KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

LOGO. Musrenbang Provinsi DKI Jakarta,

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 148 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Setyanta Nugraha Kepala Biro Analisa APBN Sekretariat Jenderal DPR RI

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2005 Nomor 89, Tambaha

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indo

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 95/Perrrentan/ar.140/12/2011 TENTANG

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71 TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2010 TENTANG

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

KERANGKA RPJMN DALAM RPJPN RPJM

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 70/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDINESIA,

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Tugas Pembantuan. Pembangunan. Pengembangan. Pengelolaan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 01/Permentan/KU.410/1/2009 TENTANG

BAB IV KAIDAH PELAKSANAAN

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 42 TAHUN No. 42, 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN OLEH SEKRETARIS DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM

2012, No sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH

Transkripsi:

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

DASAR PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN (Pasal 4 UUD 1945 dan Pasal 5 UU 23 Thn 2014 ttg Pemerintahan Daerah); Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan Pasal 18 (1) UUD 45 NKRI dibagi atas daerah-daerah PROV & daerah PROV itu dibagi atas KAB/KOTA, yg tiap-tiap PROV, KAB & KOTA itu mempunyai pemerintahan daerah yg diatur dgn UU. Pasal 18 (2) UUD 45 PEMDA Prov. Kab./Kota mengatur & mengurus sendiri URUSAN PEMERINTAHAN menurut asas Otonomi dan TUGAS PEMBANTUAN. Pasal 18 (5) UUD 45 PEMDA menjalankan OTDA seluas-luasnya kecuali URUSAN PEMERINTAHAN yang oleh UU ditentukan sebagai URUSAN PEMERINTAH PUSAT 2

KLASIFIKASI URUSAN PEMERINTAHAN 1. Urusan Pemerintahan absolut/mutlak/penuh/tidak dapat diserahkan kepada Daerah. 2. Urusan Pemerintahan konkuren/bersama diluar urusan pemerintahan absolut 3. Urusan Pemerintahan Umum 3

CAKUPAN URUSAN PEMERINTAHAN 1. Urusan Pemerintahan absolut/mutlak/penuh/tidak diserahkan kepada Daerah terdiri dari: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c. keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; dan f. agama Sebagian urusan pemerintahan absolut/mutlak/penuh dapat dilimpahkan kepada kepala instansi vertikal di daerah, seperti: Kakanwil Agama, Kajati, Pangdam, Kapolda, Kakanwil Bea dan Cukai, Kakanwil Anggaran, dengan jajarannya, atau dilimpahkan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi 4

2. Urusan Pemerintahan konkuren/bersama Urusan pemerintahan ini mencakup seluruh urusan pemerintahan yang tidak termasuk dalam butir 1 (urusan pemerintahan absolut), seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum (kimpraswil), pertanian, pertanahan, kehutanan, perkebunan, industri dan perdagangan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, ketenagakerjaan, perhubungan, koperasi, lingkungan hidup, penanaman modal, pariwisata, kebudayaan, dll. 5

3. Urusan Pemerintaahan Umum, yaitu urusan terkait menjaga 4 pilar bangsa termasuk vrij bestuur yang dilimpahkan oleh Presiden kepada Gubernur dan Bupati/Walikota, meliputi : a. Pembinaan Wawasan Kebangsaan dan Ketahanan Nasional; b. Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa; c. Pembinaan Kerukunan Antar Suku dan Intra Suku, Ummat Beragama, Ras dan Golongan; d. Penanganan Konflik Sosial; e. Koordinasi pelaksanaan tugas antar instansi pemerintahan di daerah; f. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; g. Pelaksanaan semua urusan pemerintahan yg bukan merupakan kewenangan daerah & tidak dilaksanakan oleh instansi vertikal.

