Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Hubungan Masyarakat. Ramdhan Muhaimin, M.Soc.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas EKONOMI. Program Studi MANAJEMEN. Nabil Ahmad Fauzi, M.Soc.

Modul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

Modul ke: Otonomi Daerah. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Otonomi Daerah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MODUL PERKULIAHAN 10. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Pendidikan Kewarganegaraan

Mata Kuliah Kewarganegaraan OTONOMI DAERAH. Modul ke: Panti Rahayu, SH, MH. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. EKONOMI AKUNTANSI. Modul ke: Fakultas. Program Studi

OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

MAKALAH CIVIC EDUCATION. Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI

RINA KURNIAWATI, SHI, MH

APA ITU DAERAH OTONOM?

Perekonomian Indonesia

KEWARGANEGARAAN. Modul ke: 12FEB OTONOMI DAERAH. Fakultas SYAMSUNASIR, S.SOS., M. M. Program Studi Management

Panduan diskusi kelompok

OTONOMI DAERAH PERTEMUAN 7

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pelayanan menjadi bahasan yang penting dalam penyelenggaraan

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

A. Latar Belakang Penyelenggaraan desentralisasi di Indonesia mensyaratkan pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah dengan Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB I PENDAHULUAN. monopoli dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat

ARTI PENTING OTODA - DESENTRALISASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

reformasi yang didasarkan pada Ketetapan MPR Nomor/XV/MPR/1998 berarti pada ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 menjadi dasar pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II SISTEM PEMERINTAH DAERAH & PENGUKURAN KINERJA. Daerah. Reformasi tersebut direalisasikan dengan ditetapkannya Undang

DESENTRALISASI. aris subagiyo

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dewan melainkan juga dipengaruhi latar belakang pendidikan dewan,

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. pengalokasian sumber daya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Otonomi

PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

MAKALAH PENDIDIKAN PACASILA. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI OTOMOMI Dosen Pembimbing : Drs. Tahajudin Sudibyo

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. ragam, untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN PUBLIK OLEH PEMERINTAH DAERAH MANAJEMEN PEMERINTAHAN DAN PELAYANAN PUBLIK

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Sistem pemerintahan daerah disarikan dari UU 32/2004 tentang

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KERJA SAMA DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan baik berupa Undang-Undang (UU) maupun

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I P E N D A H U L U A N

PENJELASAN ATAS RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN KERJA SAMA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KERJASAMA PEMERINTAH DAERAH DENGAN PIHAK LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya demokratisasi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

Desentralisasi dan Otonomi Daerah:

Transkripsi:

Modul ke: Otonomi Daerah Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang pengertian otonomi daerah pemahaman tentang alasan, tujuan, dan prinsip otonomi, penerapan otonomi daerah dan membedakan pembagian urusan pemerintahan. Fakultas DESAIN SENI KREATIF Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Program Studi DESAIN PRODUK www.mercubuana.ac.id

A. Pengertian Otonomi Daerah Otonomi secara sempit diartikan sebagai "mandiri", Dalam arti luas otonomi adalah "berdaya," Jadi otonomi daerah adalah pemberian kewenangan pemerintahan kepada pemerintah daerah untuk secara mandiri atau berdaya membuat keputusan mengenai kepentingan daerahnya. Desentralisasi menurut M. Turner dan D. Hulme adalah transfer/pemindahan kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa pelayanan kepada masyarakat dari pemerintah pusat kepada daerah. Sementara desentralisasi menurut Shahid javid Burki dan kawan-kawan adalah proses pemindahan kekuasaan politik, fiskal, dan administratif kepada unit dari pusat ke daerah.

B. Latar Belakang Otonomi Daerah Krisis ekonomi dan politik di Indonesia sejak tahun 1997 telah berlanjut menjadi multi-krisis, berakibat semakin rendahnya tingkat kemampuan dan kapasitas negara dalam menjamin kesinambungan pembangunan. Krisis tersebut salah satunya karena sistem manajemen negara dan pemerintahan yang sentralistik, di mana kewenangan dan pengelolaan segala sektor pembangunan berada pada pemerintah pusat, sementara daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengatur daerahnya. Sebagai respons dari krisis, pada masa reformasi dicanangkan kebijakan restruk-turisasi sistem pemerintahan, yaitu melaksanakan otonomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan antar pusat dan daerah.

