BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk shooting yang paling sering digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Permainan bola tangan dimainkan oleh dua tim yang masing-masing tim

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Hal ini sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian


I. PENDAHULUAN. berkualitas adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah upaya yang. negara. Pada negara-negara yang baru berkembang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 HUBUNGAN ANTARA POWER TUNGKAI, KOORDINASI MATA DAN TANGAN DENGAN KETEPATAN JUMP SHOOT DALAM PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Rezha, 2014

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Aji Rasa Kurniawan, 2014 HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI MATA-KAKI DENGAN HASIL SHOOTING 8 METER CABANG OLAHRAGA FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PERBANDINGAN EFEKTIVITAS SHOOTING

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia olahraga saat ini lebih maju dibandingkan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BOLA TANGAN. Materi Bola Tangan Kelas XI 1 design by Bramasto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pesat, sudah semestinya jika manusia menyadari arti pentingnya hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. telah cukup tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan kegiatan

2014 PENGARUH METODE LATIHAN MENTAL IMAGERY TERHADAP PENGUASAAN KETERAMPILAN PASSING DAN STOPPING DALAM PERMAINAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini terbukti dari pertandingan dan perlombaan yang telah di ikuti belum

BAB l PENDAHULUAN. cocok untuk ditonton karena biasa dimainkan di ruang tertutup dan hanya. pemain ketika memantulkan atau melempar bola tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan, perkembangannya mengalami kemajuan yang sangat pesat hal ini dapat dilihat dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kepala dan dada. Khususnya untuk penjaga gawang diperbolehkan

gawang agar terhindar dari PENDAHULUAN kemasukan bola. Oleh karena itu teknik Permainan Bola Tangan di Indonesia pada masa sekarang ini belum

BAB 1 PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi bangsa Indonesia dibidang olahraga saat ini belum dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam ruang lingkup Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meliputi: ketahanan (endurance), kekuatan (strength) dan kecepatan (speed).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cabang olahraga yang sangat digemari dan paling populer di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PERSEPSI ATLET WANITA JAWA BARAT TERHAD AP WASIT WANITA D ALAM CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

BAB II KAJIAN TEORI. regu, masing masing regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepakbola adalah suatu permainan yang dimainkan oleh

SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KUALITAS PENULISAN KARYA ILMIAH STOK BINA GUNA, SABTU 16 SEPTEMBER 2017 PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN SIDE SHUFFLE

BAB I PENDAHULUAN. basket terbuka antar klub di setiap wilayah yang rata-rata pemainnya

BAB I PENDAHULUAN. sampai menjadi permainan sepakbola yang modern seperti sekarang ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KELINCAHAN, KECEPATAN, DAN DAYA LEDAK, DENGAN KEMAMPUAN FLYING SHOOT DALAM PERMAINAN BOLATANGAN DI SMA NEGERI 1 WATES SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Faris Rizky Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijadikan sebagai sarana atau media untuk berekreasi, mata pencaharian, pendidikan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dede Syamsul Ma Arif, 2015

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS DAN WEIGHT TRAINING DENGAN METODE PYRAMID SYSTEM TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI PEMAIN BASKET

I. PENDAHULUAN. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permainan bola basket adalah salah satu olahraga permainan yang mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lufty Bella Dina Hakiky, 2014

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu

I. PENDAHULUAN. regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang. dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

I. PENDAHULUAN. kegiatan olahraga ditempuh melalui tiga pilar, yaitu olahraga pendidikan, olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BOLA TANGAN. Materi Bola Tangan Kelas X 1 Tahun 2015 design by Bramasto

1. PENDAHULUAN. Kemampuan ini saling melengkapi satu sama lainnya karena setiap bola yang. dioper harus diterima dan dikontrol oleh rekan seregu.