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN (Berdasarkan UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah) URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT (Mutlak urusan Pusat) CONCURRENT (Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) URUSAN PEMERINTAHAN UMUM - PERTAHANAN - KEAMANAN - MONETER - YUSTISI - POLITIK LUAR NEGERI - AGAMA PILIHAN/OPTIONAL (Sektor Unggulan) Contoh: Kehutanan, Pertambangan Perkebunan, Industri, Perdagangan, Pariwisata, Kelautan, Transmigrasi Dsb WAJIB/ OBLIGATORY PELAYANAN DASAR pendidikan; kesehatan; PU, & penataan ruang; perumahan rakyat dan kawasan permukiman;trantib umum, dan Linmas sosial. (dilaksanakan dengan SPM) NON PELAYANAN DASAR tenaga kerja; pangan; Pertanahan; Lingkungan Hidup; dsb 7

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN/BERSAMA 1. Pemerintah mempunyai kewenangan menyusun standar, norma, prosedur, monitoring dan evaluasi, supervisi dan pengawasan, serta fasilitasi penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan konkuren/bersama yang dilaksanakan oleh Daerah. Selain daripada itu Pemerintah juga mempunyai kewenangan melaksanakan sebagian urusan-urusan pemerintahan konkuren/bersama yang bersifat lintas provinsi, seperti dibidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum (kimpraswil), pertanian, pertanahan, kehutanan, perkebunan, industri dan perdagangan, kelautan dan perikanan, pertambangan dan energi, ketenagakerjaan, perhubungan, telekomunikasi, koperasi, lingkungan hidup, penanaman modal, pariwisata, kebudayaan, dll. 2. Pemerintah dapat melimpahkan sebagian kewenangan penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren/bersama yang menjadi kewenangannya kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah di Daerah melalui dekonsentrasi atau menugaskan kepada Daerah melalui tugas pembantuan. 3. Pemerintahan Provinsi mempunyai kewenangan melaksanakan sebagian urusanurusan pemerintahan konkuren/bersama yang berdampak provinsi. 4. Pemerintahan Kabupaten/Kota mempunyai kewenangan melaksanakan sebagian urusan-urusan pemerintahan konkuren/bersama yang berdampak lokal (kabupaten/kota). 8

PRINSIP PENYELENGGARAAN 1. Pemerintah menyelenggarakan urusan yg menjadi kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 2. Penyelenggaraan dekonsentrasi dilakukan melalui pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan Kementrian atau lembaga. 3. Penyelenggaraan TP dilakukan melalui penugasan sebagian urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan pemberi tugas pembantuan dari Pemerintah ke daerah, dari pemerintah Provinsi kpd Kab/Kota. 4. Kementrian/lembaga menetapkan NSPK pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. 5. Pembiayaan dekon dan TP dibebankan kepada anggaran K/L. 6. Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dilakukan oleh Perangkat Gub sbg Wakil Pusat atas penetapan Gubernur. 7. Urusan pemerintahan yg dilimpahkan ke Gubernur sbg wakil Pusat tidak boleh dilimpahkan ke Bupati/walikota. 8. Urusan yg ditugas pembantuankan tidak bisa ditugaskan lagi kepada daerah bawahan. 9

DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN 1. PENGERTIAN : DEKONSENTRASI adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada gubernur SWP, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan umum. (Pasal 1 angka 9 UU 23 tahun 2014) TUGAS PEMBANTUAN adalah penugasan dari Pemerintah Pusat kepada daerah otonom untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat atau dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian Urusan Pemerintah yang menjadi kewenangan Daerah provinsi. (Pasal 1 angka 11 UU 23 tahun 2014) 10

Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Termasuk dana dekon adalah untuk Gubernur, Bupati/Walikota dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum di daerah. Dana Tugas Pembantuan Pemerintah Pusat adalah dana yang berasal dari APBN yang dipakai oleh pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pusat oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Dana Tugas Pembantuan Provinsi adalah dana yang berasal dari APBD Provinsi yang dilaksanakan oleh kabupaten, atau kota yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota.

2. TUJUAN : 12

PRINSIP PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN Pemerintah menyelenggarakan sebagian urusan yang menjadi kewenangannya di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas tugas pembantuan. Kementerian/Lembaga menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan atas dasar dekonsentrasi adalah sebagian urusan pemerintahan yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dilaksanakan oleh gubernur sbg wakil pusat di daerah dibantu oleh perangkat gubernur sbg wakil pusat. Penyelenggaraan atas dasar TP adalah sebagian urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dilaksanakan oleh SKPD provinsi atau kabupaten/kota berdasarkan penetapan dari gubernur atau bupati/walikota. 13

