BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di DIY pada tahun Peneliti ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam struktur dan corak kegiatan ekonomi. 1. perkembangan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemanfaatan DATA Statistik Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama di negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan adalah

Katalog BPS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh bangsa tersebut. Hal ini di Indonesia yang salah satunya

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

Pendekatan produksi: nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan dalam suatu. Distribusi Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai khalifah Allah di dunia. Manusia dalam menjalankan kehidupan

PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hasil pekerjaan membangun, sedangkan ekonomi adalah suatu ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

kesenjangan antara pertumbuhan jumlah angkatan kerja disatu pihak dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemiskinan a. Pengertian Kemiskinan Definisi tentang kemiskinan telah mengalami perluasan, seiring dengan semakin kompleksnya faktor penyebab, indikator maupun permasalahan lain yang melingkupinya. Kemiskinan tidak lagi hanya dianggap sebagai dimensi ekonomi melainkan telah meluas hingga ke dimensi sosial, kesehatan, pendidikan dan politik. Menurut Kuncoro (2010) garis kemiskinan adalah semua ukuran kemiskinan yang dipertimbangkan berdasarkan normanorma tertentu. Pilihan norma tersebut sangat penting terutama dalam hal pengukuran kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi. Garis kemiskinan yang didasarkan pada konsumsi terdiri atas dua elemen yaitu : (1) pengeluaran yang diperlukan untuk memenuhi standar gizi minimum dan kebutuhan mendasar lainnya dan (2) jumlah kebutuhan lain yang sangat bervariasi, yang mencerminkan biaya partisipasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. 12

Hall dan Midgley (2004), menyatakan bahwa kemiskinan dapat didefinisikan sebagai kondisi deprivasi materi dan sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak, atau kondisi di mana individu mengalami deprivasi relative dibandingkan dengan individu yang lainnya dalam masyarakat. Sedangkan menurut Jhingan (2000), mengemukakan tiga ciri utama negara berkembang yang menjadi penyebab dan sekaligus akibat yang saling terkait pada kemiskinan. Pertama, prasarana dan sarana pendidikan yang tidak memadai sehingga menyebabkan tingginya jumlah penduduk buta huruf dan tidak memiliki ketrampilan ataupun keahlian. Ciri kedua, sarana kesehatan dan pola konsumsi buruk sehingga hanya sebagian kecil penduduk yang bias menjadi tenaga kerja produktif dan yang ketiga adalah penduduk terkonsentrasi di sector pertanian dan pertambangan dengan metode produksi yang telah using dan ketinggalan zaman. Suryawati (2005) berpendapat bahwa hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti tingkat kesehatan dan pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan terhadap ancaman tindak kriminal, ketidak berdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya kemiskinan sendiri yang mencakup karakteristik 13

psikologis sosial dan ekonomi. Kaum liberal memandang bahwa manusia sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah semacam realistic and situtional adaptation pada lingkungan yang penuh diskriminasi dan peluang yang sempit. Kaum radikal mengabaikan kebudayaan kemiskinan, mereka menekankan peranan struktur ekonomi, politik dan social serta memandang bahwa manusia adalah makhluk yang kooperatif, produktif dan kreatif (Lewis, 1983). Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara pemahaman, utamanya mencakup : 1) Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar. 2) Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan social, ketergantungan dan ketidakmampuan untk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan social biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. 3) Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna-makna memadai disini sangat berbeda- 14

beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. b. Bentuk dan Jenis Kemiskinan Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional, kemiskinan memiliki empat bentuk. Adapun keempat bentuk kemiskinan tersebut adalah (Suryawati, 2004) : 1) Kemiskinan absolut Kemiskinan absolut adalah suatu kondisi dimana seseorang memiiki pendapatan di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang dibutuhkan untuk bias hidup dan bekerja. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bentuk kemiskinan absolut ini paling banyak di[akai sebagai konsep untuk menentukan atau mendefinisikan criteria seseorang atau sekelompok orang yang disebut miskin. 2) Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif diartikan sebagai bentuk kemiskinan yang terjadi karena adanya pengaruh kebijakan pembangunan yang bbelum menjangkau ke seluruh lapisan masyarakat 15

sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pendapatan atau ketimpangan standar kesejahteraan. Daerah-daerah yang belum terjangkau oleh program-program pembangunan seperti ini umumnya dikenal dengan istilah daerah tertinggal. 3) Kemiskinan Kultural Kemiskinan kultural adalah bentuk kemiskinan yang terjadi sebagai akibat adanya sikap dan kebiasaan seseorang atau masyarakat yang umumnya berasal dari budaya atau adat istiadat yang relatif tidak mau untuk memperbaiki taraf hidup dengan tata cara modern. Kebiasaan seperti ini dapat berupa sikap malas, pemboros atau tidak pernah hemat, kuramg kreatif, dan relatif pula bergantung pada pihak lain. 4) Kemiskinan Struktural Kemiskinan struktural adalah bentuk kemiskinan yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang pada umumnya terjadi pada suatu tatanan sosial budaya ataupun sosial politik yang kurang mendukung adanya pembebasan kemiskinan. Bentuk kemiskinan seperti ini juga terkadang memiliki unsur disriminatif. c. Penyebab Kemiskinan Sharp, et.al (1996) mencoba mengidentifikasi penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi. Pertama secara mikro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumberdaya yang menimbulkan distribusi 16

pendapatan yang timpang. Penduduk miskin hanya memiliki sumberdaya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kedua, kemiskinan muncul akibat perbedaan dalam kualitas sumberdaya manusia. Kualitas sumberdaya manusia yang rendah berarti produktivitasnya rendah, yang pada gilirannya upahnya rendah. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia ini karena rendahnya pendidikan, nasib yang kurang beruntung, adanya diskriminasi, atau karena keturunan. Ketiga, kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal. Ketiga penyebab kemiskinan ini bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty). Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima. Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi. Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya. Logika berpikir ini dikemukakan oleh Nurkse (1953) yang mengatakan : a poor country is poor because it is poor (Negara miskin itu miskin karena dia miskin). 17

Tabel 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse Ketidaksempurnaan pasar, Keterbelakangan, Ketertinggalan Investasi Rendah Kekurangan Modal Produktivitas Rendah Tabungan Rendah Pendapatan Rendah Sumber : Nurkse (1953) Selama ini, banyak pendapat yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat berakibat buruk bagi orang-orang miskin karena mereka diabaikan dan tersisih oleh perubahan structural dari pertumbuhan modern. Selain itu, cukup banyak kerisauan di kalangan para pembuat kebijakan bahwa pengeluaran publik yang diperlukan untuk mengurangi kemiskinan akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Menurut Todaro (2011) terdapat lima alasan mengapa kebijakan yang berfokus pada upaya penurunan tingkat kemiskinan tidak selalu memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain adalah sebagai berikut : 1) Kemiskinan yang meluas akan menciptakan kondisi dimana kaum miskin tidak bias mendapatkan pinjaman, tidak mampu 18

membiayai pendidikan anak-anak mereka, dan memiliki banyak anak sebagai tempat bersandar di usia tua karena tidak adanya peluang untuk melakukan investasi keuangan atau moneter. Keseluruhan factor itu menyebabkan pertumbuhan per kapita tidak akan sebesar yang dimungkinkan jika distribusi pendapatan lebih merata. 2) Sangat banyak data empiris yang menunjukkan bahwa, tidak seperti pengalaman sejarah Negara-negara yang sekarang maju, orang-orang kaya di banyak Negara yang sekarang miskin umumnya tidak hemat atau kurang suka menabung dan menginvestasikan bagian substansial dari pendapatan mereka dalam perekonomian local. 3) Rendahnya pendapatan dan rendahnya standar hidup orang-orang miskin yang berakibat pada buruknya kesehatan, nutrisi, dan pendidikan dapat menurunkan produktivitas ekonomi mereka, sehingga secara langsung dan tidak langsung menimbulkan perekonomian yang tumbuh lambat. Oleh karena itu, strategi untuk meningkatkan pendapatan dan standar hidup orang-orang miskin tidak hanya akan berkontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan materi mereka tetapi juga terhadap produktivitas dan pendapatan perekonomian secara keseluruhan. 4) Meningkatkan tingkat pendapatan orang-orang miskin akan merangsang peningkatan permintaan akan produk local untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan pakaian 19

