e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan

dokumen-dokumen yang mirip
e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan

PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA. Pasal 0

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA

Konsep Fisik Unit Rumah, Fasilitas dan Utilitas

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 01/KPTS/1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 139/KPTS/M/2002 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 172/KPTS/M/2001 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1983/1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1979 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DESA TAHUN 1979/1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1983/1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1979 TENTANG BANTUAN PEMBAGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1979/1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN DENGAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 02 /PERMEN/M/2009 TENTANG

INPRES 3/1996, PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA DALAM RANGKA PENINGKATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 458/KPTS/M/2001 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1991 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1986 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1982 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DESA TAHUN 1982/1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN KREDIT PEMBANGUNAN DAN PEMUGARAN PASAR TAHUN 1983/1984

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1980 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1980/1981 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1982 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1982/1983

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

3 LEMBARAN DAERAH PEBRUARI KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II NO. 3/C 1998 SURABAYA SERI C

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1989 TENTANG KAWASAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

7. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);

PP 31/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG. Tentang: PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 3 TAHUN 1999 SERI D.2

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 01/PERMEN/M/2005

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1980 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1980/1981 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1979 TENTANG PEMBANGUNAN DAERAH TINGKAT II TAHUN 1979/1980 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 48 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Atas Air Dan Atau Sumber Air Pada Wilayah Sungai

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 20/KPTS/M/2004 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1982 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1982/1983 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Undang No. 4 Tahun 1992 Tentang : Perumahan dan Pemukiman

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1978 TENTANG PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR (TAHAP KEDUA) TAHUN 1978/1979

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN PENUNJANGAN JALAN KABUPATEN TAHUN 1983/1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS TATA KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INOONESIA NOMOR 3 TAHUN 1977 TENTANG PROGRAM BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR 1977/1978 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR : 332/KPTS/M/2002 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1997 TENTANG PROGRAM PENGEMBANGAN TEBU RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1980 TENTANG KEBIJAKSANAAN MENGENAI PENCETAKAN SAWAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1994 TENTANG RUMAH NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi manusia disamping

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I L A M P U N G KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 111 TAHUN 1998 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

BUPATI PURWOREJ O, PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 1999 TENTANG KAWASAN SIAP BANGUN DAN LINGKUNGAN SIAP BANGUN YANG BERDIRI SENDIRI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1994 TENTANG PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PEGAWAI TIDAK TETAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, DAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 648-384 TAHUN 1992 NOMOR : 739/KPTS/1992 NOMOR : 09/KPTS/1992 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN LINGKUNGAN HUNIAN YANG BERIMBANG MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, DAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Menimbang:a. bahwa pembangunan perumahan dan permukiman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia mewujudkan perumahan yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman serasi dan teratur, memberi arah pada pertumbuban wilayah, serta menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang-bidang lain, dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat menuju masyarakat adil dan makmur berdasarakan Pancasila; b. bahwa untuk mencapai tujuan pembangunan perumahan dan permukiman yang serasi seperti tersebut di atas, perlu diwujudkan lingkungan perumahan yang penghuninya terdiri dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial yang saling membutuhkan dengan dilandasi oleh rasa kekeluargaan, kebersamaan dan kegotong royongan, serta menghindari terciptanya lingkungan perumahan dengan pengelompokan hunia yang dapat mendorong terjadinya kerawanan sosial; c. bahwa pembangunan perumahan dan permukiman pada hakekatnya adalah pemanfaatan tanah yang berdaya guna dan berhasil guna sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang; d. bahwa pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman perlu terus didorong dengan dilandasi kesetiakawanan sosial di antara berbagai kelompok masyarakat dimana yang lebih mampu membantu kelompok masyarakat yang kurang mampu; e. bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut di atas, perlu diatur pedoman pembangunan perumahan dan permukiman dengan