BAB I PENDAHULUAN. penjaga gawang dapat menggunakan tangan. Tujuan permainan ini adalah

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini dunia khususnya olaharaga di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan motoriknya sehingga memberikan kemudahan

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

II. TINJAUAN PUSTAKA. regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB I PENDAHULUAN. Dengan majunya kebudayaan manusia saat ini, banyak terjadi perubahan

I. PENDAHULUAN. dengan baik dan menarik perhatian para penontonya. keterampilan tersebut. dapat berupa keterampilan dasar serta keterampilan khusus.

BAB I PENDAHULUAN. Eropa, pada tahun 1893 di Jerman bola voli dikenal dengan nama faust

MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO,

BAB I PENDAHULUAN. lama yang dimainkan dan ditonton oleh jutaan orang. Sepak bola merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

TERHADAP HASIL SHOOTING PADA CABANG OLAHRAGA SEPAKBOLA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam situsnya Asosiasi Bola Tangan Indonesia menjelaskan bahwa bola tangan(handball) adalah olahraga beregu dimana dua regu dengan masing-masing tujuh pemain (enam pemain dan satu penjaga gawang) berusaha memasukkan sebuah bola ke gawang lawan. Permainan ini mirip dengan sepakbola, tapi cara memindahkan bola adalah dengan tangan pemain, bukan kaki dan juga bola yang digunakan lebih kecil dari bola sepak (Supriadi dkk., 2010, hlm. 7). Menurut Kangane (2007) you may punch, throw, or even head the ball to a teammate. Touching the ball with leg below the knee is not allowed. Arti dari kutipan ahli tersebut peneliti menyimpulkan, dalam melakukan permainan bola tangan, tidak diperbolehkan memakai kaki (bagian kaki dibawah lutut) sebaliknya pemain diperbolehkan untuk memukul, melempar atau bahkan menyundul bola ke teman. Permainan cabang olahraga bola tangan merupakan salah satu olahraga yang sampai saat ini dapat ditelusuri kebenaran sejarahnya dan telah berusia sangat tua. Menurut Saptani (2009, hlm. 4) Suatu permainan beregu yang menggunakan bola yang terbuat dari kulit atau sintetis dan cara memainkannya dengan menggunakan tangan di lapangan yang berbentuk persegi dikenal dengan nama permainan bola tangan (handsball). Sejarah permainan bola tangan yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1890 oleh seorang tokoh gymnastic dari Jerman bernama Konrad Koch. Akan tetapi permainan bola tangan ini tidak dapat langsung menjadi populer pada saat tersebut. Sejak diperkenalkan oleh Koch dan berkembang di Eropa, sampai tahun 1904 hanya sedikit sekali terdengar tentang permainan ini. Setelah perang dunia pertama berakhir, dua orang Jerman yaitu Hirschman dan Dr. Schelenz memajukan dan mempopulerkan kembali permainan bola tangan ini. Pada permulaannya, bola tangan tidak diakui sebagai cabang olahraga yang berdiri sendiri, karena belum mempunyai badan/organisasi sendiri. Peraturan permainan bola tangan ini pada saat itu disusun berdasarkan peraturan dari Association Football yang disesuaikan dengan bentuk dan pola permainan bola tangan. Salah satu peraturan yang diambil dari sepak bola adalah 1

