BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya masyarakat yang beragama islam terhadap suku bunga dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keuangan syariah. Namun demikian, hingga saat ini market share

BAB I PENDAHULUAN. perhatian banyak pihak akhir-akhir ini. Tidak sedikit kajian dilakukan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba. Bank syariah seperti halnya bank

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk membandingkan suatu kondisi dengan kondisi lainnya, pada penelitian ini yang

BAB I PENDAHULUAN. No.7 Tahun 1992 Bank Syariah berdiri ditengah-tengah krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia semakin diramaikan dengan berdirinya bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. triwulan I dan II 2012, dimana ekonomi tumbuh secara berturut turut sebesar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bank Umum Syariah (BUS) Nasional di Indonesia dengan tahun amatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi pada saat ini. Bank berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

I. Pendahuluan. optimal dalam industri perbankan nasional. Paska terbitnya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

ANALISIS KINERJA BANK SYARIAH DI INDONESIA (Studi Empiris Bank Umum Syariah)

BAB I PENDAHULUAN. mana didasarkan pada Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karolina, 2014 Pengaruh Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan prinsip Islam, yaitu aturan perjanjian (akad) antara bank dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kinerja Maqashid Sharia Index I : Pendidikan Individu

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BERMASALAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, bank syariah telah muncul semenjak awal tahun 1990-an dengan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, karena berfungsi sebagai intermediary institusion yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkembangan bank berbasis prinsip syariah kini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, banyak bank konvensional yang bermasalah akibat negative spread,

PENDAHULUAN. sehingga memacu para pengelola perbankan untuk dapat berpikir secara kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB III METODE PENELITIAN. (2010:27) metode kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut

BAB I PENDAHULUAN. 1. Melakukan investasi yang halal 1. Investasi yang halal dan haram. 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, 2. Memakai perangkat bunga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keuangan sehari-harinya. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir masyarakat Indonesia mulai percaya

1. PENDAHULUAN. meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut McKinsey (2013), perekonomian Indonesia sangat menjanjikan. Saat

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kecenderungan kesuksesan perusahaan perbankan secara umum senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat di negara maju dan berkembang sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian harga pasar saham dilakukan oleh shareholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. dimulainya industri perbankan syariah di Indonesia. Namun hal ini dapat

2015 PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

2015 DAMPAK SPIN OFF TERHADAP KINERJA KEUANGAN BANK SYARIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bank pada hakikatnya merupakan lembaga perantara (intermediary) yaitu. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga perusahan harus merubah strategi dari labor based business

Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa thitung sebesar berada pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TINGKAT INFLASI, SUKU BUNGA, LIKUIDITAS, DAN BAGI HASIL TERHADAP SIMPANAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Bank dalam pasal 1 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU

BAB I PENDAHULUAN. keuangannya untuk tetap menjaga kepercayaan dari nasabahnya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah sebagai salah satu bagian dari industri perbankan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi maka perusahaan dituntut untuk merubah cara kerja

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menjadi perhatian utama pada abad XX-an. Hal ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1992, perbankan Indonesia menjadi maju dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan. Menurut (Suntoso 1999 dalam Wadhikorin, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. keuangan) ke ekonomi berbasis pengetahuan telah terjadi selama dua abad

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. syariah Indonesia adalah tercapainya market share sebesar 5%. Namun hingga

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kurangnya inisiatif perbankan. Perkembangan bank yang makin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah, dalam undang-undang tersebut disebutkan bahwa bank syariah wajib

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 Tahun 1998 pasal 4 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 80 % dari keseluruhan system keuangan (Abidin, 2007).Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. hasil baru dipraktekan dalam perekonomian di Indonesia. Antara sistem

BAB I PENDAHULUAN. Islamic Banking atau juga disebut dengan interest-free banking. Peristilahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kondisi perekonomian yang terus berkembang, bank sebagai. lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary atau

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dibidang teknologi informasi, persaingan ketat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama kurang lebih 23 tahun. Perjalanan tersebut dimulai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ialah pihak manajemen, pemilik, pemerintah, karyawan dan investor.

