BAB I PENDAHULUAN. keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era industrialisasi seperti sekarang ini, Rumah Sakit menjadi institusi

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi stres kerja yang dihadapinya. Berdasarkan hasil penelitian yang

BAB I. padat pakar dan padat modal. Kompleksitas ini muncul karena pelayanan di. Rumah sakit sebagai salah satu sub sistem pelayanan kesehatan

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai. sumber daya manusia.(depkes,2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang setiap hariberhubungan dengan pasien. Rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Keperawatan merupakan salah satu profesi yang. memberikan pelayanan keperawatan dan menyelengarakan pelayanan

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penunjang. Menurut Para Ahli Rumah sakit adalah suatu organisasi tenaga medis

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang tidak jelas, dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan. menekan sistem kekebalan tubuh (Wardhana, 2010).

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dan gawat darurat (Undang - Undang No 44 tahun 2009). Rumah sakit didirikan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Coping Mechanism adalah tingkah laku atau tindakan penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pekerja kesehatan rumah sakit yang terbanyak adalah perawat yang berjumlah

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua merupakan sosok yang paling terdekat dengan anak. Baik Ibu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

GAMBARAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT DIRUANG RAWAT INAP LANTAI 5 BLOK C RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA JAKARTA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tuntutan kehidupan (Sunaryo, 2013). Menurut Nasir & Muhith (2011) stres

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan profesi perawat sering dianggap biasa saja, walaupun pada

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi atau komunitas. ANA (American nurses

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (POLRI) sangatlah penting. Kehadiran POLRI dirasakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah manusia akan dapat melakukan segala sesuatu secara optimal. Menjadi seorang perawat adalah sebuah pekerjaan yang begitu mulia, seorang perawat dituntut untuk selalu bersikap ramah terhadap semua orang dan terlebih kepada pasien tersebut, serta dapat memberikan rasa aman agar pasien tidak mengalami kecemasan, kegelisahan atau rasa takut, seorang perawat juga dituntut untuk dapat berbicara dengan suara lembut dan murah senyum. Bagaimana jika pasien yang dihadapi oleh seorang perawat tersebut adalah seorang pasien yang menderita gangguan jiwa dimana seorang manusia yang mengalami gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku serta pikiran yang terganggu. Penderita dengan gangguan jiwa mengalami persepsi dan perhatian yang keliru dan juga afek datar yang tidak sesuai serta gangguan aktivitas motorik yang bizarre (Davison, 2010). Penelitian yang dilakukan The National Institute Occupational Safety and Health (NIOSH) menunjukkan bahwa pekerjaan-pekerjaan yang 1

2 berhubungan dengan rumah sakit atau kesehatan memiliki kecenderungan tinggi untuk terkena stres kerja atau depresi (Rahman 2010), sedangkan American National Association for Occupational Health (ANAOH) menempatkan kejadian stres kerja pada perawat berada diurutan paling atas pada empat puluh pertama kasus stres kerja pada pekerja. Stres dapat diartikan sebagai suatu reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan dan ketegangan emosi (Sunaryo, 2004). Timbulnya stress pada seseorang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor pemicu. Menurut Girdano berdasarakan faktor pemicunya stres secara umum dapat dibagi menjadi empat jenis stres yaitu: stres kepribadian (personality stress), stres psikososial (psychosocial stress), stres bioekologi (bio-ecological stress) dan stres kerja (job stress) (Hilda, 2008). Antara keempat jenis stres di atas stres kerja merupakan salah satu jenis stres yang banyak ditemui, terutama di negara-negara maju. Beehr dan Franz mendefinisikan stres kerja sebagai suatu proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja atau situasi kerja yang tertentu (Atok, 2010). Hal ini bisa disebabkan oleh tugas-tugas perawat yang sering monoton dan kondisi ruangan yang sempit, biasa dirasakan oleh perawat yang bertugas di bagian bangsal. Menurut Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI,2006). Sebanyak 50,9% perawat di Indonesia yang bekerja mengalami stres kerja, sering merasa pusing, lelah, kurang ramah, kurang istirahat akibat beban kerja terlalu tinggi serta penghasilan yang tidak

