BAB III PENYAJIAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

REPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

Kecakapan Antar Personal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

ANALISIS SEMIOTIKA EKSPLOITASI ANAK DALAM SINETRON BUKU HARIAN BAIM SKRIPSI. Disusun Oleh JOHANES GINTING ( )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB IV ANALISIS DATA. dianalisis maka ada beberapa hal yang ditemukan yaitu : panca indra. Dalam iklan oreo versi oreo dan handphone ayah terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB I PENDAHULUAN. manusia di jaman dahulu. Mahabharata berasal dari kata maha yang berarti

Bab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) 35

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metode riset ini memiliki makna asal dari

TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film Tanda Tanya) NASKAH PUBLIKASI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN


BAB I PENDAHULUAN. Dalam komunikasi, manusia menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

Membongkar Makna Pesan Verbal Dalam Lagu Dangdut Kontemporer (Analisis Semiotika Dalam Lirik Lagu Hamil Duluan Yang Dipopulerkan oleh Tuty Wibowo)

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, media massa juga melakukan banyak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN. mengenai pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan

Pandawa Lima (2) Disaat hari penyamaran Pandawa Lima berakhir terjadilah penyerbuan Hastinapura dengan sekutu-kutunya ke Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang menjadi sasarannya. Dalam berkomunikasi, orang menyatakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. massa yang dibayar oleh perusahaan-perusahaan bisnis, organisasi non profit dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ibunya, dan sekaligus menjadi inti cerita dalam film dari Arab Saudi berjudul

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ASPEK OPTIMISME SEBAGAI REALISASI NILAI NASIONALISME (Analisis Semiotika Lirik Lagu Garuda di Dadaku)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

REPRESENTASI PENDIDIKAN KARAKTER NASIONALISME DAN. CERITA DARI TAPAL BATAS (Analisis Semiotik untuk Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan)

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah dikenal oleh seluruh dunia adalah seni wayang kulit purwa, dimana

KEKALAHAN KOALISI PARTAI POLITIK BESAR DALAM IKLAN ROKOK SURYA PRO MILD

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. materi yang akan dikaji menjadi linear (terarah) tidak melebar kepada hal-hal

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

BAB III METODE PENELITIAN

REPRESENTASI PESAN VERBAL KRITIK SOSIAL DALAM FILM KARTUN THE SPONGEBOB SQUAREPANTS MOVIE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifik. Paradigma ini meliputi asumsi asumsi tentang berbagai hal dari

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL PADA FILM FILOSOFI KOPI MIRWANDA PUTRI 1B ILMU KOMUNIKASI

Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No 6 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL DALAM FILM 12 MENIT UNTUK SELAMANYA. Tunggul 1

BAB I PENDAHULUAN. menyertakan emosinya saat melihat isi berita yang dimuat oleh surat kabar.

KONSTRUKSI PENDIDIKAN BHINNEKA TUNGGAL IKA PERSPEKTIF PKn (Studi Semiotik pada Film? Tanda Tanya)

Transkripsi:

BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subjek Penelitian 1. Deskripsi Sinetron Mahabharata Subjek yang dikaji adalah sinetron Mahabharata. Mahabharata adalah sebuah karya sastra kuno yang berasal dari India. Penulis Mahabharata adalah Begawan Byasa atau Vyas. Mahabharata menceritakan kisah konflik para pandawa lima dengan saudara mereka sendiri sang seratus korawa, mengenai sengketa hak pemerintahan atas tanah negara Astina. Puncaknya adalah perang Bharatayuddha di medan kurusetra dan pertempuran berlangsung selama delapan belas hari. Tokoh Mahabharata pun sama dengan tokoh pewayangan di Indonesia. Mulai dari pandawa lima, Arjuna, Kresna, Abimanyu, Gatotkaca, Dewikunti, dan sebagainya. Jadi kalau kita nonton Mahabharata itu sama saja dengan belajar tokoh pewayangan. Mahabharata pernah dikeluarkan dua kali serial televisi. Pertama yaitu tahun 1988-1990. Lalu yang terakhir serial televisi yang keluar pada tahun 2013. Namun sekarang serial televisi Mahabharata sudah berakhir pada tahun 2015. Berakhirnya sinetron Mahabharata, sekarang banyak bermunculan sinetron India lainnya. Misalnya Uttaran, dan Mohabaten. 43