secara menyeluruh, sedangkan orang-orang kaya cenderung mengeluarkan bagian lebih banyak dari pendapatan tambahan mereka untuk membeli barang-barang mewah impor. Meningkatkan permintaan terhadap barang local akan memperbesar rangsangan produksi, kesempatan kerja, dam investasi local. Dengan demikian, permintaan seperti itu akan menciptakan kondisi pertumbuhan ekonomi yang cepat dan partisipasi asyarakat yang lebih luas dalam pertumbuhan itu. 5) Pengurangan kemiskinan massal dapat mendorong perluasan perekonomian yang sehat karena berfungsi sebagai insentif materi dan psikologis untuk memperluas partisipasi public dalam proses pembangunan. Sebaliknya, kesenjangan pendapatan yang lebar dan kemiskinan absolute yang substansial dapat menimbulkan insentif materi dan psikologis yang negative terhadap kemajuan ekonomi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa upaya mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan bukanlah tujuan yang saling bertentangan. d. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat sangat relevan sebagai paradigm kebijakan desentralisasi dalam penanganan masalah social termasuk masalah kemiskinan. Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan 20

internal melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan non material. Korten (dalam Hikmat, 2004) menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk melakukan perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat : 1) Memusatkan pemikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha-usaha rakyat untuk memenuhi kebutuhankebutuhan mereka sendiri, dan untuk memecahkan masalahmasalah mereka sendiri di tingkat ndividual, keluarga dan komunitas. 2) Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasiorganisasi yang berfungsi menurut kaidah-kaidah system organisasi. 3) Mengembangkan system-sistem produksi konsumsi yang diorganisasi secara territorial yang berlandaskan pada kaidahkaidah pemilikan dan pengendalian lokal. Kendati demikian, model pembangunan yang berpusat kepada rakyat lebih menekankan pada pemberdayaan (empowerment). Model ini memandang inisiatif-kreatif rakyat sebagai sumber daya pembangunan yang paling utama dan memandang kesejahteraan material spiritual rakyat sebagai tujuan yang harus dicapai oleh proses pembangunan. Kajian strategis pemberdayaan masyarakat, baik ekonomi, sosial, budaya maupun 21

politik menjadi penting sebagai reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat. Sedangkan menurut Hikmat (2004) bahwa proses pembangunan masyarakat hendaknya diasumsikan sebagai berikut : 1) Arah pertumbuhan masyarakat selalu bertumpu pada semakin membesarnya partisipatif dalam struktur social. 2) Terjadinya berbagai kondisi ketidakpuasan yang dirasakan oleh warga masyarakat dewasa ini harus dijadikan sebagai titik tolak bagi program pembangunan masyarakat. 3) Ketidakpuasan yang dirasakan dan dialami oleh warga masyarakat harus disalurkan ke dalam perencanaan dan tindakan pemecahan masalah bersama. 4) Pelaksanaan program-program pembangunan masyarakat harus mengikutsertakan pemimpin-pemimpin yang diidentifikasikan dan diterima oleh berbagai kelompok sosial utama dalam masyarakat. 5) Organisasi pelaksanaan program pembangunan masyarakat harus mengembangkan jalur komunikasi yang efektif efisien dalam berbagai kelompok sosial utama masyarakat, serta memperkuat kemampuan kelompok itu untuk saling bekerjasama melaksanakan prosedur kerja yang fleksibel, tanpa merusak pola pengambilan keputusan (decision making) secara teratur. 22