3 memadai. Frasser (1997) menjelaskan bahwa 74% perawat mengalami kejadian stress, yang sumber utamanya adalah lingkungan kerja yang menuntut kekuatan fisik dan keterampilan. Pada penelitian yang dilakukan pada perawat-perawat yang bekerja di rumah sakit jiwa, Dawkins dkk tahun 1998 melacak enam kategori stresor pada perawat jiwa, yaitu karakteristik pasien yang negatif, masalah pengorganisasian administrasi, keterbatasan sumber daya, penampilan staf, konflik staf dan masalah penjadwalan (Rahman, 2010). Pada penelitian yang dilakukan Azhar (2010) tentang gambaran stres perawat di rumah sakit jiwa, dari 54 perawat yang diberikan kuesioner tentang pengukuran tingkat stres, didapati 13 perawat mengalami stres. Penelitian yang dilakukan Kusumawati (2008) tentang Stres Perawat di Instalasi Rawat Inap RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang didapati bahwa gejala yang timbul pada stres perawat pada penanganan pasien dengan perilaku kekerasan yang dijumpai di rumah sakit jiwa meliputi sedih, menghindar, emosi, marah, kelelahan, lebih waspada, intonasi suara jadi tinggi, berpikir tidak realistis, dan khawatir. Para perawat berpendapat bahwa pasien rumah sakit jiwa tidak akan tahu ketika dia di bentak atau di marahi, jadi menurut perawat membentak pasien itu adalah suatu hal yang biasa dilakukan (wawancara yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2012). Menurut Handoko (2006) stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seseorang. Hasilnya, stres

4 yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, yang akhirnya menggangu pelaksanaan tugastugasnya, berarti mengganggu prestasi kerjanya. Perawat sebagai subjek yang berperan dalam pemberian pelayanan kesehatan, mengemban tugas serta peranan yang berat, dimana perawat juga mengemban tugas sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Tuntutan hidup yang sedemikian kompleks akibat tugas dan beban moral yang diemban oleh para perawat dapat menimbulkan stres atau tekanan mental (Insnovijanti,2002). Dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan, pelayanan di instalasi rawat inap merupakan bagian pelayanan kesehatan yang cukup dominan. Karena pelayanan instalasi rawat inap merupakan pelayanan yang sangat kompleks dan memberikan kontribusi yang paling besar bagi kesembuhan pasien rawat inap. Peranan seorang perawat saat melayani pasien di rawat inap (opname) sangatlah berpengaruh terhadap kesembuhan pasien tersebut. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perawat merupakan ujung tombak pelayanan Rumah Sakit karena selalu berinteraksi secara langsung dengan pasien, keluarga pasien, dokter dan tenaga kerja lainnya. Perawat mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dan dituntut bekerja secara profesional dalam memberikan pelayanan terhadap pasien. Perkembangan tenaga perawat menjadi profesi telah disepakati pada Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983, dengan definisi bahwa keperawatan berbentuk pelayanan bio psiko sosial spiritual yang

5 komprehensif, dimana tugas dan tanggung jawab perawat serta peran perawat dalam memberikan pelayanan cukup menunjang kesembuhan pasien. Pelayanan ini ditujukan kepada individu, keluarga,dan masyarakat baik yang sakit maupun sehat mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pekerjaan seorang perawat sangatlah berat. Dari satu sisi, seorang perawat harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang dirawatnya. Di sisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap terjaga. Agar perawat psikiatri dapat menjalankan rutinitasnya dengan optimal, perlu adanya koping stres proses dimana individu berusaha melakukan manajemen perceived discrepancy (ketidakcocokan/dirasakan adanya perbedaan) dalam tuntutan dan sumber daya pada situasi yang membuat tertekan Dengan melalui koping, perawat dapat menunjuk pada berbagai upaya, baik mental maupun perilaku untuk mengatasi, mentoleransi, mengurangi, atau meminimalisasikan suatu situasi atau kejadian yang penuh tekanan. Dengan kata lain kita berusaha untuk menangani dan menguasai situasi strss yang menekan akibat dari masalah yang sdang kita hadapi, dengan cara melakukan perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman psikologis (Zainun,2007). Koping juga dapat diartikan sebagai respon yang bersifat prilaku psikologis untuk menguragi tekanan yanf sifatnya dinamis (Pramadi, 2003).

6 Dalam koping sendiri terdapat dua golongan yaitu problem solving dan focused coping (dimana individu secara aktif mencari penyelsaian dari masalah untuk menghilangkan suatu kondisi atau situasi yang menimbulkan stres) atau respon yang berusaha memodifikasi sumber stres dengan menghadapi situasi yang sebenarnya (Andrian, 2003). Merupakan perilaku individu baik yang berbentuk pikiran, perasaan, sikap maupun tindakan dalam upaya mengatasi, menahan atau menurunkan efek negative dari situasi yang mengancam. (Andrian, 2003). Dan Emotion- focused coping (dimana individu melibatkan usahausaha untuk mengatur emosinya dalam rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan. Ke dua cara inilah yang digunakan individu untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan dalam berbagai ruang lingkup dalam kehidupan sehari-hari (Zainun, 2003). Dan dapat diartikan sebagai respons yang mengendalikan penyebab strees yang berhubungan dengan emosi dan usaha memelihara keseimbangan yang efektif. Dukungan sosial terdiri atas informasi atau nasehat verbal/non verbal, bantuan nyata yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi individu. Jenis dukungan ini adalah, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dan dukungan informatif.(andrian,2003).