C. Tujuan Dan Prinsip Otonomi Daerah Tujuan dilaksanakannya otonomi daerah: Mencegah pemusatan kekuasaan Menciptakan pemerintahan yang efisien Memperbesar peluang partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan Prinsip otonomi daerah Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan Pendidikan politik bagi masyarakat Menyediakan jenjang karier politk bagi politisi daerah Membangun stabilitas politik nasional Menciptakan kesetaraan politik antar pusat dan daerah Menciptakan kehidupan politik yang akuntabel, terbuka, terawasi dan dapat dipetanggung jawabkan serta demokratis

D. Perkembangan UU OTDA Nasional UU Nomor 1 Tahun 1945, ttg Pemerintahan Daerah. UU Nomor 22 Tahun 1948, ttg Susunan Pemda yang Demokratis. UU Nomor 1 Tahun 1957, ttg Pemerintahan Daerah. UU Nomor 18 Tahun 1965, ttg Pemerintahan Daerah. UU Nomor 5 Tahun 1974, ttg Pokok-pokok Penyelenggaraan Pemerintahan Pusat di Daerah. UU Nomor 22 Tahun 1999, ttg Otonomi Daerah. Dan UU Nomor 25 Tahun 1999, ttg Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. UU Nomor 32 Tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah. Dan UU Nomor 33 Tahun 2004 ttg Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

E. Model Desentralisasi Menurut Rondinelli, model desentralisasi ada 4 macam, yaitu: Dekonsentrasi yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah, dan atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu. Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi, yang tidak secara langsung berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Devolusi adalah transfer kewenangan untuk pengambilan keputusan, keuangan, dan manajemen kepada unit otonomi pemerintah daerah. Privatisasi adalah tindakan pemberian kewenangan dari pemerintah kepada badan-badan sukarela, swasta, dan swadaya masyarakat.

F. Pembagian Urusan Pemerintahan Urusan kewenangan Pemerintahan Pusat yang tidak diserahkan kepada daerah, meliputi enam bidang, yaitu: Politik Luar Negeri. Pertahanan. Keamanan. Yustisi. Moneter dan Fiskal Nasional. Agama.

G. Otonomi Daerah dan Demokratisasi Tujuan Otonomi Daerah adalah: Persamaan hak di bidang Politik bagi setiap warga negara baik di pusat maupun di daerah (political equality); Akuntabilitas kedaerahan yang terbuka, terawasi dan dapat dipertanggungjawabkan (local accountabilty); Peran serta masyarakat dalam menjalankan pemerintahan (local responsive) Syarat untuk mencapai tujuan ekonomi daerah adalah: Adanya kewenangan daerah (legal teritorial of power); Adanya lembaga perwakilan daerah/dprd (local representative body); Adanya lembaga eksekutif daerah/gubernur-bupati-walikota beserta perangkatnya (local executive leader)

Inti pelaksanaan otonomi daerah adalah keleluasaan pemerintah daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreatifitas dan peran serta aktif mayarakat

H. Implementasi Otonomi Daerah Otonomi Daerah tidak dirancang agar suatu daerah memiliki sifat seperti suatu negara. Pengawasan OTDA dilakukan secara hierarkis (bertingkat). Implementasi otonomi daerah dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) meliputi: Memberi wewenang kepada kepala daerah; Memiliki kebutuhan Sumber Daya Manusia dengan prinsip transpransi dan akuntabilitas; Bekerjasama membangun teamwork dan sinergi dalam tingkat daerah dan tingkat nasional; Menata struktur organisasi dan pelatihan Sumber Daya Manusia; Memperbaiki kinerja birokasi Mengurangi kesenjangan birokrasi

pada penerapannya otonomi daerah dalam penangulangan kemiskinan menggunakan prinsip-prinsip pemberdayaan wanita dan memudahkan akses keluarga miskin untuk berusaha, melalui program terpadu dengan peran serta masyarakat dan swasta untuk membangun paradigma baru dalam pelayanan masyarakat serta memberikan legitimasi kepada lembaga swadaya mayarakat (LSM) untuk mendata keluarga miskin, sehingga diperoleh data yang obyektif guna kepentingan penanggulangan kemiskinan. Membangun kerja sama antara DPRD dan kepala daerah dalam prinsip transparansi dan akuntabilitas sehingga tercipta kompromi politik yang sinergis dan menjunjung etika.

Implementasi otonomi daerah dalam membangun kerja sama tim dilakukan dengan cara: Melakukan koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah (PEMDA) Melakukan koordinasi antara pemerintah daerah (PEMDA) dengan pemerintah daerah (PEMDA) Melakukan koordinasi antara pemerintah daerah (PEMDA) dengan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)

Terima Kasih Aji Wicaksono, S.H., M.Hum.