RUANG LINGKUP DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN 1. Ruang lingkup Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mencakup aspek penyelenggaraan, pengelolaan dana, pertanggung jawaban dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, pemeriksaan dan sanksi 2. Penyelenggaraan meliputi: a) Pelimpahan urusan pemerintahan b) Tata cara pelimpahan c) Tata cara penyelenggaran d) Tata cara penarikan pelimpahan 3. Pengelolaan dana meliputi: a) Prinsip pendanaan b) Perencanaan dan penganggaran c) Penyaluran dan pelaksanaan d) Pengelolaan barang hasil TP 4. Pertanggung jawaban dan pelaporan: a) Penyelenggaraan TP b) Pengelolaan dana TP 14

PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI 1. Pelimpahan dapat diberikan kepada: a) Gubernur sbg Wakil Pemerintah Pusat b) Instansi vertikal dan wajib berkordinasi dgn Kepala daerah c) Pejabat pemerintah di daerah 2. Jangkauan pelayanan dapat meliputi lebih dari satu provinsi 3. Penyelenggaraan dikordinasikan kpd Gubernur masing2 wilayah 4. Urusan absolut di dekonkan kpd instansi vertikal masing2 atau kepada Gubernur sbg Wakil Pemerintah Pusat 5. Urusan yg di dekonkan ke Gubernur sbg Wakil Pemerintah Pusat masuk dalam Renja K/L dan sinkron dgn perencanaan daerah dan dibahas dalam musrenbangnas 6. Gubernur memberitahukan DPRD soal kegiatan dekonsentrasi 7. Penarikan urusan dekonsentrasi dilakukan karena Pemerintah mengubah kebijakan dan/atau pelaksanaan tidak sejalan dgn ketentuan perundang-undangan 8. Penarikan urusan dilakukan melalui permen ditembuskan MDN, Menkeu dan Bappenas 15

PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN (TP) 1. TP Pemerintah Pusat : a. TP dapat diberikan kepada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab./Kota b. Urusan yg ditugaskan merupakan sebagian urusan pemerintahan di luar 6 (enam) urusan yg bersifat mutlak (absolut) c. Urusan yg ditugaskan masuk dalam Renja K/L dan sinkron dgn perencanaan daerah dan dibahas dalam musrenbangnas d. Gubernur memberitahukan DPRD soal kegiatan TP 2. TP Pemerintah Provinsi : a. TP dapat diberikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota b. Urusan yg ditugaskan merupakan sebagian urusan pemerintahan Provinsi c. Bupati/Walikota memberitahukan DPRD soal kegiatan TP d. Urusan yg ditugaskan masuk dalam Renja SKPD dan sinkron dgn perencanaan daerah dan dibahas dalam musrenbangda 3. Penghentian TP dapat dilakukan karena Pemerintah mengubah kebijakan, pelaksanaan tidak sejalan dgn ketentuan perundang-undangan, dan/atau usul penghentian dari penerima penugasan 4. Penghentian TP dilakukan melalui permen ditembuskan MDN, Menkeu dan Bappenas 16

PELAKSANAAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN MELALUI MEKANISME DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 1. BERKORDINASI DGN GUBERNUR SEBELUM MENYUSUN RENCANA K/L UNTUK SINERJI PUSAT DAN DAERAH 2. KORDINASI DKTP DILAKUKAN MELALUI TIM KORDINASI PENYELENGGARAAN DKTP PROVINSI AGAR SEJALAN DGN TUGAS GUBERNUR SBG WAKIL PUSAT 3. MENCANTUMKAN PROGRAM DAN KEGIATAN YG DIBIAYAI DGN DKTP DAN DIBAHAS DALAM FORUM MUSRENBANG 4. TARGET KINERJA HARUS JELAS 5. UNTUK DKTP TIDAK ADA DANA PENDAMPING 17

PELAKSANAAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN MELALUI MEKANISME DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA 1. MEMBERITAHUKAN INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN DKTP KPD GUB/BUPATI/WALIKOT PALING LAMBAT PERTENGAHAN BULAN JUNI 2. MENERBITKAN PERATURAN MENTERI/KEPALA LEMBAGA TENTANG DKTP YG DIBERIKAN KPD GUB DAN BUPATI/WALIKOTA PALING LAMBAT MINGGU PERTAMA DESEMBER UNTUK TAHUN ANGGARAN BERIKUTNYA DENGAN MEMUAT: a) PROGRAM/KEGIATAN DAN ANGGARANNYA b) TUJUAN DAN TARGET KINERJA c) HAK DAN KEWAJIBAN d) PETUNJUK TEHNIS PELAKSANAAN 3. EVALUASI LAPORAN GUBERNUR DAN USULAN SANKSI DARI GUBERNUR DALAM PELAKSANAAN DKTP ATAU URUSAN BERSAMA UNTUK PERENCANAAN TAHUN BERIKUTNYA 18

