BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

PENGARUH GAS COOLER DAN FILTER PADA PROSES GASIFIKASI BIOMASSA CANGKANG BIJI KARET MENGGUNAKAN DOWNDRAF GASIFER

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

GASIFIKASI LIMBAH KULIT BIJI KOPI DALAM REAKTOR FIXED BED DENGAN SISTEM INVERTED DOWNDRAFT GASIFIER : DISTRIBUSI SUHU

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

JURNAL INTEGRASI PROSES. Website:

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN II PERHITUNGAN. 1 β

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Tinjauan Pustaka

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I Pendahuluan - 1 -

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

ANALISA KARAKTERISTIK GASIFIKASI BIOMASSA DENGAN PENGATURAN AIR FUEL RATIO (AFR)

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Variasi Rasio Gasifying Agent-Biomassa Terhadap Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Tongkol Jagung Pada Reaktor Downdraft

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN II PERHITUNGAN

ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSETUJUAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vii BAB I PENDAHULUAN...

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

PENGARUH TEMPERATUR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT CONTINUE DENGAN PENGISIAN ULANG 2 KALI

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sekam Padi Menggunakan Reaktor Downdraft dengan Dua Tingkat Laluan Udara

PENGARUH LAJU ALIR UDARA PADA REAKTOR GASIFIKASI BATCH TIPE DOWNDRAFT SKALA KECIL DENGAN UMPAN JANGGEL JAGUNG

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA. Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada

OLEH : NANDANA DWI PRABOWO ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

Pengaruh Suhu Reaktor dan Ukuran Partikel Terhadap Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Tongkol Jagung Pada Reaktor Downdraft

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR TM

PENGARUH JENIS BAHAN TERHADAP PROSES GASIFIKASI SAMPAH ORGANIK MENGGUNAKAN UPDRAFT FIXED BED REACTOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Biomassa Pengertian Biomassa

Genset dengan bahan bakar gasifikasi downdraft kulit kopi dan batubara

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

Sulfur dan Asam Sulfat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

Gambar 1.1 Produksi plastik di dunia tahun 2012 dalam Million tones (PEMRG, 2013)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

PENGARUH FILTER DAN CYCLONE PADA REAKTOR GASIFIKASI TIPE UPDRAFT TERHADAP HASIL PEMBAKARAN SYN-GAS

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diperoleh dari proses ekstraksi minyak sawit pada mesin screw press seluruhnya

PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL BUTIRAN BIOMASSA TERHADAP LAJU SIRKULASI PADAT PADA SISTEM COLD MODEL DUAL REACTOR FLUIDIZED BED

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

BAB II DASAR TEORI 2.1 Biomassa Pengertian Biomassa

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

Prarancangan Pabrik Metanol dari Low Rank Coal Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN A CONTOH PERHITUNGAN YIELD

LAMPIRAN B PERHITUNGAN. 1 β

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI DESAIN DISTRIBUTOR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

KARAKTERISTIK HILANG TEKAN ALIRAN UDARA MELALUI TUMPUKAN SERBUK GERGAJI DI FIXED BED REACTOR

Studi Eksperimental Pengaruh Air Fuel Ratio Proses Gasifikasi Briket Municipa Solid Waste Terhadap Unjuk Kerja Gasifier Tipe Downdraft

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tongkol Jagung Tongkol jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk menempel. Istilah ini juga dipakai untuk menyebut seluruh bagian jagung betina (buah jagung). Tongkol terbungkus oleh kelobot (kulit buah jagung). Secara morfologi, tongkol jagung adalah tangkai utama malai yang termodifikasi, Malai organ jantan pada jagung dapat memunculkan bulir pada kondisi tertentu. Tongkol jagung muda, disebut juga babycorn, dapat dimakan dan dijadikan sayuran. Tongkol yang tua ringan namun kuat, dan menjadi sumber furfural, sejenis monosakarida dengan lima atom karbon. Tongkol jagung tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulose dan selulose. Masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi (Suprapto dan Rasyid, 2002). Sebuah perusahaan di Iowa, AS berhasil memanfaatkan tongkol jagung sebagai berbagai produk yang ramah lingkungan. Tongkol memiliki sifat-sifat seperti salah satu bagiannya keras dan sebagian bersifat menyerap ( absorbent), juga sifat-sifat yang merupakan gabungan beberapa sifat, seperti: tidak terjadi reaksi kimia bila dicampur dengan zat kimia lain (inert), dapat terurai secara alami dan ringan sehingga tongkol jagung berupakan bahan ideal campuran pakan, bahan campuran insektisida dan pupuk. Serta dapat digunakan sebagai alas hewan peliharaan karena alami, bersih dan dapat mengurangi bau tidak sedap (www.ciras.iastate.edu/iof). Penggunaan tongkol jagung untuk keperluan bahan bakar sekitar 90% sedangkan limbah batang dan daun sekitar 30% dari potensi yang ada. Tongkol jagung memiliki kandungan karbon yang tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk mengeringkan 6 ton jagung dari kadar air 32.5% sampai 13.7% bb selama 7 jam diperlukan sekitar 30 kg tongkol jagung kering per jam (Alkuino, 2000). 5