7 Berdasarkan paparan di atas mendorong untuk meneliti lebih lanjut mengenai tingkat stres kerja pada perawat, dan penelitian tingkat stres ini ditujukan bagi perawat yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa. B. Rumusan Masalah Bedasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan koping mekanisme ditinjau dari stres kerja perawat Rumah Sakit Jiwa Menur?. C. Keaslian penelitian Pada penelitian sebelumnya tentang stres kerja oleh Kasmarani (2012) dengan Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stres Kerja Pada Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden diketahui memiliki umur 25-29 tahun sebesar 46,2%, masa kerja <6 tahun 73,1%, pendidikan D3 96,2%, jenis kelamin laki-laki 73,1%. Perawat dengan beban kerja fisik ringan 96,2%, beban kerja mental tinggi 70,1% dan tidak mengalami stres kerja 70,1%. Hasil analisis statistk menunjukkan bahwa tidak ada hubungan beban kerja fisik dan ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja perawat di IGD RSUD Cianjur. Penelitian selanjutnya juga oleh Kristanto (2012) Faktor-Faktor Penyebab Stres Kerja Pada Perawat ICU Rumah Sakit Tipe C di Kota Semarang. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga factor yang menyebabkan stress

8 kerja yang pertama yaitu, factor sikap kerja, faktr kedua yaitu, dukungan social baik dari keliuarga maupun lingkungan sekitar, dan yang ketiga yaitu yang terbentuk dari pengalaman. Saribu (2012) Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat Pelaksana di Ruang IGD dan ICU RSUD Haji Abdul Manan Simatupang Kisaran. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara. Berdasarkan dari hasil peelitia diperoleh Hasil analisa data dengan uji statistik univariat untuk beban kerja menunjukkan bahwa rata-rata beban kerja perawat pelaksana berada pada kategori sedang yaitu 47,27. Sedangkan untuk stres kerja, ratarata berada pada kategori tidak mengalami stres kerja yaitu 64,90. Hasil uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan stres kerja perawat. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa beban kerja memiliki hubungan yang kuat dengan stres kerja perawat.penelitian ini direkomendasikan bagi rumah sakit sebagai bahan pertimbanganpihak manajemen rumah sakit untuk menyesuaikan beban kerja dengan kemampuan dan keahlian perawat sehingga stres kerja tidak terjadi. Fitriani (2009).Hubungan antara Tingkat Hardiness dengan Stres pada Perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara tingkat dengan stres padaperawat. Setiap domain juga berhubungan secara signifikan denganstres pada perawat, dimana domain

9 komitmen merupakan domain yang paling berhubungansecara signifikan dengan stres pada perawat. D. Tujuan penelitian Berdasarkan permasalahan yang dibahas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan koping mekanisme ditinjau dari stres kerja perawat Rumah Sakit Jiwa Menur. E. Manfaat penelitian Manfaat teoritis : Menambah khasanah pengetahuan dalam psikologi, terutama bagi perkembangan kajian psikologi klinis. Manfaat praktis : a. Sebagai informasi dan masukan penting bagi perawat, khususnya para perawat psikiatri agar dapat memilih koping apa yang akan digunakan ketika mengalami stres. b. Bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Jiwa mengenai tingkat stres kerja pada perawat di Rumah Sakit Jiwa. F. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan pemahaman dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan menjadi lima bab yang teratur sedemikian rupa, pada tiap-tiap bab dibagi atas beberapa sub, sehingga semuanya saling bekaitan dan merupakan satu kesatuan yang saling menopang, dengan maksud agar mudah untuk dipahami. Masing-masing bab berisi pembahasan sebagai berikut :

10 BAB I: PENDAHULUAN Pada bab ini penulis membahas tentang latar belakang masalah yang merupakan penjelasan dari realita di lapangan, yang berisi mengenai hal-hal yang terkait dengan landasan berpikir berdasarkan fenomena dan dan kajian pendahuluan sebagai acuan dalam melaksanakan penelitian. Di samping itu juga menjelaskan unsur- unsur yang menjadi syarat sebuah penelitian, dan sistematika pembahasan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini penulis menjelaskan tentang landasan pustaka yang berisikan teori tentang stres kerja dan koping mekanisme yang terdiri dari pengertian stres kerja, unsur stres, gejala stres, sumber stres, faktor yang menyebaban stres, jenis stres, dampak stres, dan tingkat stres. Serta pengertian koping mekanisme, jenis kopng, faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan koping mekanisme, relevansi penelitian terdahulu, serta kerangka teoritik dan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN. Pada bab ini berisi uraian tentang rancangan penelitian, subjek penelitian, instrument pengumpulan data, uji validitas, uji reliabiltas dan teknik analisis data yang dugunakan untu menguji hipotesis.

11 BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini peneliti menjelaskan tentang hasil penelitian yang berisikan persiapan dan pelksanaan penelitian serta deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil yang diperoleh. BAB V: PENUTUP Pada bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan dan saran.