MEKANISME PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DK KEMENTERIAN/ LEMBAGA PERENCANAAN PERPRES/ PERMEN/L BINWAS GUB SWPP INSTANSI VERTIKAL BUPATI WALIKOTA CAMAT MELAKSANAKAN MEMPERTANGGUNGJAWABKAN MELAPORKAN 19

MEKANISME PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN TP PEMERINTAH K/L PERENCANAAN PERPRES/ PERMEN K/L DPRD PROV/KAB./KOTA BINWAS KL/GUB SWPP MELAKSANAKAN SKPD MEMPERTANGGUNGJAWABKAN MELAPORKAN 20

PERENCANAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN KEMENTERIAN/LEMBAGA KEPALA DAERAH Menjabarkan URS PEM yang akan di DKTP dlm rincian Program & Kegiatan yg dituangkan dlm rancangan Renja-K/L dan RKP sbg bahan koordinasi dlm MUSRENBANGNAS Memberitahukan rencana DKTP ke Daerah Menetapkan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga Pertengahan MARET (Setelah PAGU INDIKATIF) Dgn memperhatikan skala prioritas; alokasi anggaran; lokasi kegiatan. pertengahan bulan Juni dan/atau setelah PAGU SEMENTARA tentang program dan kegiatan DKTP mengusulkan Unit Kerja/SKPD yang akan melaksanakan DKTP Menyampaikan Peraturan tersebut kepada daerah penerima setelah terbitnya Perpres RABPP paling lambat minggu 1 bulan Desember menerima Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang DKTP 21

PENGANGGARAAN DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN/ LEMBAGA Tembusan kepada DJPB menyampaikan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang pelimpahan wewenang menyampaikan RKA-KL/SAPSK sebagai bahan penyusunan konsep DIPA Menetapkan Pejabat yg bertanggungjawab melaks keg DEKON yg terdiri dari: Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan Surat Perintah Membayar dan Bendahara Pengeluaran bahan sinkronisasi pendanaan program dan kegiatan GUBERNUR (WAKIL PEMERINTAH) memberitahukan RKA- KL pada saat pembahasan RAPBD DPRD PROVINSI Mekanisme penganggaran Dana Dekonsentrasi mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai penyusunan dan penelaahan RKA-KL dan DIPA 22

PENGANGGARAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA menyampaikan RKA-KL dan Peraturan Menteri/Pimpinan Lembaga tentang penugasan wewenang GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA Menetapkan Perangkat Pengelola Keuangan TP Disampakan kpd Mengusulkan Pejabat yg bertanggungjawab melaks keg TP yg terdiri dari: Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan Surat Perintah Membayar dan Bendahara Pengeluaran DJPB bahan sinkronisasi pendanaan program dan kegiatan memberitahukan RKA- KL pada saat pembahasan RAPBD DPRD PROV/ KAB/KOTA Mekanisme penganggaran Dana TP mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai penyusunan dan penelaahan RKA-KL dan DIPA 23

PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA 1. Penyaluran Dana Dekon/TP dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara. 2. DIPA yang telah disahkan disampaikan kepada Perangkat GWPP, Instansi Vertikal, SKPD Pelaksana Dekon/TP sebagai dasar dalam penerbitan SPM. 3. Penerbitan SPM didasarkan pada alokasi dana yang tersedia dalam DIPA. 4. Perangkat GWPP, Instansi Vertikal, SKPD Pelaksana Dekon/TP menerbitkan dan menyampaikan SPM kepada KPPN. 5. Setelah menerima SPM, KPPN setempat menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). 6. Penerimaan sebagai akibat pelaksanaan Dekon/TP merupakan penerimaan negara dan wajib disetor ke Rekening Kas Umum Negara. 7. Dalam hal pelaksanaan Dekon/TP terdapat saldo kas pada akhir tahun anggaran harus disetor ke Rekening Kas Umum Negara. 24

PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN DEKON/TP ASPEK MANAJERIAL ASPEK AKUNTABILITAS PP 39/2006 PP 27/2014 & PP 8/2006 a. Perkembangan realisasi penyerapan dana b. Pencapaian target keluaran c. Kendala yg dihadapi d. Saran tindak lanjut a. Laporan Realisasi Anggaran b. Neraca c. Catatan Atas Laporan Keuangan d. Laporan Barang Keterangan: - PP 27/2014 ttg Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah - PP 8/2006 ttg Pelaporan Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah - PP 39/2006 ttg Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan 25