44 a. Tim Produksi Sinetron Mahabharata Judul Sutradara Asisten sutradara Penulis naskah Produser : Mahabharata : Amaan Khan : Pranveer Singh : Amjad Sheikh : Dhaval Gada Jayantilal Gada Kushal Gada Musik : Rajendra Shiv Rilis pertama : pada tahun 1988 Durasi : ± 60 menit perepisode 32 b. Tokoh dan Peran Sinetron Mahabharata Gambar 2.1 Arjuna nama aslinya adalah Sheikh Syaiful Maulidy 32 http://www.imdb.com/title/tt3415692/fullcredits/ akses tanggal 12 Oktober 2016/11:51.

45 Gambar 2.2 Bima nama aslinya adalah Saurav Gurjar Gambar 2.3 Dewi Rukmini nama aslinya adalah Pallavi Subhash Gambar 2.4 Lord Krishna nama aslinya adalah Saurabh Raj Jain

46 Gambar 2.5 Yudistira nama aslinya adalah Rohit Bharadwaj Gambar 2.6 Karna nama aslinya adalah Aham Sharma Gambar 2.7 Sadewa nama aslinya adalah Lavanya Bhardwaj

47 Gambar 2.8 Kunti nama aslinya adalah Shafaq Naaz Gambar 2.9 Nakula nama aslinya adalah Vin Rana Gambar 2.10 Draupadi nama aslinya adalah Pooja Sharma Gambar 2.11 Duryudana nama aslinya adalah Arpit Ranka

48 Gambar 2.12 Dhrishtadyumna nama aslinya adalah Karan Suchak Gambar 2.13 Bisma nama aslinya adalah Arav Chowdhary Gambar 2.14 Raja Dretarasta nama aslinya adalah Anoop Singh Thakur

49 Gambar 2.15 Sangkuni nama aslinya adalah Praneet Bhatt Nama pemeran lainnya beserta nama aslinya Vrishali nama aslinya adalah Nazea Hasan Sayed Aswatama nama aslinya adalah Ankit Mohan Drona nama aslinya adalah Nissar Khan Vikarna nama aslinya adalah Sandeep Arora Lord By Vyas nama aslinya adalah Atul Mishra Kripacharya nama aslinya adalah Hermant Choudhary Amba nama aslinya adalah Rotan Rajput Satanika nama aslinya adalah Jay Joshi Pandu nama aslinya adalah Aruna Rana Subadra nama aslinya adalah Vibha Anand Abimanyu nama aslinya adalah Paras Arora Satyawati nama aslinya adalah Sayantani Ghosh Uttara nama aslinya adalah Richa Mukherjee Grace Slat nama aslinya adalah Tanti Widura nama aslinya adalah Naveen Jingar Dushala nama aslinya adalah Garima Jain

50 Raja Drupada nama aslinya adalah Sudesh Berry Krepi nama aslinya adalah Chandani Sharma Yuyutsu nama aslinya adalah Sabar Kasyapa Dewi Gangga nama aslinya adalah Vivina Singh Ambalika nama aslinya adalah Mansi Sharma Sanjaya nama aslinya adalah Ajay Mishra Baladewa nama aslinya adalah Tarun Khanna Siwa nama aslinya adalah Mohit Raina Ghatotkacha nama aslinya adalah Ketan Karande Yudistira nama aslinya adalah Rohit Shetty Duryudana nama aslinya adalah Alam Khan Dursasana nama aslinya adalah Raj Shah 33. 2. Sinopsis Sinetron Mahabharata episode 51 Sinetron Mahabharata pada episode 51 ini menceritakan tentang Arjuna yang melesatkan anak panahnya ke arah Duryudana yang dapat berubah menjadi es. Anak panah pertama membekukan kakinya Duryudana tetapi es masih bisa dipecahkan oleh gada Duryudana. Anak panah yang kedua membekukan batang tubuh (dada, perut dan pinggang). Anak panah yang ketiga membekukan kepala Duryudana. Dan anak panah yang terakhir adalah paku-paku es untuk memfiksasi es batu besar yang melingkupi tubuh Duryudana. Saat itu guru 33 http://gambaru.me/foto-pemain-mahabharata-semua-tokoh-dan-nama-asli/ akses tanggal 12 Oktober 2016/12:45.