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah krisis finansial dunia yang terjadi saat ini perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2001: 231). Ini sesuai dengan resource based theory (Wernerfelt, 1984: 174)

BAB I PENDAHULUAN. deregulasi di bidang keuangan dan moneter pada tahun Deregulasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi perbankan syariah, memicu tumbuhnya bank-bank syariah di

BAB 1 PENDAHULUAN. proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. prinsip bagi hasil dan risiko (profit and loss sharing). Sebagai bagian dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong

BAB V PENUTUP. Devisa periode dengan menggunakan metode RGEC adalah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB 1 PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelahiran Perbankan Syariah berawal dari keperihatinan masyarakat Indonesia khususnya masyarakat yang beragama islam terhadap suku bunga dari Bank Konvensional. Hal ini memicu terhadap kelahiran Bank Muamalat sebagai pelopor pertama Bank Syariah di Indonesia yang berdiri pada tahun 1990, perkembangan Perbankan Syariah tergolong sangat pesat terbukti dengan berdirinya usaha-usaha berbasis syariah, dimana Perbankan Syariah ini terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS). Adapun bank syariah yang sudah berdiri sendiri tanpa mengacu kepada Bank Konvensional sebagai bank induk adalah Bank Umum Syariah yang mana kini telah berdiri 11 bank dalam perkembangannya. Kemajuan Perbankan Syariah tidak terlepas dari kekayaan intelektual setiap sumber daya yang dimilikinya untuk mendapatkan keuntungan kompetisi dan perhatian masyarakat. Sumber daya yang dimiliki oleh perbankan tidak hanya berasal dari aset yang berwujud (tangible asset), akan tetapi dalam bentuk aset tidak berwujud (intangible asset) dimana perbankan bisa memanfaatkan sumber daya yang dihasilkan melalui human capital, structural capital, dan juga customer capital dari perbankan syariah. Ketiga komponen Intellectual Capital (IC) yang diantaranya yaitu human capital, structural capital, dan juga customer capital dapat menjadi salah

2 satu modal sekaligus tumpuan sebagai alat yang digunakan perbankan untuk berkompetisi demi meningkatkan aset secara signifikan seperti menurut Susi Hendriani (2009) modal intelektual ini diyakini akan meningkatkan kemampuan aset secara signifikan baik terhadap peningkatan profit, kinerja, kepuasan kerja, kepuasan pelanggan maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ihyaul Ulum (2009:23) mengemukakan bahwa peningkatan dan digunakannya pengetahuan dengan lebih baik akan menyebabkan pengaruh yang bermanfaat bagi kinerja perusahaan. Banyak peneliti yang telah membuktikan bahwa beberapa penelitian tentang Intellectual Capital mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hubungan yang dihasilkan dari Intellectual Capital (IC) yang baik di dalam perbankan akan menghasilkan kinerja perusahaan yang positif dengan kata lain berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada Intellectual Capital (IC) yang terdiri dari Human capital, Structural capital, dan physical capital perusahaan seperti menurut Ihyaul Ulum (2009:06) dengan memanfaatkan seluruh potensi yang dimiliki perusahaan baik human capital, physical capital dan structural capital sehingga dengan pengelolaan yang baik atas seluruh potensi ini akan mendorong kinerja keuangan perusahaan. Tiga komponen penentu Intellectual Capital (IC) untuk mendorong kinerja keuangan Perbankan Syariah bisa dilihat dari kinerja human capital, structural capital dan customer capital yang mumpuni, apakah sudah menghuni baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Hanya saja pada observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya bahwa perbankan syariah dirasakan