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Dlm rangka peningkatan kinerja, transparansi & akuntabilitas, serta pencapaian efisiensi penyelenggaraan & pengelolaan dana Dekon/TP MENTERI/ PIMPINAN LEMBAGA MENTERI KEUANGAN BINAWAS THD PENYELENGG URS YG DILIMPAHKAN/ DITUGASKAN BINAWAS THD PENGELOLAAN DANA DEKON/TP Pedoman, Fasilitasi, & BINTEK, Pemantauan & Evaluasi 26

SANKSI Perangkat GWPP, Instansi Vertikal, SKPD Pelaksana Dekonsentrasi dan atau Tugas Pembantuan yang secara sengaja atau lalai tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Dekonsentrasi dan atau Tugas Pembantuan dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dan/atau penghentian alokasi pendanaan. 27

PERAN BAPPENAS, KEMKEU DAN KEMDAGRI DLM PENYELENGGARAAN DKTP 1. BAPPENAS MENCANTUMKAN RENCANA KEGIATAN YG DIDANAI DEKONSENTRASI DAN TP DIDALAM PERPRES TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH 2. BAPENAS, KEMKEU DAN KEMDAGRI BERSAMA K/L MELAKUKAN IDENTIFIKASI KEGIATAN YG SUDAH MERUPAKAN URUSAN DAERAH DAN MEMFASILITASI PROSES PENGALIHANNYA MENJADI TRANSFER DAERAH 3. BAPPENAS, KEMKEU DAN KEMDAGRI MELAKUKAN EVALUASI PENYELENGARAAN DEKON DAN TP YG DILAKSANAKAN OLEH K/L UNTUK MENJADI PERTIMBANGAN DALAM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PROGRAM DAN KEGIATAN K/L YBS TAHUN BERIKUTNYA 28

BEBERAPA ISU TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN I. Dari Sisi Kementerian/LPNK 1) Masih adanya kegiatan yang sudah menjadi urusan daerah tapi masih didanai dari alokasi Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 2) Kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan kurang sinkron/sinergi/selarasa dengan rencana pembangunan daerah. 3) Terlambatnya penyampaian Juklak/Juknis DKTP 4) Tidak tepatnya penunjukan Satuan Kerja Pelaksana Daerah (SKPD) di daerah. 5) Pembagian alokasi dan lokus (lokasi dan fokus) anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tiap Daerah/Satker belum tepat. 29

BEBERAPA ISU TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN 6) Terlambatnya penyampaian DIPA. 7) Kurang koordinasi antara Kementerian/LPNK dengan Pemerintah Daerah terkait pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. 8) Aset hasil program dan kegiatan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan belum tertatausaha dgn baik (data tidak lengkap, tida terpelihara, dan belum dihibahkan, sehingga menimbulkan status penilaian DISCLAIMER bagi K/LPNK yang bersangkutan. 30

II. BEBERAPA ISU TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN Dari Sisi Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. 1) Kurang sinkronya kegiatan Dekonsentrasi dan TP dgn APBD. 2) Terlalu seringnya daerah melakukan mutasi pejabat pengelola kegiatan sehingga menghambat pelaksanaan. 3) Keterbatasan Sumber Daya Manusia pelaksana APBN (DKTP), baik dari sisi jumlah personil maupun tingkat kemampuan personil. 4) Alokasi dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan yang turun ke daerah tidak sesuai kebutuhan, ada yang terlalu banyak dan ada yang terlalu sedikit (belum memenuhi kebutuhan secara rasional). 5) Tidak memahami mekanisme APBN. 6) Masih adanya kendala dalam Penyusunan Laporan Keuangan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan seperti terbatasnya dana dari K/LPNK dan kurang SDM. 7) Belum seluruh SKPD pelaksanaan kegiatan DKTP menguasai aplikasi penunjang (data management) seperti SAI (Sistem Akuntansi Instansi) dan SABMN (Sistem Akuntansi Barang Milik Negara). 31

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT(GWPP) DLM PENYELENGGARAAN DKTP

