BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwisata Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya manusia untuk memperluas cakrawala

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. di SMK masih sangat konvensional, bahkan ada yang membiarkan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN SISWA KELAS XII SMK NASIONAL BERBAH TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan anggaran 20% APBN untuk. pendidikan. Dalam Undang-Undang 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2 yang

KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK DI KABUPATEN BANDUNG

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Asyarullah Saefudin, 2014

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak negatif khususnya terhadap negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk menghadapi zaman globalisasi, dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin tinggi seperti sekarang ini, suatu negara harus mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Bangsa Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar dapat mempertahankan eksistensinya.sumber daya manusia yang unggul dan berkualitas merupakan kunci utama yang diperlukan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.oleh karena itu, manusia harus dapat meningkatkan keterampilan, pengetahuan, nilai-nilai, sikap, dan kompetensi yang dimilikinya sehingga dapat menyikapi perubahan yang terjadi dalam lingkungannya dengan baik. Dengan adanya zaman globalisasi ini menyebabkan persaingan yang semakin ketat di dalam dunia kerja.persaingan yang terjadi di dunia kerja menuntut tenaga kerja yang unggul dan berkualitas.tenaga kerja yang kalah dalam bersaing dan tidak dapat terserap oleh dunia kerja menyebabkan terjadinya pengangguran.apalagi setelah terjadinya krisis global ini, angka pengangguran terdidik semakin serius. Seperti yang disebutkan dalam wacana sebagai berikut: Tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), Indonesia sebenarnya sudah dihadapkan pada ancaman ledakan pengangguran terdidik yang semakin tinggi. Ancaman itu semakin serius dengan adanya krisis global. (Sumber: Kompas, Kamis, 11 Desember 2008). Tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas dapat diciptakan melalui pendidikan. Karena dalam pendidikan akan terdapat proses pembelajaran yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

2 sehingga akan tercipta sumber daya manusia yang mempunyai kecakapan, kreatif, dan mandiri sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki peran penting dalam menyiapkan lulusan sebagai tenaga kerja yang siap pakai dalam bidang dan jenjang pendidikannya.namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa masih banyaknya lulusan yang belum bekerja sehingga menyebabkan terjadinya pengangguran struktural yaitu pengangguran yang disebabkan oleh penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Banyaknya lulusan yang belum mendapatkan pekerjaan menyebabkan angka pengangguran di Indonesia yang cukup tinggi. Berikut ini adalah data penduduk menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan tahun 2012-2013: Tabel 1.1 Data Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang DitamatkanTahun 2012-2013 No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 1 Tidak/belum pernah sekolah 2 Belum/tidak tamat SD 3 SD 4 SMP 5 SMA 6 SMK 2012 2013 Februari ( % ) Agustus ( % ) Februari ( % ) 1,62 1,14 1,53 7,76 6,95 7,16 18,59 20,01 19,83 22,54 23,48 25,42 26,05 25,29 25,68 13,01 14,37 11,81

3 7 Diploma I,II,III/Akademi 3,32 2,72 2,69 8 Universitas 7,12 6,05 5,88 Total 6,32 6,14 5,92 Sumber: Dokumen Badan Pusat Statistik 2013 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2012 bulan Februari sebanyak 7.614.241 orang atau 6,32% dan padabulan Agustus tahun 2012 terjadi penurunan sebanyak 0,18% menjadi 6,14%, dan pada tahun 2013 bulan Februari juga terjadi penurunan sebanyak 0,22% menjadi 5,92%. Sehingga dapat diartikan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2012 sampai tahun 2013 mengalami penurunan, namun angka7.170.523 atau 5,92%masih merupakan jumlah pengangguran yang cukup tinggi untuk Indonesia. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui pula bahwa jumlah pengangguran dari lulusan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) pada bulan Februari 2012 sebanyak 990.325 orang (13,01%). Pada bulan Agustus 2012 terjadi peningkatan sebanyak 50.940 sehingga menjadi 1.041.265 orang (14,37%). Pada bulan Februari 2013 terjadi penurunan menjadi 847.052 orang (11,81%). Secara keseluruhan jumlah pengangguran cenderung mengalami penurunan pada bulan Februari 2013, namun untuk lulusan SMA, SMP, dan SD ke bawah mengalami peningkatan. Untuk mengatasi masalah pengangguran pemerintah sebaiknya menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak danmendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus elektronik, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang didirikan di daerah - daerah selama beberapa bulan. Dengan cara ini orang yang tidak berpendidikan tinggi nantinyabisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah dapatkan dari pelatihan tersebut. Selain program dari pemerintah, masyarakat pun diharapkan dapat berpartisipasi untuk menyerap tenaga kerja yang menganggur dengan cara menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain yaitu dengan cara berwirausaha.