51 Drona menyatakan di muka umum bahwa Arjuna tidak hanya pemanah terbaik di antara murid-muridnya tetapi juga pemanah terbaik diseluruh dunia. Setelah itu guru Drona meminta Arjuna untuk membebaskan Duryudana dari kebekuan. Namun ternyata ada pemuda lain yang bisa membebaskan kebekuan tubuh Duryudana dari menara tinggi. Pemuda itu terjun dari menara dan mendarat sempurna di arena. Radha dan Adhirata sangat mengenal pemuda itu. Karena pemuda itu adalah anak angkatnya, Karna. Karna berkata pada guru Drona: selama ini hanya pertarungan antara pangeran kuru, aku tetap diam. Tetapi begitu kau berkata Arjuna adalah pemanah terbaik di dunia, maka aku tidak tinggal diam karena aku bagian dari dunia ini juga. Kini martabat semua pemanah yang ada di dunia ini ada di pundakku. Vidura panik karena takut kalau Arjuna kalah dari rakyat biasa. Di lain pihak Dretarasta senang ketika Sanjaya memberitahu ada pemuda biasa yang menantang Arjuna. Guru Kripa meminta Karna memperkenalkan diri. Karna kembali protes, mengapa harus menanyakan identitas, bukan melihat kemampuannya saja? Namun tetap saja setelah itu Karna memperkenalkan diri sebagai putra Adhirata dan Radha. Bima langsung mengusir Karna yang kemudian diikuti oleh pengusiran semua orang di arena. (padahal para penonton rakyat kasta rendah juga) Karna sedih atas hinaan yang

52 diterimanya di depan umum. Adhirata meminta maaf pada keluarga kerajaan dan mengajak Karna pergi. Kemudian Karna pergi dengan berat hati karena ingin membuktikan kemampuannya. Duryudana tidak tega atas penghinaan itu sehingga dia mengangkat karna menjadi raja. B. Pesan Moral Pada Sinetron Mahabharata Episode 51 Setelah panjang lebar menjelaskan objek penelitian yang akan menjadi fokus penelitian peneliti, maka disini peneliti akan memapaparkan suatu data yang nantinya akan menjadi dasar analisis peneliti untuk memudahkan tahapan selanjutnya. Terdapat beberapa scene yang akan di analisis dalam sinetron Mahabharata episode 51 dengan konsep pemikiran Roland Barthes. Lewat model ini Barthes menjelaskan bahwa signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier (ekspresi) dan signified (content) didalam sebuah tanda terhadap realitas external. Itu yang disebut Barthes sebagai denotasi yaitu makna paling nyata dari tanda (sign). Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikasi tahap kedua. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilainilai dari kebudayaannya. Konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif. Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang

53 digambarkan tanda terhadap sebuah objek, sedangkan makna konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya 34. Pada dasarnya, ada perbedaan antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan konotasi yang dimengerti oleh Barthes. Dalam pengertian umum, denotasi biasanya dimengerti sebagai makna harfiah, makna yang sesungguhnya bahkan kadang kala juga dirancukan dengan referensi atau acuan. Proses signifikasi yang secara tradisional disebut sebagai denotasi ini biasanya mengacu kepada penggunaan bahasa dengan arti yang sesuai dengan apa yang terucap. Akan tetapi didalam semiologi Roland Barthes, denotasi merupakan system signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis 35. Menurut Barthes penanda (signifier) adalah teks, sedangkan petanda (signified) merupakan konteks tanda (sign). Dalam menelaah tanda, dapat dibedakan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, tanda dapat dilihat latar belakangnya pada (1) penanda dan (2) petandanya. Tahap ini lebih melihat tanda secara denotatif. Tahap denotasi ini baru masuk ke tahap kedua, yakni menelaah tanda secara konotatif, pada tahap ini konteks budaya, misalnya sudah ikut berperan dalam penelaahan tersebut. Menariknya yang berkenaan dengan semiotika Roland Barthes adalah digunakannya istilah mitos (myth), yakni rujukan bersifat kultural (bersumber dari budaya yang ada) yang digunakan untuk menjelaskan 34 Indawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), hal.21-22. 35 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal.70

54 gejala atau realitas yang ditunjuk dengan lambang-lambang penjelasan mana yang notabene adalah makna konotatif dari lambang-lambang yang ada dengan mengacu pada sejarah. Dengan kata lain, mitos berfungsi sebagai deformasi dari lambang yang kemudian menghadirkan maknamakna tertentu dengan berpijak pada nilai-nilai sejarah dan budaya masyarakat. Bagi Barthes, teks merupakan konstruksi lambang-lambang atau pesan yang pemaknaannya tidak cukup hanya dengan mengaitkan signifier dengan signified semata, namun juga harus dilakukan dengan memerhatikan susunan dan isi dari lambang 36. 1. Simbol-Simbol Pesan moral (etika komunikasi) yang ada dalam sinetron Mahabharata episode 51 Tabel 3.1 Visual Audio Sanjaya : Arjuna sudah mengambil panahnya. Raja Dretarasta : Oh sanjaya, aku sudah mengetahui akibat perang ini. Jika kamu ingin pergi, maka Gambar 3.1 kamu boleh pergi. 36 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), hal.164

55 Dari data diatas terlihat, ketika Sanjaya berbicara kepada sang Raja, Sanjaya selalu mengangkat tangannya. Mengangkat tangan merupakan simbol penghormatan kepada sang Raja. Tabel 3.2 Visual Audio Raja Dretarasta : Ceritakan bagaimana keadaan putraku untuk tetap mempertahankan hidup mereka. Apakah perang sudah mulai sanjaya? Gambar 3.2 Sanjaya : Benar yang mulia. Putramu bersemangat karena tidak tahu akibat dari perang itu. Dari data diatas terlihat, meskipun sang Raja buta tetapi Sanjaya tetap menceritakan apa yang sedang terjadi sebenarnya. Tidak ada yang ditutupi Sanjaya ketika ia berbicara kepada Raja. Perkataan yang apa adanya dari Sanjaya itulah merupakan simbol kejujuran.

56 Tabel 3.3 Visual Audio Duryudana : Kakek, berapa lama kita menununggu terjadinya perang? Aku sudah bosan. Bhisma : Sampai aku membunyikan sangkakala Gambar 3.3 Duryudana. Duryudana : Kalau begitu siapa yang kau tunggu? Dari data diatas terlihat, bahwasannya kakek Bhisma membalas pertanyaan Duryudana dengan kata-kata yang singkat tetapi jelas. Penggunaan kata-kata yang singkat dan jelas itulah merupakan simbol dari komunikasi yang efektif. Tabel 3.4 Visual Audio Yudistira : Hormatku kakek. Aku datang untuk memohon restu. Bhisma : Aku restui. Semoga kalian menang. Seandainya kau tidak datang untuk minta restu, Gambar 3.4 aku akan mengutukmu.