KEDUDUKAN DAN PERAN GUBERNUR GUBERNUR DAERAH OTONOM WILAYAH ADMINISTRATIF Gub sbg Kepala Daerah 1. Penyelenggara DEKON Urusan Absolut dan Urusan Konkuren 2. Penyelenggara Urusan Pemerintahan 1. Penyelenggara Urusan Otonomi Daerah 2. TP K/L Gubernur SWPP Umum 3. Koordinator Binwas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Kab/Kota dan TP Kab/Kota SKPD Koordinasi Perangkat Gubernur : 1. Sekretariat Gubernur 2. 5 Unit Kerja

(Pasal 91 Ayat (2) UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah) 1. MENGOORDINASIKAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN DI DAERAH KABUPATEN/KOTA; 2. MELAKUKAN MONITORING, EVALUASI, SUPERVISI TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA YG ADA DI WILAYAHNYA; 3. MEMBERDAYAKAN DAN MEMFASILITASI DAERAH KABUPATEN/KOTA DI WILAYAHNYA; 4. MELAKUKAN EVALUASI TERHADAP RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TTG RPJPD, RPJMD, APBD, PERUBAHAN APBD, PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD, TATA RUANG DAERAH, PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH; 5. MELAKUKAN PENGAWASAN TERHADAP PERDA KABUPATEN/KOTA;DAN 6. MELAKSANAKAN TUGAS LAIN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. 34

(Pasal 91 Ayat (3) UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah) 1. MEMBATALKAN PERDA KABUPATEN/KOTA DAN PERATURAN BUPATI/WALIKOTA; 2. MEMBERIKAN PENGHARGAAN ATAU SANKSI KEPADA BUPATI/WALIKOTA TERKAIT DENGAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH; 3. MENYELESAIKAN PERSELISIHAN DALAM PENYELENGGARAAN FUNGSI PEMERINTAHAN ANTAR-DAERAH KABUPATEN/KOTA DALAM 1 (SATU) DAERAH PROVINSI; 4. MEMBERIKAN PERSETUJUAN TERHADAP RANCANGAN PERDA KABUPATEN/KOTA TTG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN/KOTA;DAN 5. MELAKSANAKAN WEWENANG LAIN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. 35

36 (Pasal 91 Ayat (4) UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah) 1. MENYELARASKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN ANTAR-DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN ANTARA DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DI WILAYAHNYA; 2. MENGOORDINASIKAN KEGIATAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN ANTARA DAERAH PROVINSI DAN DAERAH KABUPATEN/KOTA DAN ANTAR-DAERAH KAB/KOTA YG ADA DI WILAYAHNYA; 3. MEMBERIKAN REKOMENDASI KEPADA PEMERINTAH PUSAT ATAS USULAN DAK PADA DAERAH KAB/KOTA DI WILAYAHNYA; 4. MELANTIK BUPATI/WALIKOTA; 5. MEMBERIKAN PERSETUJUAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI WILAYAH PROVINSI KECUALI PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT DAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL OLEH KEMENTERIAN YG NOMENKLATURNYA SECARA TEGAS DISEBUTKAN DALAM UUD 1945; 6. MELANTIK KEPALA INSTANSI VERTIKAL DARI KEMENTERIAN DAN LPNK YG DITUGASKAN DI DAERAH PROVINSI YG BERSANGKUTAN KECUALI UNTUK KEPALA INSTANSI VERTIKAL YG MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT DAN KEPALA INSTANSI VERTIKAL YG DIBENTUK OLEH KEMENTERIAN YG NOMENKLATURNYA SECARA TEGAS DISEBUTKAN DALAM UUD 1945; 7. MELAKSANAKAN TUGAS LAIN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN.

(UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah) 1. Daerah provinsi selain berstatus sebagai daerah juga merupakan wilayah administratif yang menjadi wilayah kerja bagi gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan wilayah kerja bagi gubernur dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan umum (Pasal 4 ayat (1)). 2. Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Daerah Kabupaten/Kota (Pasal 8 ayat (2)). 3. Pemerintah pusat dalam melaksanakan urusan absolut dapat melimpahkan kepada instansi vertikal di daerah atau kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah dengan asas dekonsentrasi (Pasal 10 ayat (2)). 4. Bertanggung jawab dalam melaksanakan urusan pemerintahan umum kepada Menteri melalui Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat (Pasal 24 ayat (4)). 5. Gubernur selaku wakil pemerintah pusat memberikan sanksi administrasi berupa teguran tertulis kepada Bupati/Walikota yang tidak menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah (Pasal 73 ayat (1)). 6. Menerima laporan DPRD kabupaten/kota atas penjelasan hak interpelasi DPRD Kabupaten/Kota (Pasal 73 ayat( 4)). 7. Memberikan teguran dan sanksi tertulis kepada Bupati/Walikota atas laporan DPRD terkait dengan interpelasi (Pasal 75 ayat (5)). 8. Menerima usul pemberhentian Bupati/Walikota yang disampaikan oleh DPRD 37 Kabupaten/Kota (Pasal 79 ayat (1)).