3 masih banyak kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kompetensi di bidang ekonomi syariah bahkan di bidang perbankan sekalipun. Osmad Muthaher (2012:4) menyatakan bahwa di Indonesia bahkan di tingkat global, bankir yang memiliki keahlian operasional bank syariah dirasakan masih langka. Hal ini diperkuat dengan artikel yang dikutip dari Kompas.com yang menyatakan bahwa masalah ketiga perbankan syariah adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Masalah yang terjadi adalah pihak perbankan kesulitan untuk mencari SDM Perbankan Syariah yang berkompeten dan mumpuni. Terlebih Sekertaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K Permana (Kompas, 13 Agustus 2012) menjelaskan bahwa Perbankan Syariah masih banyak mengambil SDM dari Perbankan Konvensional dan SDM yang potensial dan sangat sedikit SDM yang diambil atau lulusan perguruan tinggi syariah. Tabel 1.1 Jumlah Pekerja Perbankan Syariah Jumlah Pekerja di Perbankan Syariah (Tahun) Keterangan 2010 2011 2012 Bank Syariah 15.224 21.820 24.111 Sumber: Statistik Perkembangan Perbankan Syariah April 2013. Pada tabel 1.1 bisa dilihat jumlah pekerja Perbankan Syariah mulai tahun 2010 sampai 2012 terjadi peningkatan jumlah pekerja Perbankan Syariah, akan tetapi dengan kenaikan jumlah pekerja yang ada pada tahun 2012 apakah sudah memenuhi kuota yang menghuni baik dari segi kualitas maupun kuantitas SDM di

4 perbankan. Hal ini menjadi pertanyaan dengan jumlah sekitar 24.111 orang di seluruh perbankan yang ada di Indonesia apakah sudah memenuhi permintaan pasar baik dari segi kuantitas maupun kualitas SDM yang telah tersedia. Sedangkan berdasarkan observasi lapangan di kota Bandung sebagai gambaran dasar, SDM yang ada di beberapa perbankan bisa dilihat pada tabel 1.2 menjelaskan bahwa di kota Bandung saja SDM yang ada di Perbankan Syariah tidak sesuai dengan bidang keahliannya padahal menurut Osmad Muthaher (2012:4) mengatakan bahwa Perbankan Syariah menuju abad mendatang harus memiliki sumber daya saing yang handal. Selain itu, Osmad Muthaher menambahkan bahwa SDM Perbankan Syariah harus mempunyai dua sisi kemampuan yaitu keterampilan pengelolaan operasional Bank Syariah dan pengetahuan syariah termasuk akhlak atau moral dengan integritas yang tinggi. Tabel 1.2 Gambaran Dasar Pekerja Pada Perbankan Syariah Kota Bandung Nama Gelar Pendidikan Posisi Karyawan Jabatan Karyawan Suci Zwasty, S.Si Alda Wardah, S.S Boy Budi Purnomo, S.T Metty Suhartini, AMD Tia Mutiarawati Kusnadi, SP Sarjana Biologi Sarjana Sastra Inggris STBA Sarjana Tekhnik Ahli Madia Manajemen Informatika Sarjana Pertanian Sosek UNPAD Sumber: Dokumentasi Pribadi. Kepala Administrasi Administrasi Account Officer Account Officer Account Officer Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Bandung Bank Syariah Bukopin Bank Syariah Mandiri KCP Padalarang Bank BRI Syariah KCP Setiabudi Bank Maybank Syariah

5 Hal ini tidak sesuai dengan kebutuhan human capital pada Perbankan Syariah yang membutuhkan pengetahuan dari karyawan yang kompeten dalam bidang syariah. Sedangkan bila dilihat dari segi structural capital pada tabel 1.3 terdapat kenaikan jumlah kantor syariah pada tahun 2010 sampai 2012. Keterangan Tabel 1.3 Jumlah Jaringan Kantor Bank Umum Syariah Jaringan Kantor Bank Umum Syariah (Tahun) 2010 2011 2012 Jumlah Bank Syariah 11 11 11 Jumlah Kantor Syariah 1.215 1.401 1.714 Sumber: Statistik Perkembangan Perbankan Syariah April 2013. Perkembangan jumlah Bank Umum Syariah dari tahun ke tahun tidak mengalami pertumbuhan, hanya saja apabila dilihat dari jumlah kantor Bank Umum Syariah dari mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 hal ini menunjukkan pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia kearah yang lebih baik, akan tetapi pertumbuhan Perbankan Syariah ini masih belum di dukung oleh infrastruktur yang memadai. Outlook Perkembangan Perbankan Syariah 2013 menyatakan bahwa proses penyesuaian infrastruktur teknologi informasi yang berlangsung masih relatif terbatas baik dari sisi jenis produk maupun jumlah jaringan kantor yang digunakan. Outlook Perkembangan Perbankan Syariah 2013 juga mengakui bahwa beberapa Bank Konvensional merupakan pemain yang handal dan lebih unggul dalam pembiayaan produktif yaitu dalam segi permodalan dan infrastruktur baik dalam bentuk jaringan kantor maupun teknologi informasi serta Sumber Daya Manusia.