2 peraturan offside, tetapi peraturan ini dirasakan sebagai penghambat dan bukannya melancarkan jalannya permainan. Kemudian peraturan ini dihapuskan, setelah beberapa tahun berjalan. Tahun 1928 yang bertepatan dengan diadakannya Olympic Games, wakil dari 11 negara mengadakan pertemuan di Amsterdam. Dari hasil pertemuan itu, terbentuklah suatu organisasi federasi bola tangan yang resmi yang disebut International Amateur Handball Federation (IAHF) yang beranggotakan 11 negara. Setelah perang dunia II berakhir, para wakil dari negara anggota IAHF mengadakan pertemuan kembali. Kemudian dilangsungkanlah Kongres Internasional di Kopenhagen. Tujuan dari kongres itu sendiri yaitu untuk mencoba menumbuhkan kembali permainan bola tangan. Hasil dari kongres ini adalah pembubaran IAHF dan lahirnya International Handball Federation (IHF) badan/organisasi yang resmi untuk bola tangan di seluruh dunia. Sekretariat, dewan pimpinan dan komisi teknik dari I.H.F berpusat di Basel, Swiss, dan kemudian IHF menjadi anggota dari Federation of International Sports Association. IHF sebagai organisasi yang resmi dari cabang olahraga bola tangan diwajibkan menghimpun semua perkumpulan nasional yang beranggotakan klub, sekolah, akademi, universitas dan lain-lain. Federasi Bola Tangan Asia (Asian Handball Federation) terbentuk pada tahun 1974, pada waktu berlangsungnya Asian Games di kota Teheran. Kemudian pada tahun 1976 federasi ini dikukuhkan secara resmi di Kuwait. Indonesia membentuk organisasi bola tangan yaitu Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI) selaku induk organisasi bola tangan di Indonesia yang menjadi anggota dari International Handball Federation (IHF) sejak tahun 2007. Menurut Akta Notaris tentang Pendirian Asosiasi Bola Tangan Indonesia di depan Notaris Lilik Kristiwati, S.H., Asosiasi Bola Tangan Indonesia resmi berdiri tanggal 16 Agustus 2007. Pada tanggal 5 Juni 2009, ABTI resmi sebagai Full Member International Handball Federation (IHF) yang diketuai oleh Arie P. Ariotedjo Bola tangan yang sudah dikenal saat ini ada tiga macam yaitu bola tangan sebelas pemain yang dimainkan di lapangan seukuran lapang sepakbola, bola tangan pantai dengan empat pemain, dan bola tangan dengan tujuh pemain yang

3 dimainkan didalam ruangan atau sering disebut dengan bola tangan indoor. Namun dari semua jenis permainan yang ada, yang paling umum dilakukan adalah permainan bola tangan indoor dan outdoor. Dalam pembelajaran bola tangan ada beberapa teknik dasar yang harus dikuasai yaitu diantaranya teknik catcihng, dribling, passing, dan shooting. Disini peneliti akan membahas salah satu teknik dasar yang menurut peneliti adalah teknik dasar yang mesti dikuasai dengan baik. Teknik dasar tersebut yaitu teknik dasar jembak atau teknik dasar shooting. Menurut Mahendra (2000, hlm. 59) Menembak adalah bentuk gerak lemparan yang ditujukan untuk memasukan bola ke gawang. Peneliti menyimpulkan bahwa menembak itu adalah teknik dasar melempar yang ditujukan langsung ke gawang. Dalam melakukan teknik tembakan (shooting), peneliti mencoba memaparkan salah satu teknik dasar yang sering sekali dilakukan ketika permainan sedang berlangsung. Salah satu teknik menembak yang sering digunakan dalam permaian bola tangan tersebut yaitu teknik menembak melayang (flying shoot), Saptani (2009, hlm. 118) mengatakan bahwa Adapun pelaksanaanya tembakan sambil melayang pada dasarnya adalah menembakan bola dari jarak sedekat-dekatnya dengan gawang belum tubuh yang melayang jatuh atau mendarat di tanah atau lantai. Agar dapat melayang sejauh-jauhnya, sehingga dekat dengan gawang lawan, kaki terakhir yang menumpu diluar garis darah gawang dilakukan dengan kaki sekuat-kuatnya Dari paparan para ahli di atas peneliti menyimpulkan, bahwa tembakan sambil melayang adalah tembakan yang memerlukan power tungkai yang besar. Dikarenakan ketika akan melakukan gerakan, atlet diharuskan melakukan gerakan awalan dan melakukan tolakan yang kuat agar momentum ketika diudara menjadi lebih lama dan jarak yang dihasilkanpun semakin jauh dari titik tolakan dan akan sekaligus memperdekat jarak antara penembak dan penjaga gawang lawan. Menurut Harsono (dalam Rusli, 2013, hlm. 52) power adalah kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat. Dalam melakukan suatu tembakan diperlukan power lengan yang besar agar bola melaju dengan kuat dan cepat dan hasil lemparan dalam melakukan tembakan fying shoot akan lebih baik. Hal ini senada dengan Mahendra (2000, hlm. 59)