57 Dari data diatas terlihat, ketika Yudistira berbicara kepada kakek Bhisma, ia menggunakan bahasa yang tidak berbelit-belit. Ia membicarakan langsung ke pokok permasalahan. Jadi penggunaan bahasa Yudistira inilah merupakan simbol dari bahasa yang mudah dipahami. Tabel 3.5 Visual Audio Dewi Rukmini : Selamat Maharani, selamat. Draupadi : Maharani? Panggil saja aku Draupadi. Gambar 3.5 Dari data diatas diperoleh simbol dari komunikasi yang lemah lembut. Itu terlihat dari komunikasi yang dilakukan oleh Dewi Rukmini dan Draupadi. Tidak ada nada atau intonasi tinggi yang keluar dari mulut mereka.

58 2. Makna Pesan moral (etika komunikasi) yang ada dalam sinetron Mahabharata episode 51 Tabel 3.6 Signifier ( penanda) Signified (petanda) Sanjaya : Arjuna sudah mengambil panahnya. Raja Dretarasta : Oh sanjaya, aku sudah mengetahui akibat perang ini. Jika kamu ingin Gambar 3.6 scene 1 01:51 pergi, maka kamu boleh pergi. Sanjaya : jika ini ada titah yang mulia, sudah seharusnya aku taati. Tetapi aku tak ingin meninggalkan yang mulia. Denotative sign (tanda denotatif) Sanjaya berbincang-bincang dengan Raja Dretarasta mengenai perang di kerajaan Hastinapura. Ketika Sanjaya bicara, dia tidak lupa untuk mengangkat tangannya. Connotative signifier (penanda konotatif) Sanjaya ketika berbicara dengan Connotative signified (petanda konotatif) Mengangkat tangan ketika

59 Raja Dretarasta, ia selalu berbicara dengan Raja, mengangkat tangannya. merupakan penghormatan. simbol Connotative sign (tanda konotatif) Penghormatan Deskripsi : Data diatas memiliki makna terkait dengan pesan moral (etika komunikasi) yang ada dalam sinetron Mahabharata.Yang terdiri atas penanda, petanda, tanda denotatif, penanda konotatif, petanda konotatif, dan tanda konotatif. Penanda yang dimaksud disini adalah Sanjaya yang berbincangbincang dengan Raja Dretarasta mengenai perang dikerajaan Hastinapura. Tanda denotatif yang muncul adalah ketika Sanjaya berbicara kepada Raja Dretarasta, ia tidak lupa untuk mengangkat tangannya. Data diatas juga menunjukkan tanda konotatif terdiri dari penanda konotatif dan petanda konotatif. Penanda konotatif yang dimaksud disini adalah ketika sanjaya berbicara dengan Raja Dretarasta, Sanjaya selalu mengangkat tangannya, sedangkan petanda konotatif adalah mengangkat tangan ketika berbicara dengan Raja merupakan simbol penghormatan. Sehingga tanda konotasi yang muncul adalah penghormatan.

60 Tabel 3.7 Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Raja Dretarasta : Ceritakan bagaimana keadaan putraku untuk tetap mempertahankan hidup mereka. Apakah perang sudah mulai sanjaya? Sanjaya : Benar yang mulia. Gambar 3.7 scene 2 02:58 Putramu bersemangat karena tidak tahu akibat dari perang itu. Raja Drestarasta : Tidak Sanjaya. Dia satria, dia tidak memperdulikan akibat perang itu. Denotative sign (tanda denotatif) Sanjaya bercerita kepada Raja Dretarasta mengenai perang yang terjadi di kerajaan Hastinapura. Antara Duryudana dan Arjuna. Connotative signifier (penanda konotatif) Tidak ada yang ditutupi oleh Connotative signified (petanda konotatif) Meskipun Raja Drestarasta