6 Dari sisi lain permasalahan structural capital Perbankan Syariah berasal dari fasilitas jaringan ATM yang disediakan oleh Bank Syariah, dimana jaringan ATM masih menjadi fasilitas yang sulit ditemui oleh para nasabah. Padahal fasilitas ATM merupakan fasilitas yang diperlukan oleh para nasabah. Dalam permasalahan Costumer Capital Bank Syariah juga masih kalah bersaing dalam menarik perhatian masyarakat, dimana dilihat dari segi Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Bank Umum Syariah yang mengalami kenaikan tidak signifikan. Pada tabel 1.4 telah digambarkan mengenai perbandingan antara jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Keterangan Tabel 1.4 Perbandingan DPK Bank Syariah dan Bank Konvensional Jumlah Dana Pihak Ketiga (dalam Miliar Rupiah) 2010 2011 2012 Jumlah % Jumlah % Jumlah % Perbankan Syariah 76.036 3.1% 115.415 4% 147.512 4.4% Perbankan Konvensional 2.338.824 96.8% 2.785.024 96% 3.225.183 95.6% Jumlah 2.414.860 100 2.900.439 100 3.372.695 100 Sumber: Statistik Perkembangan Perbankan Indonesia April 2013. Dilihat dari tabel 1.4 perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) tiap bank baik itu Bank Syariah maupun Bank Konvensional mempunyai perkembangan yang cukup baik dilihat dari proporsi jumlah DPK setiap bank, akan tetapi apabila dilihat dari persentase perkembangan Perbankan Syariah hanya mampu menyerap DPK sebesar 4.4 % dari Total DPK 3.372.695 yaitu sebesar 147.512 bila dibandingkan dengan Perbankan Konvensional terdapat perbedaan yang cukup

7 signifikan dimana Bank Konvensional pada tahun 2012 mampu menyerap DPK sebesar 95.6% yaitu sebesar 3.225.183. Di lain sisi dengan mengingat jumlah penduduk Indonesia dengan mayoritas penduduk adalah muslim, Perbankan Syariah hanya mampu menyerap 4.4% Dana Pihak Ketika (DPK) selama perkembangannya. Terlebih Outlook Perkembangan Perbankan Syariah 2013 mengakui bahwa pertumbuhan DPK dari tiap tahun mengalami pertumbuhan yang lambat. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi industri untuk juga memperhatikan harmonisasi kebijakan dengan lembaga terkait (Outlook Perkembangan Perbankan Syariah 2013). Dari tabel 1.4 bisa dilihat bahwa Perbankan Syariah harus mampu menciptakan relationship yang lebih baik lagi dengan customer. Karena dalam hal ini Perbankan Syariah diharapkan mampu meningkatkan kembali kemampuan Intellectual Capital terutama kemampuannya dalam menjalin relationship dengan customer sehingga kemampuan customer capital Bank Syariah dapat meningkat dan mampu lebih bersaing dengan Bank Konvensional. Salah satu cara untuk menciptakan customer capital yang baik yaitu menarik minat masyarakat dan menciptakan hubungan dengan para customer agar tertarik dengan produk Perbankan Syariah, hal ini tentu saja didukung dengan kemampuan human capital dan structural capital Perbankan Syariah sehingga mampu menciptakan keunggulan komperatif dan kompetitif. Sedangkan menurut Suprayogi (2010) dalam artikelnya mengemukakan bahwa bagian pemasaran Bank Syariah dalam memasarkan produknya menyamakan dengan Bank Konvensional sebagai upaya simplikasi untuk memahamkan suatu produk Bank