6 2.2 Gasifikasi Proximate analysis (wt.% of dry basis) Ultimate analysis (wt.% of dry and ash free) HHV (MJ/kg) Density (Kg/m 3 ) Tabel 1. Analisis Kimia Tongkol Jagung Komponen Moisture Volatiles FC Ash C H O N S Nilai 6,50 80,2 16,7 3,1 49,0 6,0 44,7 0,3 0,08 17,2 188 Sumber : A.O. Aboyade et al. Thermochimica Acta 517 (2011) Gasifikasi adalah proses konversi bahan bakar yang mengandung karbon menjadi gas yang memiliki nilai bakar dengan cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Proses gasifikasi ini dilakukan dalam reaktor gasifikasi atau biasa disebut gasifier dan gas hasilnya disebut gas produser ( Yovita Reiny Arisanty, Yuni Kusumastuti, dan Annisa Widyanti Utami, 2009). Gasifier merupakan alat yang relatif sederhana karena mekanisme operasinya, seperti pengumpanan dan pembersihan gas hasil yang cukup mudah. Namunkeberhasilan operasi gasifikasi pada penerapannya tidak mudah. Hal ini karena fenomena termodinamika operasi gasifier belum begitu dipahami secara mendalam, sehingga masih banyak hal yang memerlukan pengkajian.proses gasifikasi biomassa dapat dilakukan baik secara langsung (menggunakan udara atau oksigen untuk membangkitkanpanas melalui reaksi eksotermis), maupun tidak langsung (mentransfer panas ke dalam reaktor dari luar)(reed,1988). 2.2.1. Jenis-Jenis Gasifikasi Berdasarkan mode fluidisasinya, gasifier dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: mode gasifikasi unggun tetap ( fixed bed gasification), mode gasifikasi unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification), mode gasifikasi entrained flow. Sampai saat ini yang digunakan untuk skala proses gasifikasi skala kecil adalah mode gasifier unggun tetap. (Reed and Das, 1988).

7 Berdasarkan arah aliran, fixed bed gasifier dapat dibedakan menjadi: reaktor aliran berlawanan ( updraft gasifier), reaktor aliran searah ( downdraft gasifier) dan reaktor aliran menyilang (crossdraft gasifier). Pada updraft gasifier, arah aliran padatan ke bawah sedangkan arah aliran gas ke atas. Pada downdraft gasifier, arah aliran gas dan arah aliran padatan adalah sama-sama ke bawah. Sedangkan gasifikasi crossdraft arah aliran gas dijaga mengalir mendatar dengan aliran padatan ke bawah (Hantoko, dkk.,2011). Gambar 1. Tipe Gasifier Berdasarkan Arah Aliran Berdasarkan gasifying agent yang diperlukan, terdapat gasifikasi udara dan gasifikasi oksigen/uap. Gasifikasi udara merupakan metode dimana gas yang digunakan untuk proses gasifikasi adalah udara. Sedangkan pada gasifikasi uap, gas yang digunakan pada proses yang terjadi adalah uap. Penelitian ini dilakukan menggunakan updraft gasifier dan gasifying agent udara karena kemampuan dan kelebihannya, meskipun masih memiliki beberapa kekurangan. Kelebihan dan kekurangan updraft gasifier dapat dilihat pada tabel 2. Dengan beragam jenis alat gasifikasi ini tentunya memiliki perbedaan antara suatu system gasifikasi dengan system gasifikasi lainnya. Hasil reaksi dan syngas yang dihasilkan dari reaksi gasifikasi tersebut dipengaruhi oleh karakteristik masing-masing alat gasifikasi tersebut. Berikut table kelebihan dan kekurangan berbagai tipe gasifier.