4 yang berpendapat bahwa Agar berhasil, lemparan dilakukan harus eksplosif, dengan mengerahkan seluruh kecepatan dan kekuatan dalam waktu yang sangat singkat sehingga menghasilkan gerak laju bola yang cepat. Dari paparan ahli, penulis menyimpulkan apabila ketika menembak disertai dengan power maka hasil yang didapat adalah bola tersebut akan melesat dengan cepat dan kuat dikarenakan lemparan dilakukan secara eksplosif dengan kekuatan maksimal dalam waktu yang cepat. Berdasarkan paparan-paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa tembakan melayang (flying shoot) adalah tembakan yang ditujukan ke gawang lawan yang dalam melakukannya memerlukan tenaga lecutan pada tangan untuk menembak bola dengan keras dan cepat dan juga memerlukan power tungkai yang besar ketika bertolak agar atlet dapat melayang lebih lama dan lebih dekat dengan gawang lawan. Dalam sebuah realita yang ada di lapangan bahwa kondisi fisik merupakan hal yang perlu di perhatikan dalam diri sang atlet guna menunjang kemampuan atlet dalam sebuah pertandingan dan mencapai prestasi yang setinggi-tingginya. Kondisi fisik tersebut salah satunya adalah kondisi fisik secara fungsional. Seperti halnya dalam permainan bola tangan, atlet bola tangan harus memiliki kondisi fisik yang baik secara fungsional yaitu power legan dan power tungkai. Mengingat dalam pelaksanaannya kondisi fisik tersebut sangat berperan dalam menghasilkan sebuah tembakan flying shoot yang baik. Kondisi fisik fungsional lainnya yaitu power tungkai, kondisi fisik power tungkai ini berperan saat atlet tersebut melakukan tolakan saat melompat, karena power tungkai yang baik mampu memperbesar daya vertikal atlet tersebut dan lompatan yang dihasilkandapat maksimal dan lebih baik. Menurut Riadi (dalam Rusli, 2013, hlm. 52) melayang di udara adalah keadaan tubuh di udara setelah gerakan tolakan atau setelah kaki bertumpu.menyinggung fungsi dari power tungkai dan paparan ahli, peneliti menyimpulkan ketika melakukan teknik flying shoot, power tungkai akan memberikan kontribusi terhadap jangkauan lompatan dan waktu yang lebih lama ketika melayang setelah melakukan tolakan. Dari pengamatan tersebut penulis tertarik untuk meneliti pada kondisi fisik secara fungsional atlet saja. Yang dimaksud secara fungsional adalah kondisi fisik