8 Syariah kepada nasabah. Seharusnya pengenalan produk Bank Syariah kepada masyarakat harus diiringi dengan proses edukasi kepada masyarakat untuk mengubah perilakunya saat menggunakan jasa dan produk Bank Syariah, sehingga keunggulan komperatif dan kompetitif Bank Syariah akan nampak (Suprayogi:2010). Dari ketiga komponen Intellectual Capital Perbankan Syariah, menjadi gambaran bahwa perkembangan Perbankan Syariah selalu di bawah bayangan Perbankan Konvensional, dimana Perbankan Syariah masih kalah secara kompetitif dari Perbankan Konvensional. Dengan keadaan Intellectual Capital pada Perbankan Syariah saat ini, belum bisa dikatakan mumpuni bila dilihat dari tiga komponen yaitu human capital, structural capital dan costumer capital. Secara tidak langsung memberikan gambaran umum mengenai kinerja keuangan Perbankan Syariah yang ada di Indonesia. Seperti pada tabel 1.5 digambarkan mengenai rasio kinerja keuangan Bank Umum Syariah dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek kualitas asset (NPF), aspek rentabilitas (ROA), dan aspek likuiditas (FDR).

9 Tabel 1.5 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah No. Nama Perusahaan FDR ROA NPF 2011 2012 2011 2012 2011 2012 1 PT. Bank Muamalat Indonesia 83.94% 94.15% 1.52% 1.52% 2.60% 2.09% 2 PT Bank Syariah Mandiri 86.03% 94.40% 1.95% 2.25% 2.42% 2.82% 3 PT Bank Syariah Mega Indonesia 83.08% 88.88% 1.58% 3.81% 3.03% 2.67% 4 PT BCA Syariah 78.80% 79.90% 0.90% 0,84% 0.15% 0.10% 5 PT. BRI Syariah 90.55% 100.96% 0.20% 1.19% 2.77% 3.00% 6 PT Bank Jabar Banten Syariah 79.61% 87.99% 1.23% 0.67% 1.36% 3.97% 7 PT Bank Panin Syariah 162.97% 123.88% 1.75% 3.29% 0.88% 0.20% 8 PT. Bank Syariah Bukopin 83.66% 92.29% 0.52% 0.55% 1.74% 4.56% 9 PT. Bank Victoria Syariah 46.08% 73.77% 6.93% 1.43% 2.43% 3.19% Sumber : diolah Aspek penilaian kualitas aset menggunakan rasio NPF Bank Umum Syariah pada tabel 1.5 bisa dilihat bahwa masih banyak Bank Umum Syariah yang menunjukkan kenaikan pada rasio NPF seperti halnya PT.Bank Syariah Mandiri dari 2.42% menjadi 2.82%, PT. Bank Jabar Banten Syariah dari 1.36% menjadi 3.97%, PT. BRI Syariah dari 2.77% menjadi 3.00%, PT. Bank Syariah Bukopin dari 1.74% menjadi 4.56% dan PT. Bank Victora Syariah dari 2.43% menjadi 3.19%. Bahkan pada PT. Bank Syariah Bukopin mengalami rasio kenaikan tertinggi dari 1.74% menjadi 4.56%, padahal semakin tinggi rasio NPF semakin memperlihatkan kualitas pembiayaan bank kearah yang lebih buruk. Terlebih dengan adanya penilaian dari Bank Indonesia mengenai kualitas penilaian kesehatan diantara semua Bank Umum Syariah hanya mampu mencapai predikat Baik dan Cukup Baik terkecuali PT. Bank BCA Syariah dan PT. Bank Panin