8 Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Updraft Gasifier Tipe Gasifier Kelebihan Kekurangan - Mekanismenya sederhana - Sensitif terhadap tar dan - Hilang tekan rendah uap bahan bakar - Efisiensi panas baik - Memerlukan waktu start up Updraft - Kecenderunganmembentuk yang cukup lama untuk terak sedikit mesin internal combustion. - Arang (charcoal) habis terbakar Sumber: Rinovianto, 2012 2.2.2 Proses Gasifikasi Gasifikasi umumnya terdiri dari empat proses, yaitu: pengeringan, pirolisis, reduksi dan oksidasi. Proses pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik), sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik). Pada pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang diserap dari proses oksidasi. Pada pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi. Pembakaran mengoksidasi kandungan C dan H2 yang terdapat pada bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik. Penjelasan lebih lanjut mengenai proses-proses tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini. a. Proses Pengeringan (Drying) Reaksi ini berada pada bagian atas reaktor dengan temperatur < 150 o C yang merupakan zona dengan temperatur paling rendah di dalam reaktor. Proses pengeringan ini sangat penting dilakukan agar pengapian pada burner dapat terjadi lebih cepat dan lebih stabil. Pada reaksi ini, bahan bakar yang mengandung air akan dihilangkan dengan cara diuapkan dan dibutuhkan energi sekitar 2260 kj untuk melakukan proses tersebut sehingga cukup menyita waktu operasi. Menurut Kurniawan (2012), peneli tian yang telah dilakukannya menunjukan bahwa pengeringan manual oleh sinar matahari berperan penting dalam mempercepat proses pengeringan didalam reaktor oleh panas reaksi pembakaran (oksidasi). Penjemuran dengan sinar matahari pada suhu diatas 32 0 C selama dua jam dapat

9 mempercepat waktu pengeringan di dalam reaktor hingga 30% atau kurang dari 25 menit. Jika dibandingkan dengan penjemuran pada suhu 30 o C yang mencapai 25-40 menit untuk proses pengeringan saja. b. Proses Pirolisis Suatu rangkaian proses fisik dan kimia terjadi selama proses pirolisis pada bahan bakar yang dimulai secara lambat pada T < 350 C dan terjadi secara cepat pada T > 700 C, dimana pada proses ini terjadi pemecahan struktur bahan bakar dengan menggunakan sedikit oksigen melalui pemanasan menjadi gas. Proses pirolisis menghasilkan produk berupa arang atau karbon, tar, dan gas ringan (CO2, H2O, CO, C2H2, C2H4, C2H6, dan C6H6). Ketika temperatur pada zona pirolisis rendah, maka akan menghasilkan banyak arang dan sedikit cairan (air, hidrokarbon, dan tar). Sebaliknya, jika temperatur pirolisis tinggi maka arang yang dihasilkan sedikit tetapi banyak mengandung cairan. c. Proses Reduksi Reduksi melibatkan suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari reaksi pembakaran. Pada reaksi ini, arang yang dihasilkan melalui reaksi pirolisis tidak sepenuhnya karbon tetapi juga produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas bakar, seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi reduksi terjadi antara temperatur 500 o C sampai 1000 o C. Untuk itu, agar dihasilkan gas mampu bakar seperti CO, H2 dan CH4 maka arang tersebut harus direaksikan dengan air dan karbon dioksida. Pada proses ini terjadi beberapa reaksi kimia, diantaranya sebagai berikut : Bourdouar reaction: C + CO2 2CO Steam-carbon reaction : C + H2O CO + H2 Water-gas shift reaction: CO + H2O CO2 + H2 CO methanation : CO + 3H2 CH4 + H2O d. Proses Pembakaran (Oksidasi) Proses pembakaran mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat dalam bahan bakar dengan reaksi eksotermik, sedangkan gasifikasi