lingkungan hunian yang berimbang, dikaitkan dengan ketentuan perijinan penggunaan tanah bagi keperluan badan usaha dibidang pembangunan perumahan; Mengingat :1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah; 3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun; 4. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan permukiman; 5. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang penataan ruang; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah di bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1988 tentang Rumah Susun; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang koordinasi kegiatan Instansi Vertikal di Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1992 tentang penyelengaraan Otonomi Daerah dengan Titik Berat Pada Daerah tingkat II; 10.Keputusan Presiden RI Nomor 8 Tahun 1985 juncto Nomor 8 Tahun 1989 tentang Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional; 11.Keputusan Presiden RI Nomor 64/M Tahun 1988 tentang Pembentukan kabinet Pembangunan V; 12.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan mengenai Penyediaan Dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan; 13.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1984 tentang Penyediaan dan pemberian Bak Tanah Untuk Keperluan Perusahaan Pembangunan Perumahan Sederhana/Perumahan Murah yang diselenggarakan Dengan Fasilitas Kredit Pemilikan Rumah Dari Bank Tabungan Negara; 14.Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun tentang Penyediaan dan Pemberian Hak Atas Tanah Untuk Keperluan Perusahaan Pembangunan Perumahan;

15.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 54/PRT/1991 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sangat Sederhana; 16.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 60/PRT/1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun; 17.Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/ 1986 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak tersusun; 18.Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/ KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia; 19.Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 01/KPTS/ 1989 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Kaveling Siap Bangun (KSB); 20.Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 08/KPTS/1992 tentang Pengadaan Perumahan dan Permukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Kaveling Siap Bangun (KP-RSB), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KP-RS) dan Kredit Pemilikan Rumah Susun Sederhana (KP-RUSUN); 21.Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 7 tahun 1989 tentang Pengaturan dan Pengendalian Secara Proporsional pembangunan Rumah Tinggal Di Wilayah Perkotaan; Memperhatikan:Hasil Sidang Badan Kebijaksanaan Perumahan Nasional pada tanggal 24 September 1992 mengenai Pembangunan permukiman Dengan Lingkungan Hunian Yang Berimbang. MEMUTUSKAN : Menetapkan:SURAT KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM, DAN MENTERI NEGARA PERUMARAN RAKYAT TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN LINGKUNGAN HUNIAN YANG BERIMBANG. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Pembangunan perumahan dan permukiman diarahkan untuk mewujudkan kawasan dan lingkungan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang meliputi rumah sederhana, rumah menengah dan rumah mewah dengan perbandingan dan kriteria tertentu sehingga dapat

menampung secara serasi antara kelompok masyarakat dari berbagai profesi, tingkat ekonomi dan status sosial. (2) Dalam surat Keputusan Bersama ini yang dimaksud dengan : a. Kawasan perumahan dan permukiman adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian. b. Lingkungan perumahan dan permukiman adalah kawasan perumahan dan permukiman yang mempunyai batas-batas dan ukuran yang jelas dengan penataan tanah dan ruang, prasarana serta sarana lingkungan yang terstruktur. (3) Perbandingan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah perbandingan jumlah rumah sederhana, berbanding rumah menengah, berbanding rumah mewah, sebesar 6 (enam) atau lebih, berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu). (4) Kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1); a. Rumah sederhana adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas kaveling antara 54 m2 sampai 200 m2 dan biaya pembangunan per m2 tidak melebihi dari harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku. b. Rumah menengah adalah rumah ying dibangun diatas tanah dengan luas kaveling antara 200 m2 sampai 600 m2 dan/atau biaya pembangunan per m2 antara harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku. c. Rumah mewah adalah rumah yang dibangun diatas tanah dengan luas kaveling antara 600 m2 sampai dengan 2000 m2 dan/atau biaya Pembanj jinan per m2 diatas harga satuan per m2 tertinggi untuk pembangunan p( I umahan dinas kelas A yang berlaku. d. Dalam hal luas kaveling atau harga satuan pembangunan per m2 masing-masing memenuhi kriteria yang berlainan, sebagaimana dimaksud dalam butir a, b, dan c maka kualitas ditentukan sesuai kriteria yang tinggi. BAB II PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN LINGKUNGAN HUNIAN YANG BERIMBANG Pasal 2 (1) Pembangunan suatu kawasan atau lingkungan perumahan dan permukiman oleh badan usaha dibidang pembangunan perumahan dan permukiman, wajib diselengarakan untuk mewujudkan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang dengan perbandingan jumlah rumah sederhana, berbanding rumah menengah, berbanding rumah mewah sebesar (enam) atau lebih berbanding 3 (tiga) atau lebih berbanding I (satu), sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1.