4 Menurut Schumpeter (Alma, 2009: 24), seorang wirausaha adalah orang yangmelihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untukmemanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan menurut Zimmerer (Kasmir, 2008:17), kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha). Dengan berwirausaha maka akan tercipta lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja yang masih menganggur. Namun, minat untuk berwirausaha masyarakat Indonesia masih rendah. Ini terlihat dari jumlah wirausahawan yang tidak begitu tinggi, seperti yang dinyatakan oleh Hendro (2011:5) di bawah ini: Perkembangan prosentase jumlah wirausahawan di Indonesia tidak begitu pesat. Padahal jumlah wirausahawan yang mandiri dan sukses akan menjadi lokomotif ekonomi Indonesia yang mampu mengatasi tingkat pengangguran pasif maupun aktif dan pada akhirnya mampu mengatasi tingkat kemiskinan yang absolut atau permanen. Jumlah wirausahawan yang rendah dikarenakan minat berwirausaha masyarakat yang masih kurang.hal ini disebabkan adanya beberapa pendapat masyarakat yang memandang sebelah mata terhadap profesi wirausaha.pada kenyataannya masyarakat lebih memilih profesi sebagai pegawai baik pegawai negeri maupun pegawai swasta karena merupakan profesi yang lebih dipandang dan diminati oleh masyarakat sekitar.begitupun pandangan sebagian orang tua yang menyekolahkan anaknya hingga jenjang yang tinggi agar kelak menjadi pegawai negeri maupun swasta. Untuk menghadapi masalah pengangguran yang cukup serius, Martanti (2008:5) yang dikutip oleh Bona Januar juga mengemukakan bahwa: Salah satu terobosan yang perlu dilakukan untuk mengatasi pengangguran di negeri ini adalah dengan membuka lapangan kerja baru, melatih tenagatenaga muda untuk menjadi entrepreneurship dalam setiap jenjang pendidikan terutama pendidikan menengah kejuruan (SMK) adalah hal mutlak yang dilakukan.

5 Salah satu lembaga pendidikan formal tingkat menengah adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 menyebutkan bahwa, Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu. Sedangkan tujuan dari SMK seperti yang tercantum dalam kurikulum SMK Dikmenjur (2008:9) menyatakan bahwa SMK bertujuan untuk menciptakan siswa atau lulusan: 1. Memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. 2. Mampu memilih karier, mampu berkompetensi dan mengembangkan diri. 3. Menjadi tenaga kerja tingkat menengah untuk mengisi kebutuhan dunia usaha/dunia industri saat ini dan masa yang akan datang. 4. Menjadi tenaga kerja yang produktif, adaptif, dan kreatif. Namun, melihat pada Tabel 1.1 diatas menunjukkan bahwa angka pengangguran dari lulusan SMK cukup tinggi.hal ini dikarenakan para lulusan yang tidak diterima ketika melamar pekerjaan yang mungkin karena belum memenuhi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.mereka hanya menunggu dan berusaha untuk diterima bekerja di dunia usaha/dunia industri saja.mereka tidak berminat untuk mendirikan suatu usaha.minat untuk mendirikan usaha kecilkecilan atau berwirausaha dapat dikatakan masih sangat kurang. Kenyataan yang sama juga terjadi pada salah satu SMK di Kota Bandung. SMK Bina Warga Bandung adalah sekolah menengah kejuruan swasta kelompok bisnis dan manajemen, yang mendapatkan akreditasi A dan menjadi salah satu sekolah swasta unggulan di Kota Bandung. Berikut ini adalah data rekapitulasi penelusuran tamatan/lulusan SMK Bina Warga Bandung tahun pelajaran 2010-2011: Tabel 1.2 Rekapitulasi KeterserapanLulusan/Tamatan SMK Bina Warga Bandung