5 secara fungsinya yaitu power lengan dan power tungkai. Mungkin masih banyak faktor yang mempengaruhi hasil tembakan flying shoot tersebut namun bukan menjadi kajian penelitian ini. Berdasarkan ketertarikan tersebut penulis ingin meneliti apakah hasil flying shoot tersebut didukung oleh power lengan dan power tungkai. Ketertarikan tersebut dilatarbelakangi oleh pengamatan penulis ketika melakukan magang di SDN Tenjolaya II Kabupaten Bandung. Ketika melakukan kegiatan belajar mengajar yang bermaterikan permainan bola tangan, peneliti mencoba mengamati gerakan-gerakan yang dilakukan siswa pada saat bermain. Pada mulanya mereka bermain dengan asal-asalan dari mulai ketika mendribling maupun menembak namun ketika permainan mulai berjalan lama, secara spontan diantara murid melakukan satu gerakan yang menurut peneliti adalah gerakan teknik dasar yang sebenarnya umum dilakukan oleh seorang atlet bola tangan ketika menembak, yaitu teknik menembak melayang atau flying shoot. Ketika pembelajaran tersebut, peneliti melihat salah satu siswa sudah baik dalam melakukan sikap melayang diudara dan ketika menembakkan bolapun, siswa tersebut berhasil menembakkan bola dengan keras ketika siswa tersebut berada dalam posisi melayang. Setelah melihat gerakan tersebut peneliti mengamati hal apa saja yang memiliki peran ketika melakukan tembakan flying shoot, dan peneliti menyimpulkan bahwa lengan sangat berperan besar terhadap terjadinya tembakan dan terlebih lagi apabila lengan tersebut memiliki power yang besar, hal ini senada dengan Mahendra (2000, hlm. 59) yang berpendapat bahwa Agar berhasil, lemparan dilakukan harus eksplosif, dengan mengerahkan seluruh kecepatan dan kekuatan dalam waktu yang sangat singkat sehingga menghasilkan gerak laju bola yang cepat. Peneliti menyimpulkan bahwa, power lengan sangat berperan penting sekali dalam melakukan teknik flying shoot, hal ini dikarenakan lengan adalah komponen fisik yang sangat dibutuhkan dalam melakukan permainan bola tangan, dan dengan dukungan power maka akan memberikan keuntungan besar dikarenakan akan menghasilkan gerak laju bola yang cepat dan kuat, dan bahwa apabila atlet bola tangan tidak memiliki power lengan yang besar, maka atlet akan sangat dirugikan, dan mungkin karirnya akan terhambat.

6 Bukan hanya lengan, power tungkai juga memiliki peran yang tidak kalah penting dalam hal melakukan tembakan flying shoot, dikarenakan power tungkai diperlukan sekali ketika saat melakukan tolakan, karena power tungkai yang besar akan memberikan jarak yang jauh dan lompatan yang maksimal. Menurut Wijaya (2014, hlm. 30) bahwa Power tungkai merupakan titik tolak untuk menghasilkan lompatan, Oleh karena itu power tungkai yang besar serta disertai koordinasi yang baik akan menghasilkan take-off yang baik sehingga hasil lompatannya juga baik karena power tungkai yang baik mampu membawa titik berat badan dengan tinggi, dan kekuatan maksimal tungkai besar atau take-off yang kuat maka akan mempengaruhi kecepatan landas vertikal sehingga akan membawa titik berat badan lebih tinggi. Dari paparan ahli tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa power tungkai sangat memiliki kontribusi dalam melakukan teknik flying shoot. Karena dalam melakukan teknik ini, atlet diharuskan melakukan tolakan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal, dan hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk menunjang kecepatan dan kekuatan secara maksimal dalam waktu yang cepat bahwa power adalah komponen fisik fungsional yang sangat diperlukan. Dan kerugian yang ditimbulkan ketika seseorang yang tidak memiliki power tungkai yang besar adalah hasil lompatan akan lebih dekat, momentum ketika melayangpun akan semakin sebentar dan otomatis waktu yang diperlukan untuk melakukan tembakan ketika melayang semakin terbatas. Berdasarkan pengamatan penulis dalam mengamati sebuah hasil tembakan teknik flying shoot, banyak terjadi perbedaan yang dihasilkan oleh atlet. Ada yang hasil tembakannya kurang baik, ada yang lompatannya kurang maksimal, dan ada juga yang hasil keseluruhan melakukan tembakannya sudah cukup baik namun perlu ditingkatkan, mungkin hasil menembak teknik flying shoot tersebut memiliki banyak faktor yang menunjang sehingga saat melakukan teknik tembakan tersebut memiliki hasil yang berbeda. Mengacu pada paparan di atas maka permasalahan penelitian yang dapat dirumuskan peneliti yaitu apakah power lengan dan power tungkai berhubungan terhadap hasil flying shootpada permainan bola tangan? Maka dari itu peneliti terdorong untuk mengambil judul hubungan power lengandan power tungkai terhadap hasil flying shoot dalampermainan bola tangan. Penelitian ini