6) Penentuan program pembangunan masyarakat harus bertumpu pada keputusan bersama warga masyarakat itu sendiri, dengan memperhatikan kecepatan langkah masyarakat dan melibatkan warga masyarakat secara penuh dalam proses perencanaan pembangunan. e. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat (Sukirno, 1994). Sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dqiartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith (dalam Sukirno, 2000) adalah proses pertumbuhan yang akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Timbulnya peningkatan kinerja pada suatu sector akan meningkatkan daya tarik bagi pemupukan modal, mendorong kemajuan teknologi, meningkatkan spesialisasi dan memperluas pasar. Menurut pandangan ekonomi klasik mengemukakan bahwa pada dasarnya ada empat faktor yang mempengaruhi 23

pertumbuhan ekonomi, yaitu (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang dan modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam, (4) tingkat tekhnologi yang digunakan (Kuncoro, 2004). Menurut Todaro (2003), pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja Pertumbuhan penduduk sangat berkaitan dengan jumlah angkatan kerja yang bekerja yang notabenya merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan pertumbuhan penduduk ini dipengaruhi seberapa besar perekonomian dapat menyerap angkatan kerja yang bekerja produktif. 2) Akumulasi modal Akumulasi modal merupakan gabungan dari investasi baru yang di dalamnya mencakup lahan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia yang digabung dengan pendapatan sekarang untuk dipergunakan memperbesar output pada masa datang. 3) Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi menurut para ekonom merupakan faktor terpenting dalam terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena kemajuan teknologi memberikan dampak besar karena dapat memberikan cara-cara baru dan 24

menyempurnakan cara lama dalam melakukan suatu pekerjaan. Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua aspek yang tidak dapat dipisahkan. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB menurut harga konstan. Pertumbuhan ekonomi di daerah dapat dilihat menggunakan PDRB per kapita sehingga diketahui apakah kesejahteraan masyarakat sudah tercapai atau belum. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) a. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB dapat didefinisikan sebagai nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Susana, 2006). Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (2004) yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi). 1) Metode Langsung Perhitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dam pendekatan pengeluaran. 25

Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun akan memberikan hasil perhitungan yang sama (BPS, 2004). Perhitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut : a) Pendekatan Produksi Pendekatan ini menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah tersebut dikurangi biaya antar masing-masing total produksi bruto tiap kegiatan subsector atau sector dalam jangka waktu tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi dan nilai biaya antara bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dalam proses produksi Pendekatan produksi banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sector yang produksinya berbentuk fisik/barang. PDRB menurut pendekatan produksi terbagi atas 9 lapangan usaha (sektor) yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industry pengolahan; listrik, gas dan air minum, bangunan dan konstruksi, perdagangan, hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan lainnya, jasa-jasa. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan PDRB menurut pendekatan produksi (Suryana, 2000:10). 26

b) Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam suatu wilayah dalam jngka waktu tertentu (satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya (BPS, 2004). PDRB dengan pendekatan pendapatan dapat juga diartikan sebagai penjumlahan semua komponen permintaan akhir, antara lain : 1)) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung 2)) Konsumsi pemerintah 3)) Pembentukan modal tetap domestik bruto 4)) Perubahan stok 5)) Ekspor neto c) Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetapp domestic bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui 27

pendekatan ini dilakukan dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah domestik (BPD, 2004) 2) Metode Tidak Langsung Metode tidak langsung adalah menghitung PDRB Provinsi dengan cara mengalokir angka PDRB Indonesia untuk setiap provinsi dengan menggunakan alokator tertentu, alokator yang digunakan dapat berupa (1) nilai produk bruto atau neto setiap sektor, (2) jumlah produksi fisik, (3) tenaga keja, (4) penduduk dan alokator lainnya yang sesuai. Dengan menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa alokator tersebut dapat diperhitungkan presentase/bagian masing-masing provinsi untuk nilai tambah suatu sector atau sub sektor. Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut : a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumberdaya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya. b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan 28