(2) Hal-hal khusus untuk mendorong badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman dalam membangun rumah sederhana, dan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sepanjang berdasarkan rencana tata ruang dapat diizinkan apabila : a. Kawasan perumahan dan permukiman adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian. b. Pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman tersebut diwujudkan seluruhnya melalui pembangunan rumah susun. c. Pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman tersebut hanya diperuntukan bagi lingkungan hunian dengan tipe rumah menengah dan atau tipe rumah mewah dengan batasan sebagai berikut : - pembangunan tipe rumah menengah saja sebanyak-banyaknya 900 unit pada setiap lokasi dianjurkan menibangun 2 (dua) tipe rumah sederhana untuk setiap 1 (satu) tipe rumah menengah di lokasi lain. - pembangunan tipe rumah mewah saja selanyak-banyaknya 100 unit pada satu lokasi. - pembangunan tipe rumah mewah antara 100 unit sampai dengan 300 unit pada satu lokasi diwajibkan membangun 6 (enam) tipe rumah sederhana untuk setiap 1 (satu) tipe rumah mewah, dan dianjurkan membangun 3 (tiga) tipe rumah menengah di lokasi lain. (3) Pelaksanaan pembangunan rumah sederhana sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan secara mandiri oleh badan usaha dibidang pembangunan perumahan dan permukiman atau bekerjasama dengan badan usaha lain dan atau perum perumnas, dengan dukungan kredit konstruksi dan kredit pemilikan dari Bank Tabungan Negara dan atau lembaga keuangan lainnya. Pasal 3 (1) Pembangunan kawasan atau lingkungan perumahan dan permukiman dengan lingkungan hunian yang berimbang dapat dilakukan oleh satu badan usaha dibidang pembangunan perumahan atau oleh beberapa badan usaha dibidang pembangunan perumahan dalam ikatan kerja sama operasi (kso). (2) Pemberian izin lokasi untuk pembangunan kawasan atau lingkungan perumahan dan permukiman dilakukan oleh kepala daerah yang bersangkutan sesuai kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan dalam Surat Keputusan Bersama ini. (3) a. Koordinasi pengendalian pelaksanaan Surat Keputusan Bersama ini secara nasional dilakukan oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat. b. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II secara berjenjang melakukan koordinasi, pengendalian, dan pengawasan terhadap pelaksanaan dari Surat Keputusan Bersama ini di wi1ayah masing-masing. BAB III

KETENTUAN LAIN Pasal 4 Ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 dan pasal 2 Surat Keputusan Bersama ini wajib digunakan sebagai acuan dalam penataan ruang wilayah daerah tingkat I maupun daerah tingkat II. Pasal 5 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Surat Keputusan Bersama ini secara nasional akan ditetapkan lebih lanjut oleh para Menteri yang bersangkutan. (2) Ketentuan-ketentuan operasional ditingkat daerah akan diatur lebih lanjut oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan/ atau Bupati/ Walikotamadya Kepala Daerah tingkat II, masing-masing sesuai dengan kebutuhan. KETENTUAN PENUTUP Pasal 6 Surat Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 16 NOPEMBER 1992 MENTERI MENTERI MENTERI NEGARA DALAM NEGERI, PEKERJAAN PERUMAHAN RAKYAT, UMUM, RUDINI RADINAL MUCHTAR SISWONO YUDOHUSODO

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH YANG BERADA DI ATAS TANAH NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat peningkatan mutu kehidupan masyarakat terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah yang bertempat tinggal di kawasan pemukiman kumuh yang berada di atas tanah Negara, perlu dilaksanakan peremajaan pemukiman kumuh; b. bahwa untuk mempercepat pelaksanaan peremajaan pemukiman kumuh tersebut, perlu didorong keikutsertaan Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan dan Perusahaan Swasta serta masyarakat luas; c. bahwa penggunaan peremajaan pemukiman tersebut perlu dilakukan secara terkoordinasi oleh instansi-instansi yang terkait; d. bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut dipandang perlu untuk mengeluarkan Instruksi Presiden; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang Pokok-pokok Perumahan menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2611); 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 5. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahtaraan Sosial (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3039); 6. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215); 7. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3317); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1958 tentang Penyerahan Tugas Urusan Perumahan Kepada Pemerintah Daerah Tingkat I (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 10); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 1963 tentang Hubungan Sewa Menyewa Perumahan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2586) sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1981 (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3208); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1986 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3338); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Pekerjaan Umum Kepada Daerah (Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3353); PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM

- 2-12. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3372); MENGINSTRUKSIKAN : Kepada : 1. Menteri Negara Perumahan Rakyat; 2. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; 3. Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup; 4. Menteri Dalam Negeri; 5. Menteri Pekerjaan Umum; 6. Menteri Sosial; 7. Menteri Keuangan; 8. Kepala Badan Pertanahan Nasional; 9. Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I; 10. Para Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II; Untuk : Melaksanakan peremajaan pemukiman kumuh di daerah perkotaan terutama yang berada di atas tanah Negara di seluruh Indonesia, sesuai dengan pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran Instruksi Presiden ini. Instruksi Presiden ini mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 6 September 1990 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SOEHARTO PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TANGGAL 26 September 1990 PEDOMAN PELAKSANAAN PEREMAJAAN PEMUKIMAN KUMUH DI ATAS TANAH NEGARA Pasal 1 Yang dimaksud dengan Peremajaan Pemukiman Kumuh adalah pembongkaran sebagian atau seluruh pemukiman kumuh yang sebagian besar atau seluruhnya berada di atas tanah Negara dan kemudian di tempat yang sama dibangun prasarana di atas fasilitas lingkungan rumah susun serta bangunan-bangunan lainnya sesuai dengan rencana tata ruang kota yang bersangkutan. Pasal 2 Peremajaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bertujuan untuk : a. Meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupan, harkat, derajat dan martabat masyarakat penghuni pemukiman kumuh terutama golongan masyarakat berpenghasilan rendah dengan memperoleh perumahan yang layak dalam lingkungan pemukiman yang sehat dan teratur; b. mewujudkan kawasan kota yang ditata secara lebih baik sesuai dengan fungsinya sebagaimana ditetapkan dalam rencana tata ruang kota yang bersangkutan; c. mendorong penggunaan tanah yang lebih efisien dengan pembangunan rumah susun, meningkatkan tertib bangunan, memudahkan penyediaan prasarana dan fasilitas lingkungan pemukiman yang diperlukan serta mengurangi kesejangan kesejahteraan penghuni dari berbagai kawasan di daerah perkotaan. Pasal 3 (1) Penghuni lingkungan yang diremajakan ditampung kembali di rumah susun hasil peremajaan atau di lokasi lain yang berdekatan dengan lokasi peremajaan, baik dengan cara memiliki yang didukung dengan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah maupun cara menyewa. (2) Selama proses pembangunan rumah susun, Developer menyediakan rumah penampungan sementara bagi penghuni pemukiman kumuh sepanjang diperlukan. Pasal 4 (1) Dalam menetapkan lokasi pemukiman kumuh yang akan diremajakan, disamping harus sesuai dengan Pola Dasar Rencana Pembangunan Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTK), perlu ada pendekatan kepada masyarakat setempat agar masyarakat berperan secara aktif dalam proses peremajaan tersebut. (2) Peremajaan pemukiman kumuh dilakukan dengan menerapkan sistem subsidi saling antara pembangunan rumah susun dengan areal komersiil yang berada di kawasan yang diremajakan. (3) Biaya yang dikeluarkan oleh developer untuk pengosongan pemukiman kumuh, penampungan sementara para penghuni pemukimah kumuh, pembangunan rumah susun lengkap dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya, pemindahan penghunian ke rumah susun dan tingkat keuntungan yang wajar, memperoleh imbalan berupa areal komersiil yang senilai. Pasal 5 (1) Rumah susun yang dibangun di lokasi peremajaan berikut tanahnya menjadi milik negara. (2) Menteri Keuangan menyerahkan pengelolaan rumah susun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Perusahaan Umum (PERUM) PERUMNAS. Pasal 6 (1) Rumah susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dapat disewakan atau dijuan oleh Perusahaan Umum (PERUM) PERUMNAS. (2) Harga sewa satuan rumah susun ditetapkan dengan memperhatikan besarnya biaya operasi dan pemeliharaan rumah susun. PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM

(3) Harga jual satuan rumah susun ditetapkan dengan memperhatikan kemampuan penghasilan penghuni pemukiman kumuh. Pasal 7 Sumber pembiayaan untuk pelaksanaan peremajaan pemukiman kumuh dengan pola ini disediakan dari : a. Badan Usaha Milik Negara, khususnya Perusahaan Umum (PERUM) PERUMNAS; b. Yayasan, khususnya Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial; c. Developer Swasta. Pasal 8 Ratio atas lahan rumah susun dan areal komersiil serta banyaknya satuan rumah susun yang dibangun ditetapkan oleh Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dengan persetujuan Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan, dan khusus untuk DKI Jakarta ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasal 9 Peremajaan pemukiman kumuh di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan sebagai proyek percontohan untuk dapat dikembangkan di kota-kota lain. Pasal 10 (1) Menteri Negara Perumahan Rakyat mengkoordinasikan unsur-unsur yang terkait dalam pelaksanaan peremajaan pemukiman kumuh serta memonitor tahap pelaksanaan dan purna pelaksanaan pembangunan. (2) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mengkoordinasikan program peremajaan pemukiman kumuh ini dengan program-program lain yang berkaitan dengan program peremajaan pemukuman kumuh. (3) Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup memberikan bimbingan dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan pemukiman dari kawasan yang diremajakan. (4) Menteri Dalam Negeri memberikan pembinaan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II dalam penyiapan program dan pengaturan peremajaan lingkungan pemukiman kumuh di daerahnya masing-masing serta menginstruksikan kepada Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I dan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II untuk melakukan inventarisasi pemukiman-pemukiman kumuh yang ada di setiap kota, menyusun usulan proyek dari rencana peremajaan masing-masing kawasan pemukiman kumuh, mencari developer bai Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Yayasan-yayasan maupun perusahaan swasta yang berminat untuk meremajakan serta menetapkan persyaratan-persyaratan hubungan kerjasama antara Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan developer yang berminat. (5) Menteri Pekerjaan Umum : a. memberikan bimbingan dan bantuan atas pembangunan prasarana bidang pekerjaan umum; b. mengatur persyaratan teknis pembangunan rumah susun; c. menetapkan harga sewa dan harga jual satuan rumah susun. (6) Menteri Sosial memberikan penyuluhan kepada masyarakat pemukiman kumuh yang akan diremajakan, membina peningkatan kesejahteraannya serta mengarahkan penggunaan sebagian dana dari Yayasan Dana Bhakti Kesejahteraan Sosial untuk mendukung pelaksanaan peremajaan pemukiman kumuh ini. (7) Menteri Keuangan memberikan bimbingan dan pengaturan atas sumber dana untuk pembangunan dan pengelolaan rumah susun yang dibangun oleh Perusahaan Umum (PERUM) PERUMNAS dan pemanfaatan dari hasil penjualan dan penyewaan rumah susun yang dikelola oleh Perusahaan Umum (PERUM) PERUMNAS. (8) Kepala Badan Pertahanan Nasional menyelenggarakan pemberian hak atas tanah dalam likasi yang diremajakan termasuk hak atas tanah areal komersiil. (9) Para Gubernur Kepala Daerah Tingkat I bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan peremajaan pemukiman kumuh di Daerah Tingkat II. (10) Khusus Gubernur Kepala Daerah DKI Jakarta bertanggung jawab atas : a. penetapan lokasi peremajaan pemukiman kumuh sesuai dengan Pola Dasar Rencana Pembangunan Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota; b. pengaturan peremajaan pemukiman kumuh di wilayah DKI Jakarta; PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM

c. pemberian kemudahan dalam proses perizinan, bantuan pengadaan prasarana, fasilitas lingkungan dan pemindahan penghuni; d. pengawasan mutu bangunan rumah susun beserta prasarana dan fasilitas lingkungan. (11) Para Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II bertanggung jawab atas : a. penetapan lokasi peremajaan pemukiman kumuh sesuai pola Dasar Rencana Pembangunan Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota; b. pengaturan peremajaan pemukiman kumuh di Daerah Tingkat II yang bersangkutan; c. pemberian kemudahan dalam proses perizinan, bantuan pengadaan prasarana, fasilitas lingkungan dan pemindahan penghuni; d. pengawasan mutu bangunan rumah susun beserta prasarana dan fasilitas lingkungan. Pasal 11 Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman ini akan diatur lebih lanjut secara bersama-sama atau sendiri-sendiri oleh Menteri-Menteri/Kepala Lembaga yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugasnya serta tanggung jawab masing-masing dengan koordinasi yang sebaik-baiknya. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ttd. SOEHARTO PUSAT HUKUM DAN HUMAS BPN RI SJDI HUKUM