6 Tahun Pelajaran 2010/2011 Keterangan Jumlah Persentase Bekerja 124 47,88 % Wirausaha 3 1,16 % Kuliah 16 6,18 % Tidak Diketahui 116 44,79 % Jumlah 259 100 % Sumber: Dokumen SMK Bina Warga Bandung, 2011 Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa sebanyak 55,21% dari jumlah lulusan telah melapor kepada BKK SMK Bina Warga Bandung. Sisanya sebanyak 44,79% lulusan belum memberikan informasi ke BKK bahwa yang bersangkutan telah bekerja, berwirausaha, atau melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dari data tersebut diketahui bahwa lulusan yang bekerja di dunia usaha/dunia industri sebanyak 47,88%, berwirausaha sebanyak 1,16%, dan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sebanyak 6,18%. Dapat disimpulkan bahwa minat berwirausaha para lulusan sangat rendah yaitu sebanyak 1,16%. Untuk menciptakan lulusan SMK yang berkompeten dan siap kerja, Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan menyelenggarakan pendidikan dalam bentuk Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Dalam Pendidikan Sistem Ganda, dipadukan secara sistematik dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan belajar langsung pada bidang pekerjaan yang relevan dan terarah untuk mencapai penguasaan kemampuan keahlian tertentu.pendidikan sistem ganda ini diimplementasikan dalam bentuk programpraktik Kerja Industri (Prakerin). Dalam buku jurnal praktik kerja industri (2010:2) disebutkan bahwa tujuan praktik kerja industri adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional. 2. Memperkokoh Link and Match antara sekolah dengan dunia usaha dan dunia industri 3. Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional.

7 4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan. SMK Bina Warga Bandung sebagai lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga kerja dan wirausahawan dituntut untuk menyiapkan lulusan siap kerja dan mampu berusaha mandiri dengan tingkat intensi berwirausaha yang tinggi.menurut Katz & Gartner (dalam Indarti dan Rostiani, 2008:4) intensi kewirausahaan diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha.berdasarkan Entrepreneurial Intention Based Models yang digagas oleh Linan, faktor-faktor yang mempengaruhi intensi berwirausaha seseorang digambarkan seperti di bawah ini : Entrepreneurial Knowledge Perceived Desirability Personal Attitude Perceived Social Norms Entrepreneurial Intention Perceived Feasibility (self-efficacy) Gambar 1.1 Entrepreneurial Intention-Based Models Sumber: Linan (2005) Dalam model Entrepreneurial Intention-Based Models, intensi seseorang untuk berwirausaha dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitusikapnya dalam memandang kewirausahaan (Personal Attitude) dan persepsinya tentang norma sosial yang mempengaruhinya dalam memandang kewirausahaan (Perceived Social Norms) yang merupakan bagian dari persepsi keinginan (Perceived Desirability), serta persepsi tentang kelayakan atau kemampuan dirinya dalam berwirausaha (Perceived Feasibility/ Self Efficacy). Untuk membentuk intensi ini