10 Syariah dengan rasio masing-masing sebesar 0.10% dan 0.20% mampu mencapai peringkat Sangat Baik (NPF < 2%) menurut penilaian tingkat kesehatan Bank Indonesia. Dari tabel 1.5 dapat dilihat dari kemampuan rentabilitas Bank Umum Syariah dengan rasio ROA, masing-masing Bank Umum Syariah telah cukup baik memperlihatkan keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba dengan menaikkan persentase rasio ROA dari tahun 2011 sampai 2012. Hanya saja apabila dilihat dari penilaian tingkat kesehatan Bank Indonesia masih ada bank yang hanya mampu mempunyai peringkat Cukup Baik (0.5% > ROA > 1.25%) seperti PT. Bank BCA Syariah dengan persentase 0.84%, PT. Bank BRI Syariah 1.19%, PT. Bank Jabar Banten Syariah 0.67%, PT. Bank Syariah Bukopin 0.55%, dan PT. Bank Victoria Syariah dengan 1.43%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan manajemen Bank Umum Syariah masih harus ditingkatkan lagi untuk mendapatkan kenaikan laba. Selain itu, dilihat dari aspek likuiditas kemampuan Bank Umum Syariah masih mempunyai kenaikan yang cukup besar pada rasio FDR. padahal semakin tinggi rasio ini mengindikasikan semakin rendah kemampuan likuiditas Bank tersebut (Veithzal Rivai dan Andria Permata (2008:243). Dilihat dari kemampuan Intellectual Capital dan analisis rasio keuangan pada tabel 1.5 dengan perkembangan yang cukup baik dari Perbankan Syariah khususnya Bank Umum Syariah, masih memiliki kekurangan baik dilihat dari kemampuan Intellectual Capital dan juga kinerja keuangan Bank Umum Syariah.

11 Hal ini selaras dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Intellectual Capital berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Hubungan antara Intellectual Capital dengan kinerja keuangan telah dibuktikan secara empiris oleh peneliti sebelumnya, seperti Tan, et al (2007) yang membuktikan bahwa Intellectual Capital berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Dimas dan Siti Mutmainah (2012) sebelumnya telah melakukan penelitian mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah, dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan Perbankan Syariah melalui Islamicity Financial Performance Index Bank Syariah di masa sekarang dan masa depan. Penelitian Dimas dan Siti Mutmainah (2012) selaras dengan penelitian yang dihasilkan oleh Ulum (2008) yang menyatakan bahwa Intellectual Capital bepengaruh terhadap kinerja keuangan di masa sekarang dan di masa depan. Selain itu, banyak peneliti menghubungkan Intellectual Capital dengan kinerja keuangan (ROA) seperti Nik Maheran (2009), Saengchan (2008), Fahmi Basyar (2011), dan Indrianita Anis (2013) dengan hasil IC berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA), hanya saja penelitian tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitiannya Clarke Martin, et al (2010), Puntillo (2009), Setyarini Santoso (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara Intellectual Capital dengan Return On Asset (ROA).

12 Dari fenomena yang ada peneliti tertarik meneliti kembali untuk membuktikan pembenaran mengenai ada tidaknya pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan dengan mengambil objek yang berbeda yaitu pada Bank Umum Syariah yang berjudul Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Kemampuan suatu perusahaan dalam mengembangkan kemampuan SDM, infrastruktur dan modal financial merupakan sumber daya yang dapat dikategorikan sebagai Intellectual Capital. Dalam perusahaan berbasis pengetahuan, Intellectual Capital merupakan salah satu faktor pendukung penciptaan nilai tambah perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan. Dalam masa perkembangan Bank Umum Syariah sampai dengan saat ini masih bisa dikatakan belum mumpuni dalam pengelolaan Intellectual Capital. Hal ini tercermin dari adanya masalah Sumber Daya Manusia yang tidak kompeten di bidang syariah. Masalah structural capital Perbankan Syariah seperti layaknya infrastruktur teknologi informasi, fasilitas atm yang masih belum bisa terpenuhi dengan baik. Selain itu, kemampuan daya saing dalam menciptakan hubungan dengan konsumen masih kalah dengan Perbankan Konvensional. Berdasarkan uraian dari latar belakang serta identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh

13 Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia?. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji dan memberikan gambaran mengenai pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini diantaranya yaitu untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Suatu penelitian diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis dan praktis, antara lain: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan mengenai Intellectual Capital dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan dilihat dari beberapa faktor finansial (permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas). Selain itu, diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan dalam penelitian mengenai Intellectual Capital dan menjadi bahan pembanding bagi penulisan karya tulis ilmiah yang lainnya. 2. Kegunaan Praktis Dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah kemajuan Bank Umum Syariah, khususnya mengenai pemanfaatan Intellectual Capital demi

14 tercapainya value added di Perbankan Syariah. Selain itu, sebagai masukan dalam mengelola human capital yang baik demi terciptanya perbankan yang benar-benar berbasis syariah.