Semua agregat pendapatan dinilai atas dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Secara konsep nilai atas dasar harga konstan dapat mencerminkan kuantum produksi pada tahun yang berjalan yang dinilai atas dasar harga pada tahun dasar. b. Hubungan PDRB terhadap Kemiskinan Menurut Kuznet (2001), pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi yang sangat kuat. Pada tahap awal dari proses pembangunan, tingkat kemiskinan cenderung meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir dari pembangunan jumlah orang miskin berangsur-angsur berkurang. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan merupakan syarat keharusan (necessary condition) bagi pengurangan tingkat kemiskinan. Adanya syarat kecukupannya dalah bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan ekonomi tidak semata-mata diukur 29

berdasarkan pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana distribusi pendapatan telah menyebar ke lapisana masyarakat serta siapa yang telah menikmati hasil-hasilnya. Sehingga menurunnya PDRB suatu daerah berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila tingkat pendapatan penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah barang yang berkurang (Sadono, 2000). Wongdesmiwati (2009) juga menyebutkan bahwa penurunan kemiskinan di Indonesia dapat dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil dan faktor-faktor pendukung lainnya, seperti investasi melalui penyerapan tenaga kerja yang dilakukan oleh swasta dan pemerintah, perkembangan teknologi yang semakin inovatif dan produktif, serta pertumbuhan penduduk melalui peningkatan modal manusia. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk membayar berbagai pungutan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini berarti juga semakin tinggi PDRB per kapita semakin sejahtera penduduk suatu wilayah. Dengan kata lain jumlah penduduk miskin akan berkurang. 30

3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) a. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan yang paling mendasar di masyarakat tersebut dapat teratasi. Permasalahan-permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta huruf, ketahanan pangan, dan penegakan demokrasi. Secara khusus, indeks pembangunan manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen, yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah yang mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; serta kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak (BPS, 2008). Menurut BPS (2006) sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk 31

mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka umur harapan hidup. Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indicator kemampuan daya beli. Perhitungan IPM sebagai indikator pembangunan manusia memiliki tujuan penting, diantaranya : 1) Membangun indikator yang mengukur dimensi dasar pembangunan manusia dan perluasan kebebasan memilih. 2) Memanfaatkan sejumlah indikator untuk menjaga ukuran tersebut sederhana. 3) Membentuk satu indeks komposit dari pada menggunakan sejumlah indeks dasar. 4) Menciptakan suatu ukuran yang mencakup aspek sosial dan ekonomi. Indeks tersebut merupakan indeks dasar yang tersusun dari dimensi berikut ini: 1) Umur panjang dan kehidupan yang sehat, dengan indicator angka harapan hidup; 2) Pengetahuan, yang diukur dengan angka melek huruf dan kombinasi dari angka partisipasi sekolah untuk tingkat dasar, menengah dan tinggi; 3) Standar hidup yang layak, dengan indicator PDRB per kapita dalam bentuk Purchasing Power Parity (PPP) 32

b. Hubungan IPM terhadap kemiskinan Teori pertumbuhan baru menekankan pentingnya peranan pemerintah terutama dalam meningkatkan pembangunan modal manusia (human capital) dan mendorong penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan produktivitas manusia. Kenyataannya dapat dilihat dengan melakukan investasi pendidikan dan kesehatan akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan dengan meningkatnya pengetahuan dan ketrampilams seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas kerjanya. Napitupulu (2007) mengatakan bahwa Indeks Pembangunan Manusia mempunyai pengaruh dalam penurunan jumlah penduduk miskin. Indeks Pembangunan Manusia memiliki indikator komposit dalam penghitungannya antara lain angka harapan hidup, angka melek huruf, dan konsumsi per kapita. Peningkatan pada sektor kesehatan dan pendidikan serta pendapatan per kapita memberikan kontribusi bagi pembangunan manusia, sehingga semakin tinggi kualitas manusia pada suatu daerah akan mengurangi jumlah penduduk miskin di daerah. Dimensi penting dalam pembangunan manusia tersebut sangat berpengaruh terhadap kemiskinan. 33

