. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat.

13 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud aktivitas belajar adalah segala kegiatan untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan dan ketrampilan untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru yang melibatkan kerja pikiran dan badan terutama dalam hal kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa diharapkan siswa akan semakin memahami dan menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Untuk itu aktivitas siswa dalam pembelajaran perlu diperhatikan. Ada beberapa aspek dalam aktivitas siswa yang biasanya diamati menurut Paul D Dierich (Oemar Hamalik, 2001) antara lain aspek keaktifan dan kerjasama. Untuk aspek keaktifan antara lain : 1. Berani bertanya 2. Berani mengemukakan pendapat 3. Berani menjawab pertanyaan. Untuk aspek kerjasama, indikatomya antara lain adalah : 1. Bersedia membantu teman selama kegiatan pembelajaran 2. Menghargai pendapat dan penjelasan teman 3. Tidak mengganggu teman saat pembelajaran 4. Tanggung jawab terhadap tugas kelompok. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan

14 guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup. 2.5 Hasil Belajar Siswa Menurut Hamalik (1995:48) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam siatuasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang. Sedangkan menurut Sudjana Nana (1990:22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalamannya. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. 2.6 Pengertian Matematika Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya dalam jumlahnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Matematika merupakan pelajaran bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai tingkat perkembangan mental siswa ( H.W Fowlwer dalam Pandoyo 1997:1) Tujuan pembelajaran matematika di SD yaitu untuk menumbuhkan dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan seharihari membentuk sikap logis, kritis, cermat, dan disiplin serta dapat

15 mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di SLTP (Sukahar dkk,1995). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika akan bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian suatu rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, seyogyanya ditemukan kembali oleh siswa di bawah bimbingan guru. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. 2.7 Penilaian Penilaian yang dilakukan lebih berfokus pada penilaian berbasis kelas. Dalam merancang penilaian, termasuk memilih tehnik dan alat penilaian yang digunakan adalah penilaian tertulis, penilaian kinerja, dan penilaian karya atau portofolio. Standar kompetensi dirancang secara berdiversivikasi, untuk melayani semua kelompok siswa (normal, sedang, tinggi). Kelompok normal adalah kelompok yang memerlukan waktu belajar relatif lebih lama dari kelompok sedang, sehingga perlu diberikan pelayanan dalam bentuk menambah waktu belajar atau memberikan remediasi. Sedangkan kelompok tinggi adalah kelompok yang memiliki kecepatan belajar lebih cepat dari kelompok sedang, sehingga guru dapat memberikan pelayanan dalam bentuk akselerasi (percepatan) belajar atau memberikan materi pengayaan.

16 Beberapa aspek penilaian sebagai berikut : a. Ranahkognitif yaitu penilaian yang berpusat pada pengetahuan siswa. b. Ranah afektif yaitu penilaian terhadap sikap/perilaku siswa. c. Ranah psikomotorik yaitu penilaian terhadap keterampilan siswa dalam pembelajaran.