61 Sanjaya, ketika bercerita kepada Raja Dretarasta mengenai perang di Hastinapura. buta, tetapi Sanjaya tetap menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa ada yang ditutupi dari Raja Dretarasta. Connotative sign (tanda konotatif) Kejujuran Deskripsi : Dari scene diatas terdapat penanda, petanda, tanda denotatif, penanda konotatif, petanda konotatif, dan tanda konotatif.penanda yang dimaksud adalah Raja Dretarasta yang menanyakan keadaan putranya kepada Sanjaya saat dimedan perang. Tanda denotatif yang muncul adalah perbincangan antara Raja Dretarasta dengan Sanjaya mengenai perang yang di ikuti oleh putranya. Dari data diatas juga terdapat penanda konotatif dan petanda konotatif. Penanda konotatifnya adalah ketika Sanjaya bercerita kepada Raja Dretarasta, dia bercerita apa adanya tanpa ada yang ditutupi, sedangkan petanda konotatifnya adalah walaupun sang Raja buta, tetapi Sanjaya menceritakan peperangan itu dengan jujur, tanpa sekali berbohong. Sehingga tanda konotasi yang muncul adalah kejujuran

62 Tabel 3.8 Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Duryudana : Kakek, berapa lama kita menununggu terjadinya perang? Aku sudah bosan. Bhisma : Sampai aku membunyikan sangkakala Gambar 3.8 scene 3 06:01 Duryudana. Duryudana : Kalau begitu siapa yang kau tunggu? Bhisma : Jika kedua pasukan sudah siap berperang di medan perang. Denotative sign (tanda denotatif) Seorang Duryudana yang tidak sabar untuk berperang, sampai berbicara dengan kasar kepada kakek Bhisma. Connotative signifier (penanda konotatif) Ketidak sopanan Duryudana berbicara kepada kakek Bhisma. Karena bahasa Duryudana yang Connotative signified (petanda konotatif) Meskipun Duryudana berbicara kasar, tetapi kakek Bhisma membalasnya dengan

63 sangat kasar. sopan. Supaya Duryudana bisa menjadi orang yang lebih baik lagi. Connotative sign (tanda konotatif) Komunikasi yang efektif Deskripsi : Dari scene diatas terlihat bahwa Duryudana dengan ketidaksabarannya untuk segera berperang. Tetapi kakek Bhisma menahannya. Duryudana terus bertanya-tanya kepada kakek Bhisma, kenapa perang tidak segera dimulai kek(dengan nada yang kasar)? Kakek Bhisma pun menjawabnya dengan sopan dan nada yang lembut. Nunggu sampai aku meniup sangkakala, dan menunggu kedua pasukan sudah siap berperang di medan perang. Komunikasi yang di sampaikan kakek Bhisma ini lah yang dinamakan komunikasi yang efektif. Karena menggunakan bahasa yang membekas atau mengesankan pada hati Duryudana untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Sehingga tanda kononatifnya adalah komunikasi yang efektif. Tabel 3.9 Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

64 Anakku, jika hembusan angin bisa membawa sepatah kata saja dari perbincangan mereka itu, akan ku berikan semua akibat terbaik dari Gambar 3.9 scene 4 07:08 semua kebaikanku Denotative sign (tanda denotatif) Kakek Bhisma yang berbicara kepada Duryudana mengenai perbincangan antara Arjuna dan Krisna. Connotative signifier (penanda konotatif) Cara berbicara kakek Bhisma kepada Duryudana yang menggunakan tutur kata yang baik. Connotative signified (petanda konotatif) Meskipun Duryudana berbicara kasar, tetapi kakek Bhisma membalasnya dengan sopan. Kakek Bhisma tidak sedikitpun marah kepada Duryudana. Connotative sign (tanda konotatif) Tidak mudah emosi

65 Deskripsi : Dari scene diatas terlihat, kalau kakek Bhisma sabar dalam menghadapi Duryudana. Meskipun Duryudana berkata yang tidak sopan dan membentak kakek Bhisma, kakek Bhisma membalasnya dengan kata yang lembut. Tabel 3.10 Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Yudistira : Hormatku kakek. Aku datang untuk memohon restu. Bhisma : Aku restui. Semoga kalian menang. Seandainya Gambar 3.10 scene 5 13:18 kau tidak datang untuk minta restu, aku akan mengutukmu. Yudistira : Tanpa restu, aku tidak dapat berperang kakek. Denotative sign (tanda denotatif) Seorang Yudistira yang meminta restu kepada kakek Bhisma sebelum berperang melawan kakeknya sendiri. Bahasa yang digunakan Yudistira mudah untuk dipahami sehingga membuat kakek Bhisma paham akan maksut Yudistira. Connotative signifier Connotative signified (petanda konotatif)