7 dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Negeri Mekarharapan, Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah power lengan memiliki hubungan berarti terhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang? 2. Apakah power tungkai memiliki hubungan berarti terhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang? 3. Apakah power lengan dan power tungkai memiliki hubungan berarti terhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian sudah dipastikan memiliki tujuan. Demikian pula penelitian yang dilaksanakan penulis mempuyai tujuan sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan power lenganterhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. 2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan power tungkai terhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan power lengan dan power tungkai terhadap hasil flying shoot pada siswa kelas V SDN Mekarharapan Desa Cikawung Kecamatan Tanjungsiang Kabupaten Subang. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut: 1. Secara teoritis sebagai pengembangan ilmu pendidikan olahraga, khususnya dalam hal hasil flying shoot bola tangan. Hasil penelitian ini dapat melengkapi kepustakaan dalam bidang olahraga mengenai hubungan power lengan dan power tungkai terhadap hasil flying shoot bola tangan.

8 2. Secara praktik, diharapkan mempunyai manfaat sebagai acuan untuk meningkatkan hasil flying shoot siswa SDN Mekarharapan Kecamatan Tanjungsiang, Kabupaten Subang dan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan baru tentang hubungan power lengandan power tungkai terhadap hasil flying shoot bola tangan. 3. Secara umum dapat dijadikan sebagai sumber referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian selanjutnya. Selain hal itu hasil penelitian yang di peroleh di harapkan dapat memberikan sumbangan positif bagi pembinaan atlet bola tangan baik dalam memilih atlet, pengembangan pola latihan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan secara karakteristik dan latihan yang dilakukan dapat berjalan secara efektif dan efisien. 4. Secara khusus, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan. b. Untuk peneliti, dapat memberikan pengalaman baru dalam penyusunan karya tulis ilmiah. c. Guru pendidikan jasmani dalam upaya peningkatan kondisi fisik siswa yang berkaitan dengan calon-calon atlet bola tangan. d. Sebagai bahan perbandingan dengan faktor- faktor yang berkaitan dengan peningkatan hasil lompatan lompat jauh. E. Struktur Organisasi Skripsi Pada skripsi ini, penulis menjelaskan tentang Hubungan Power Lengan dan Power Tungkai terhadap hasil Flying Shoot Dalam Permainan Bola Tangan yang terdiri dari lima bab. Lima bab tersebut yaitu bab I pendahuluan, bab II kajian pustaka, bab III metode penelitian, bab IV hasil penelitian dan bab V simpulan dan saran. Untuk lebih jelasnya berikut penulis memaparkan struktur organisasi skripsi yang penulis buat.

9 SKRIPSI HubunganPower Lengandan Power Tungkai terhadap hasil Flying Shoot Dalam Permainan Bola Tangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Struktur Organisasi Skripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Desain Penelitian B. Partisipan dan Tempat Penelitian C. Populasi dan Sampel D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Prosedur Penelitian G. Analisis Data BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan B. Implikasi C. Rekomendasi BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Pendidikan Jasmani 2. Tujuan Pendidikan Jasmani 3. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani 4. Teori Belajar Gerak 5. Bola Tangan (Handball) 6. Jenis-Jenis Permainan Bola Tangan 7. Flying Shoot 8. Peranan dan Hubungan Power Lenganterhadap hasil Flying Shoot 9. Peranan dan Hubungan Power Tungkai terhadap hasil Flying Shoot B. Tinjauan Praktis C. Kerangka Berpikir D. Asumsi E. Hipotesis Tindakan BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Proses Pengumpulan Data B. Hasil Pengumpulan Data C. Analisis dan Hasil Pengolahan Data D. Pembahasan Gambar 1.1 Struktur Organisasi Skripsi

10