38 9. Mengusulkan pejabat Bupati/Walikota kepada Menteri Dalam Negeri (Pasal 86 ayat (3)). 10. Membantu presiden dalam hal pembinaan dan pengawasan terhadap urusan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota dan tugas pembantuan oleh kabupaten/kota (Pasal 91 ayat (1)). 11. Menyampaikan usul pemberhentian anggota DPRD Provinsi dan memberhentikan anggota DPRD Kabupaten/Kota atas usul DPRD Kabupaten/Kota (Pasal 140 ayat (3)). 12. Menerima dan menetapkan pergantian antar waktu anggota DPRD kabupaten/kota yang diusulkan oleh DPRD kabupaten/kota (Pasal 194 ayat (4)). 13. Pembinaan terhadap perangkat daerah untuk daerah kabupaten/kota (Pasal 211). 14. Menunjuk penjabat Sekretaris Daerah Provinsi apabila Sekretaris Daerah Provinsi berhalangan melaksanakan tugas (Pasal 214 ayat (1)). 15. Menyetujui usul penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota yang diajukan oleh Bupati/Walikota (Pasal 214 ayat (4). 16. Mengajukan Perda Kabupaten/Kota kepada Menteri untuk mendapat persetujuan (Pasal 221 ayat (3)).

17. Membatalkan keputusan Bupati/Walikota tentang pengangkatan camat yang tidak sesuai dengan persyaratan menjadi camat (Pasal 224 ayat (3)). 18. Melantik kepala perangkat daerah kabupaten/kota yang ditolak oleh bupati/walikota (Pasal 235 ayat (2)). 19. Memberikan nomor registrasi terhadap Raperda yang diajukan oleh Bupati/Walikota Pasal 242 yat (5)). 20. Menyampaikan laporan perda kabupaten/kota yang telah mendapat nomor registrasi secara berkala kepada menteri, (Pasal 243). 21. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan evaluasi terhadap Raperda Kabupaten/Kota tentang pajak daerah dan retribusi daerah dan tata ruang daerah sebelum ditetapkan oleh bupati/walikota (Pasal 245 ayat (4). 22. Membatalkan perda kabupaten/kota yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi (Pasal 251 ayat (2)). 23. Memberikan sanksi kepada bupati/walikota yang masih melaksanakan perda yang bermasalah (Pasal 252 ayat (5)). 24. Memberi sanksi kepada bupati/walikota yang tidak menyebarluaskan perda dan perkada Pasal 254 ayat (2)). 25. Melaksanakan koordinasi teknis pembangunan antar daerah kabupaten/kota oleh gubernur (Pasal 259 ayat (3)). 26. Menerima Raperda tentang RPJPD dan RPJMD yang telah disetujui bersama oleh Bupati/Walikota (Pasal 267 ayat (2)). 39

40 27. Melakukan pengendalian terhadap defisit APBD dan batas maksimal defisit APBD dan maksimal jumlah kumulatif dari pinjaman daerah yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Pasal 306 ayat (2)). 28. Memberikan sanksi administrasi berupa teguran tertulis bagi kepala daerah yang tidak mengumumkan informasi tentang pelayanan publik (Pasal 348). 29. Melakukan evaluasi kinerja pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota (Pasal 352 ayat (2)). 30. Mengoordinasikan pembangunan kawasan perbatasan berdasarkan pedoman. 31. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kerjasama yang dilakukan daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi (Pasal 368 ayat (1)). 32. Melakukan pengawasan umum dan pengawasan teknis terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota Pasal 378 ayat (1)). 33. Memfasilitasi kabupaten/kota yang telah dibina namun tidak menunjukkan perbaikan kinerja (Pasal 382 ayat (5)).