66 (penanda konotatif) Sebelum berperang melawan kakek Bhisma, kakeknya sendiri, Yudistira meminta restu kepadanya. Bahasa yang digunakan Yudistira saat meminta restu kepada Bhisma mudah dipahami. Connotative sign (tanda konotatif) Bahasa yang mudah dipahami Deskripsi : Dari scene diatas terlihat, Sebelum berperang melawan kakeknya sendiri, kakek Bhisma, Yudistira meminta restu terlebih dahulu kepadanya. Meskipun Bhisma adalah lawannya saat dimedan perang, tetapi Yudistira masih menghormatinya sebagai kakeknya. Ketika Yudistira meminta restu kepada Bhisma, Yudistira menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga Bhisma paham akan maksut yang disampaikan oleh Yudistira. Dan Yudistira tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan apa maksut kedatangannya ke Bhisma. Sehingga tanda konotatif yang muncul adalah bahasa yang mudah dicerna atau dipahami. Tabel 3.11 Signifier (Penanda) Signified (Petanda)

67 Maha Guru : Putra Kunthi, jika perang dimulai, jangan anggap aku sebagai gurumu. Karena bukan guru dari muridnya melainkan perang Gambar 3.11 scene 6 16 : 22 antara dua orang lawan. Yudistira : Hormatku Maha guru. Denotative sign (tanda denotatif) Seorang Arjuna yang meminta restu kepada Maha guru sebelum melakukan peperangan. Connotative signifier (penanda konotatif) Sebelum berperang melawan Yudistira meminta restu kepada guru memanahnya. Connotative signified (petanda konotatif) Ketika berbicara kepada gurunya, Yudistira bertingkah laku dengan sopan. Connotative sign (tanda konotatif) Bertingkah laku baik Deskripsi : Dari scene diatas terlihat, bahwa Yudistira sangat menghormati gurunya. Walaupun sang guru akan menjadi lawan dimedan

68 perang. Yudistira bertingkah laku baik kepada gurunya, ia pun sopan. Tabel 3.12 Signifier (Penanda) Signified (Petanda) Dewi Rukmini : Selamat Maharani, selamat. Draupadi : Maharani? Panggil saja aku Draupadi. Dewi Rukmini : Tidak Gambar 3.12 scene 7 49:34 Maharani. Aku merasa bersalah memandangmu sebagai selandri. Darupadi : Itu bukan kesalahan tapi itu kenyataan. Denotative sign (tanda denotatif) Perbincangan antara Dewi Rukmini dan Draupadi mengenai perang yang sedang berlangsung. Keduanya berbicara dengan lembut sekali tanpa ada nada kata yang keras. Sehingga tercipta suasana yang nyaman dan damai. Connotative signifier (penanda konotatif) Connotative signified (petanda konotatif)

69 Dewi Rukmini yang memberi selamat kepada Draupadi, karena Abimanyu berhasil melucuti senjata perang milik Bhisma putra Perbincangan keduanya sangat lembut sekali. Tanpa ada nada kata yang keras, yang keluar dari mulut mereka. Gangga. Connotative sign (tanda konotatif) Komunikasi yang lemah lembut Deskripsi : Dari scene diatas diperoleh, perbincangan antara Dewi Rukmini dan Draupadi berjalan dengan lembut. Itu dikarenakan tidak ada nada yang kasar atau tinggi yang keluar dari mulut keduanya. Sehingga perbincangan mereka pun menciptakan suasana yang damai dan nyaman. Jadi tanda konotatifnya adalah komunikasi yang lemah lembut akan menciptakan suasana yang damai dan nyaman.