8 tentunya didahului dengan adanya minat dalam diri seseorang untuk menjadi wirausaha. Slameto (2003:14) menyatakan bahwa: Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan dunia luar diri. Semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut semakin besar minat. Dalam melaksanakan kegiatan praktik kerja industri siswa belajar mempraktikkan dan mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah di dunia industri. Siswa dapat melihat dan memahami kegiatan nyata yang akan terjadi di dalam dunia usaha/dunia industri yang akan dijalaninya kelak ketika lulus sekolah. Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan minat siswa dalam berwirausaha nantinya.alma (2009: 9) menyatakan bahwa faktor yang dapat mendorong untuk membuka usaha atau menjadi seorang wirausaha dipengaruhi oleh dorongan dari keluarga, pengalaman, keadaan ekonomi, keadaan lapangan kerja dan sumber daya yang tersedia.oleh karena itu, pengalaman yang didapat siswa ketika melaksanakan praktik kerja industri dan keadaan lingkungan kerja di tempat prakerin dapat menumbuhkan minat berwirausaha siswa. Selain itu, untuk menumbuhkan minat berwirausaha siswa tidak hanya dengan pemberian teori di dalam kelas saja namun ada beberapa tahapan yang harus dilalui dan diluar lingkungan sekolah sehingga siswa dapat memahami lingkungan kerja yang sebenarnya yang akan dihadapi, seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2002:16) berikut ini: Untuk membentuk minat kewirausahaan adalah dimulai dengan tahapan pemahaman teori, studi kasus, dan pemberian motivasi, ketiga tahapan ini dapat dilakukan di sekolah. Sedangkan tahap keempat adalah dengan magang (Prakerin), yaitu belajar melalui perbuatan sesuatu, sebab hal ini keliru untuk menganggap bahwa segala sesuatu yang perlu diketahui dalam hidup ini dapat diajarkan melalui pendidikan di lingkungan sekolah saja.artinya siswa harus mencarinya sendiri dan menemuinya dalam praktik kehidupan yang sebenarnya.dengan demikian, melalui praktik kerja industri ini siswa diharapkan mampu untuk memahami lingkungan kerja yang sebenarnya.

9 Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain yang dilakukan oleh Isky Fadli Fu adi, dkk (2009). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat hubungan yang signifikan antara minat berwirausaha dengan prestasi praktik industri siswa kelas XII yaitu sebesar 0,662.Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Aditya Indra Putra (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari praktik kerja industri terhadap minat berwirausaha sebesar 43,32%. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahardhika Setia Kusumawardani dan Umi Rochayati (2012) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara prestasi praktik kerja industri dan prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha yang ditunjukkan dengan nilai korelasi sebesar 0,428 dan sumbangan efektif sebesar 18,4%. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Dewangga(2011) menunjukkan hasil bahwa prestasi praktik kerja industri berpengaruh sebesar 26,73% terhadap minat berwirausaha siswa kelas XII di SMK Negeri 11 Bandung. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudulpengaruh Prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) terhadap Minat Berwirausaha Siswa Kelas XI AkuntansiSMK Bina Warga Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah diatas, diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran prestasi Praktik Kerja Industri siswa kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014 2. Bagaimana gambaran minat berwirausaha siswa kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014

10 3. Bagaimana pengaruh prestasi Praktik Kerja Industri terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI AkuntansiSMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan melakukan kajian secara ilmiah tentang variabel prestasi Prakerin (Praktik Kerja Industri) dan variabel minat berwirausaha serta pengaruh antara kedua variabel tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memperoleh gambaran prestasi Praktik Kerja Industri siswa kelas XI Akuntansi SMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014 2. Memperoleh gambaran minat berwirausaha siswa kelas XI AkuntansiSMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014 3. Memverifikasi seberapa besar pengaruh prestasi Praktik Kerja Industri terhadap minat berwirausaha siswa kelas XI AkuntansiSMK Bina Warga Bandung tahun ajaran 2013/2014 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu kajian untuk menambah pengetahuan tentang praktik kerja industri dan minat berwirausaha serta sebagai kajian bagi peneliti lainnya dan masyarakat luas dalam mengembangkan bidang kajian yang sejenis. 2. Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan tentang prestasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan minat

11 berwirausaha siswa yang bermanfaat untuk mengambil kebijakan dalam pengembangan program Praktik Kerja Industri (Prakerin) dan peningkatan minat berwirausaha siswa setelah lulus sekolah dalam mengurangi pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan. b. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan masukan tentang pentingnya melaksanakan Praktik Kerja Industri (Prakerin) sehingga dapat meningkatkan minat berwirausaha siswa.