Lanjouw, dkk (2001) juga menyatakan bahwa pembangunan manusia di Indonesia adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan penduduk tidak miskin, karena bagi penduduk miskin asset utama adalah tenaga kasar mereka. Adanya fasilitas pendidikan dan kesehatan murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktivitas, dan pada gilirannya meningkatkan pendapatan. 4. Pengangguran a. Pengertian Pengangguran Menurut Mankiw (2000) pengangguran adalah masalah makroekonomi yang mempengaruhi manusia secara tidak langsung dan paling berat. Bagi kebanyakan orang, kehilangan pekerjaan berarti menurunnya standar kehidupan dan tekanan psikologis. Sedangkan menurut Sukirno (1999) pengangguran merupakan seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan. Jenis-jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya yaitu: 1) Pengangguran friksional adalah pengangguran normal yang terjadi jika ada 2-3% maka dianggap sudah mencapai kesempatan kerja penuh. 2) Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang terjadi karena merosotnya harga komoditas dari naik turunnya siklus ekonomi 34

sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah dari pada penawaran tenaga kerja. 3) Pengangguran struktural adalah pengangguran karena merosotnya beberapa factor produksi sehingga kegiatan produksi menurun dan pekerja diberhentikan. 4) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena tenaga manusia digantikan oleh mesin industry. Pengangguran dibedakan menjadi empat tipe atas dasar sumbernya (McEachern, 2000) yaitu : 1) Pengangguran Friksional Pemberi kerja tidak langsung menerima pengirim lamaran yang pertama, dan pencari kerja juga tidak langsung menerima tawaran pekerjaan yang pertama kali. Pemberi dan pencari kerja juga memerlukan waktu untuk berinteraksi dengan pasar tenaga kerja. Pemberi dan pencari kerja juga memerlukan waktu untuk berinteraksi dengan pasar tenaga kerja. Pemberi kerja memerlukan waktu untuk mempelajari kemampuan pelamar dan pencari kerja perlu waktu untuk mempelajari kemampuan pemberi kerja. Meskipun pengangguran sering kali menciptakan masalah psikologis dan ekonomis, tidak semua pengangguran itu buruk. 2) Pengangguran Struktural Alasan kedua adanya lowongan dan pengangguran pada saat yang sama adalah bahwa penganggur tidak mempunyai 35

keterampilan yang diminta pemberi kerja, atau tidak tinggal di daerah yang diminta. Pengangguran muncul akibat ketidaksesuaian keterampilan atau lokasi geografis disebut pengangguran structural. 3) Pengangguran Musiman Pengangguran yang disebabkan oleh perubahan musiman atas permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam satu tahun disebut dengan pengangguran musiman. Beberapa orang mungkin sengaja memilih pekerjaan musiman agar sesuai dengan gaya hidupnya atau jadwal akademisnya. 4) Pengangguran Siklikal Pengangguran siklikal adalah fluktuasi pengangguran yang disebabkan oeh siklus bisnis. Pengangguran siklikal meningkat selama masa resesi dan menurun pada masa ekspan. b. Hubungan Pengangguran Terhadap Kemiskinan Menurut Sukirno (2004), efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan. Apabila pengangguran di suatu Negara sangat buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kepada kesejahteraan masyarakat dan prospektif pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. 36

Menurut Oktaviani (2001) mengatakan bahwa jumlah pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan di Indonesia yang penduduknya memiliki ketergantungan yang sangat besar atas pendapatan gaji atau upah yang diperoleh saat ini. Hilangnya lapangan pekerjaan menyebabkan berkurangnya sebagian besar penerimaan yang digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Yang artinya bahwa semakin tinggi pengangguran maka akan meningkatkan kemiskinan. Arsyad (1997) juga menyatakan bahwan ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaa tetap atau hanya part-time selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakar yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah atas. Setiap orang yang tidak mrmpunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. B. Penelitian Terdahulu No Judul Peneliti (Tahun) Nama Publikasi Variabel Analisis Kesimpulan 1. Analisis Wiguna Skripsi Variabel Variabel PDRB Pengaruh (2013) Universitas dependen: berpengaruh negatif 37

PDRB, Brawijaya Kemiskinan dan signifikan Pendidikan dan Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Variabel independen : PDRB, Pendidikan dan Pengangguran terhadap kemiskinan, variabel Pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan, variabel Pengangguran Jawa Tengah Alat Analisis : berpengaruh positif Regresi Data dan signifikan Panel terhadap kemiskinan di Jawa Tengah 2. Pengaruh Muhammad Jurnal Ekonomi Variabel Variabel PDRB dan PDRB dan Suiswanti Pembangunan dependen: IPM berpengaruh IPM Terhadap (2010) Vol. 8 No. 2 Kemiskinan negatif dan signifikan Kemiskinan di Indonesia Variabel independen : terhadap kemiskinan di Indonesia PDRB dan IPM Alat Analisis: Regresi data panel 38