10 mereduksi hasil pembakaran menjadi gas bakar dengan reaksi endotermik. Oksidasi merupakan reaksi terpenting di dalam reaktor gasifikasi karena reaksi ini menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif tinggi, umumnya berkisar antara 700 o C sampai 1500 o C. Oksigen yang dipasok ke dalam reaktor bereaksi dengan substansi yang mudahterbakar yang menghasilkan produk berupa CO2 dan H2O yang secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada proses pirolisis. Produk lain yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi berupa air, panas, cahaya, N2 dan gas lainnya (SO 2, CO, NO2, dan lain-lain). Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai berikut : C + O2 CO2 H2 + ½ O2 H2O 2.3 Pembersihan Gas Sintetik Gas hasil pembakaran dalam gasifier biasanya masih bercampur dengan berbagai unsur yang tidak diperlukan dan gas keluaran masih memliki temperatur tinggi. Unsur yang tidak diperlukan itu antara lain partikel padat (partikel yang tidak terkonversi), pengotor anorganik (halida, alkali, senyawa belerang dan nitrogen) dan kotoran organik (tar, aromatik dan karbon dioksida). Gas hasil pembakaran/gas mampu bakar ini akan direaksikan dengan udara untuk dibakar menjadi energi. Pembakaran gas ini merupakan reaksi sintesis sehingga gas yang dihasilkan harus lebih murni. Oleh karena itu gas keluar didinginkan dan dibersihkan terlebih dahulu. Cara untuk membersihkan gas dari debu atau partikel yang tidak diinginkan yaitu tar, dengan filtrasi (scrubber). Sistem filtrasi dibagi menjadi dua, yaitu wet scrubber dan dry scrubber. Prinsip dasar dari semua jenis filtrasi sama yaitu membersihkan gas dari unsur-unsur seperti senyawa sulphur, nitrogen, debu yang terangkut oleh gas, kelembaban dari gas, temperatur gas serta produk distilasi yaitu tar, minyak serta gas-gas yang tidak terkondendasi dan uap air.

11 2.4 Venturi Scrubber Venturi scrubber masuk ke dalam jenis wet scrubber, karena sistem ini disokong olehliquid yang digunakan sebagai pengikat tar atau pengotor dalam gas. Liquid pada penelitian ini menggunakan air sebagai media pembersihnya. Venturi scrubber menggunakan energi pergerakan aliran gas untuk mengatomisasi liquid menjadi droplet. Aliran liquid rnengalami kontak dengan aliran gas pada bagian menyempit dari venturi. Saat mengalami penyempitan, aliran gas akan dipercepat dan berkontraksi sehingga dapat menembus inti droplet liquid.venturi scrubber memberikan keuntungan lebih dalam pemisahan dan pembuatan ulang kabut air dibandingkan dengan metode pembersih gas lainnya. Venturi scrubber memiliki disain yang sederhana namun memiliki efisiensi yang tinggi. Keuntungan : 1. Sederhana, dengan mudah disesuaikan dengan pengaturan tekanan pada throat untuk efisiensi maksimum. 2. Mempunyai ketahanan terhadap temperatur dan korosi yang tinggi. 3. Dapat difungsikan pada konsentrasi pengotor yang tinggi sebagai pembuangan air. 2.5 Proses Pembentukan Tar Tar adalah salah satu pengotor yang paling merugikan dan harus dihindari karena sifatnya korosif. Selain itu, tar memiliki bau yang tajam dan dapat mengganggu pernapasan. Secara visual tar dapat kita lihat berwarna hitam pekat dan kental. Pada reaktor gasifikasi terbentuknya tar, yang memiliki bentuk approximate atomic CH1,2O0,5, terjadi pada temperatur pirolisis yang kemudian terkondensasi dalam bentuk asap, namun pada beberapa kejadian tar dapat berupa zat cair pada temperatur yang lebih rendah. Apabila hasil gas yang mengandung tar relatif tinggi dipakai pada kendaraan bermotor, dapat menimbulkan deposit pada karburator dan intake valve sehingga menyebabkan gangguan. Desain gasifier yang baik setidaknya menghasilkan tar tidak lebih dari 1 g/m³. Pada gasifier jenis updraft tingkat kandungan tar relatif tinggi. Tar yang dihasilkan oleh updraft bersifat primari. Tar terbentuk pada zona pirolisis dan