PEMBINAAN TERHADAP PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA (PASAL 375 UU NOMOR 23 TAHUN 2014) (1) Pembinaan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Dilaksanakan Oleh Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. (2) Dalam Melakukan Pembinaan Sebagaimana Dimaksud Pada Ayat (1) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Dibantu Oleh Perangkat Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat. (3) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan Yang Bersifat Umum Dan Bersifat Teknis. (4) Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat Melakukan Pembinaan Yang Bersifat Umum Meliputi: A. Pembagian Urusan Pemerintahan; B. Kelembagaan Daerah; C. Kepegawaian Pada Perangkat Daerah; D. Keuangan Daerah; E. Pembangunan Daerah; F. Pelayanan Publik Di Daerah; G. Kerja Sama Daerah; H. Kebijakan Daerah; I. Kepala Daerah Dan Dprd; Dan J. Bentuk Pembinaan Lain Sesuai Dengan Ketentuan Peraturan Perundangundangan.

42 RPP TENTANG TUGAS, WEWENANG DAN KEDUDUKAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT 1. KEDUDUKAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 2. TUGAS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 3. TATA CARA PELAKSANAAN TUGAS GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 4. KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 5. TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 6. ORGANISASI PERANGKAT GUBERNUR YANG MEMBANTU PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 7. HAK KEUANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 8. PEMBIAYAAN TUGAS DAN KEWENANGAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 9. PELAPORAN PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT. 10. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

P e r b a n d i n g a n P P t e n t a n g P e r a n G u b e r n u r sebagai W a k i l P e m e r i n t a h PP 19/2010 Junto PP 23/2011 Dan Permendagri 66/2012 Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di instansi tertentu) (Pasal 1 angka 8 UU 32 tahun 2004) Dekonsentrasi hanya sampai di Provinsi Peran GWPP dilaksanakan dengan Kelompok Kerja (Pokja) dari SKPD yang bersifat Ad Hoc. Tugas, anggaran dan SDM Pokja GWPP pada pelaksanaannya tidak jelas dan masih menggunakan APBD RPP Peran Gubernur Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2014 Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat kepada GWPP, kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum. (Pasal 1 angka 9 UU 23/2014) Dekonsentrasi mulai dari Provinsi, sampai ke Kab/Kota (urusan pemerintahan umum) Peran GWPP dalam bentuk lembaga formal yakni Perangkat Gubernur yang berdiri sendiri dan vertikal dibawah Kemendagri Tugas, anggaran dan SDM Peran Gubernur sudah jelas, terpisah dan sepenuhnya dibiayai APBN 43

Pasal 93 UU No. 23 Tahun 2014 PERANGKAT GWPP (1) Gubernur dalam menyelenggarakan tugas sebagai wakil Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat gubernur. (2) Perangkat gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas sekretariat dan paling banyak 5 (lima) unit kerja. (3) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh sekretaris gubernur. (4) Sekretaris daerah provinsi karena jabatannya ditetapkan sebagai sekretaris gubernur. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi, tugas, dan fungsi perangkat gubernur diatur dalam peraturan pemerintah.

PERAN GUBERNUR DALAM MEKANISME DEKONSENTRASI DAN TP 1. MEMINTA K/L BERKORDINASI DALAM PENYUSUNAN PROGRAM DEKON/TP SEBELUM PENYUSUNAN RENJA K/L MELALUI TIM KORDINASI DEKON/TP PROVINSI. 2. MEMINTA BUPATI/WALIKOTA BERKORDINASI DALAM PELAKSANAAN TUGAS PEMBANTUAN DAN URUSAN BERSAMA DI DAERAHNYA MELALUI TIM DEKON DAN TP PROVINSI. 3. GUBERNUR MENGUSULKAN KPD K/L UNTUK MENJATUHKAN SANKSI KEPADA KAB/KOTA UNTUK TIDAK MEMPEROLEH BANTUAN BAGI KAB/KOTA YG TIDAK MELAKSANAKAN KORDINASI. 4. MELAKUKAN SINKRONISASI DAN HARMONISASI ANTARA PROGRAM BERBIAYA DEKON, TP DENGAN KEGIATAN YG DIBIAYAI APBD. 5. MENGINFORMASIKAN KPD DPRD PROV TENTANG KEGIATAN DEKON DAN TP. 6. MELAKUKAN KORBINWAS PELAKSANAAN DEKON DAN TP DAN URUSAN BERSAMA DI WILAYAHNYA. 46