3. Analisis Prima Skripsi Variabel Variabel IPM Pengaruh Sukmaraga Universitas Dependen : berpengaruh negatif IPM, PDRB (2011) Diponegoro Kemiskinan dan signifikan Pe Kapita dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Variabel independen: IPM, PDRB Per Kapita dan Pengangguran terhadap kemiskinan, variabel PDRB per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, Penduduk Alat Analisis: variabel Miskin di Regresi Data Pengangguran Jawa Tengah Panel berpengaruh positif dan signfiikan terhadap kemiskinan 4. Analisis Fatkhul Jurnal Fakultas Variabel Variabel PDRB Pengaruh Mufid Ekonomi dan dependen: berpengaruh positif Pengangguran, (2014) Bisnis Universitas Kemiskinan tetapi tidak signifikan PDRB dan IPM Terhadap Kemiskinan di 33 Provinsi di Indonesia Brawijaya Variabel independen: Pengangguran, PDRB dan IPM, variabel IPM berpengaruh negatif dan signifikan, variabel Pengangguran Alat Analisis: berpengaruh positif Regresi Data dan signifikan 39

Panel 5. Pendidikan Harry, Jurnal Ilmu Variabel Variabel tingkat dan Budiono Ekonomi dependen: pendidikan Kemiskinan Sstudi Kasus Maluku Utara dan Fahmi (2012) Universitas Padjajaran Kemiskinan Variabel independen: berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Maluku Utara Pendidikan Alat Analisis : Regresi Data Panel 6. On The Nicolas American Variabel Variabel ketimpangan Dynamics Of Apergas, International dependen: pendapatan dan Poverty And Oguzhan Journal Kemiskinan tingkat pengangguran Income Inquality US States in Dincer dan James E. Payne Variabel independen: ketimpangan pendapatan, pendapatan per kapita, tingkat pengangguran, berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, variabel pendapatan per kapita dan tingkat pendidikan berpengaruh negatif 40

tingkat pendidikan dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan C. Kerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan pustaka serta mengacu pada penelitianpenelitian terdahulu yang relevan, maka kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah : PDRB IPM KEMISKINA N PENGANGGURAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan Gambar 2.1 dapat dijelaskan bahwa PDRB adalah indikator yang digunakan untuk melihat pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau Negara. Penurunan kemiskinan di daerah dapat dipengaruhi oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Hal tersebut menunjukkan apabila PDRB suatu daerah meningkat maka tingkat kemiskinan akan semakin menurun. 41

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu indikator dalam penentuan kesejahteraan dalam masyarakat. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan tujuan pembangunan itu sendiri, yang mana pembangunan manusia memainkan peranan kunci dalam membentuk kemampuan sebuah Negara dalam menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitasnya agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan, (Todaro 2003). Tingkat pengangguran yang tinggi akan menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan social. Pengangguran mempunyai hubungan positif terhadap kemiskinan, semakin banyak tingkat pengangguran, akan semakin tinggi angka kemiskinan. Efek buruk dari pengangguran adalah mengurangi pendapatan masyarakat yang pada akhirnya mengurangi tingkat kemakmuran yang dicapai seseorang. Semakin turunnya kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan (Sukirno, 2004). 42

D. Hipotesis Berdasarkan pemikiran teoritis dan juga studi empiris yang pernah dilakukan terkait dengan penelitian ini maka diajukan hipotesis sebagai berikut : Diduga PDRB, IPM dan pengangguran berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan. Secara rinci pengaruh masing-masing variabel sebagai berikut : 1. Diduga variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Purbalingga, Kebumen, Wonosobo, Banyumas dan Rembang. 2. Diduga variabel IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Purbalingga, Kebumen, Wonosobo, Banyumas dan Rembang. 3. Diduga variabel Pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten Purbalingga, Kebumen, Wonosobo, Banyumas dan Rembang. 43