12 hasil produk sampingan dari proses gasifikasi. Proses pembentukan secara kimia dapat di definiskan: CnHmOp (biomass) + panas = Σ CxHyOz tar + Σ CaHbOc gas + H2O + C (arang) Proses pembentukan tar bergantung pada dua faktor. Faktor-faktor tersebut adalah faktor temperatur,dan tinggi reaktor. Saat temperatur rendah (dibawah 500 o C), produksi tar awalnya meningkat, lalu kemudian menurun seiring dengan semakin tingginya temperatur. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur, produksi tar akan semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada temperature tinggi, tar akan mengalami proses cracking. Proses cracking adalah proses dimana tar berubah menjadi gas seperti O2, CO, CO2, dan H2O. Setiap alat gasifikasi memiliki karakteristiknya msing-masing sehingga mempengaruhi hasil dari reaksi yang terjadi pada alat-alat gasifikasi tersebut. Berikut ini adalah tabel perbedaan kadar tar pada gasifikasi biomassa. Jenis Gasifikasi Tabel 3. Kandungan Tar pada Gasifikasi Rata-Rata Konsentrasi Tar dalam Produk (gr/nm 3 ) Persentase Tar pada Bahan Bakar Biomassa Downdraft <1 <2 Fluidized Bed 10 1-5 Updraft 50 10-20 Sumber : Kurniawan, 2012 Pengaruh tinggi reaktor terhadap produksi tar berhubungan dengan residence time. Semakin lama gas berada di dalam reaktor, semakin banyak pula tar yang mengalami proses cracking dalam temperatur yang sama. Dengan semakin besarnya residence time, semakin rendah pula temperatur yang dibutuhkan untuk membuat tar mengalami proses cracking. Residence time dari gas dapat ditingkatkan dengan memperbesar reaktor atau menambah tinggi reaktor. Hal ini sangat berbeda dengan downdraft. Pada downdraft gas hasil pengeringan akan di tarik kebawah, sehingga tar mengalami pemanasan kembali yang mengakibatkan temperatur tar meningkat sehingga massa tar berkurang.

13 2.6 Orifice Meter Pada proses pengoperasian alat gasifikasi, komposisi aliran udara sebagai komponen utama oksidasi harus diberikan dengan tepat. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan proses oksidasi yang baik dan efisien. Blower pada sistem gasifikasi updraft berperan untuk memberikan pasokan udara tersebut ke ruang bakar. mendapatkan komposisi udara oksidasi yang pas, maka pipa pasokan udara blower harus terpasang orifis dan manometer yang tersambung dengan katub untuk mengatur besar kecilnya hembusan udara.orifis adalah salah satu alat pengukur tekanan fluida pada suatu sistem pemipaan.alat ini mempunyai sekat pada sambungannya yang telah diberikan lubang dengan diameter tertentu (biasanya setengah dari diameter pipa). Pada bagian depan dan belakang sekat orifis terdapat lubang manometer yang berfungsi sebagai tabung pengukur perbedaan fluida yang masuk dan keluar dari sekat orifis. Aliran udara sebelum masuk sekat orifis akan lebih besar daripada udara setelah keluar dari orifis. Pebedaan tersebut akan menghasilkan perbedaan tinggi fluida yang terjadi pada tabung manometer. Untuk menghitung besar flowrate aliran fluida yang masuk ke dalam pipa, maka diasumsikan alirannya adalah steady-state, densitas fluida konstan, aliran fluida laminar (tidak ada perubahan elevasi), dan kerugian akibat gesekan diabaikan. Kemudian gunakan persamaan Bernoulli seperti di bawah ini : Atau (physics.hivepc.com) (physics.hivepc.com) Dengan persamaan kontinuitas Sehingga (physics.hivepc.com) (Sumber: Mc Cabe. 1993 : 221)

14 Kemudian didapatkan Q sebesar (Sumber: Mc Cabe. 1993 : 221) Kemudian masukan nilai Cd yaitu nilai koefisien debit dalam perhitungan ini dapat digunakan Cd = 0,6 sedangkan β = d2/d1 sehingga diperoleh persamaan (Sumber: Mc Cabe. 1993 : 221) Parameter - parameter pada persamaan di atas sudah dapat dicari menggunakan alat orifis sehingga dapat dihitung besar dabit (Q) dengan menggunakan persamaan di atas. Untuk mencari laju aliran masa (ṁ), maka nilai Q dapat langsung dikalikan dengan rho ( ρ) fluida yang mengalir, atau dapat gunakan rumus dibawah ini : Dimana: (Sumber: Mc Cabe. 1993 : 221) Q = aliran volumetric (m3/s) Cd = koefisien debit V1 = kecepatan hulu (m/s) ṁ = laju aliran masa (kg/s) V2 = kecepatan fluida pada orifis C = koefisien aliran orifis A1 = luas penampang pipa (m2) ρ = densitas fluida (kg/m3) A2 β d1 d2 P1 P2 = luas lubang orifis (m2) = rsio diameter lubang orifispipa = diameter pipa (m) = diameter lubang orifis (m) = tekanan fluida hulu (Pa) = tekanan fluda hilir (Pa)

5