EFEKTIVITAS MODEL PELATIHAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI MUDARRIS DISERTASI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dessy Asri Astrianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 12 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara karena maju tidaknya suatu negara itu tergantung dari kualitas sistem

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidik sangat berperan dalam mewujudkan kehidupan yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 202 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Menurut Suhailah Hussien (2007: 91)

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus memanfaatkan kesempatan yang ada. Berdasarkan pengalaman

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang tercantum pada UU RI No.14 tahun 2005 pasal 1,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kaling berpenghasilan dari hasil membuat batu bata dan karyawan. anak jadi rendah sehingga prestasi juga rendah pula.

BAB III METODE PENELITIAN

SIMULASI TENTANG CARA PENGISIAN SKP DOSEN TETAP YAYASAN. KOPERTIS WILAYAH I SUMATERA UTARA 29.d 30 JANUARI 2018

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah, (Jakarta: Kementrian Agama RI, 2003), 1. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Yogyakarta : BPFE, 1988), hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara maju diperlukan guru profesional sebagai tenaga pendidik. yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. ideal yang terlihat ketika guru berinteraksi dengan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. dalam ikut serta mencerdaskan bangsa. Banyaknya jumlah pesantren di Indonesia,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alam dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Guru merupakan pihak yang bersinggungan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, tanpa keikutsertaannya kegiatan belajar-mengajar tidak akan. berjalan dengan baik. Sebagaimana dikemukakan Mulyasa:

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidik penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. disusun oleh: FEBRI ARIFIN A

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

2015 ANALISIS KETERAMPILAN GURU DALAM MEMBERIKAN VARIASI STIMULUS PADA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DINIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pada. prinsipnya yang memiliki tanggung jawab besar adalah penyelenggara

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik lingkungan fisik maupun metafisik. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

EFEKTIVITAS MODEL PELATIHAN KOMUNIKASI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA DALAM DISERTASI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Oleh: UNANG WAHIDIN NIM.: 1102597 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mudarris sebagai guru atau pengajar adalah salah satu sumber belajar, ) المدرس ( mudarris pendidik, dan pengajar yang harus memiliki kompetensi. Kata dalam literatur Islam berasal dari Bahasa Arab, asal kata Darrasa ( درس ) yang berarti mengajar, sedangkan kata mudarrisnya sendiri bermakna pengajar atau guru. Hal ini sebagaimana tercantum dalam kamus Al-Munawwar Arab Indonesia (A.W. Munawwir, 1997, hlm. 398) mudarris mempunyai arti guru, pengajar. Secara terminologis, mudarris memiliki arti mengajarkan suatu ilmu dalam suasana formal (Rahendra Maya, 2015, hlm. 61). Selain itu, mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan dan berusaha mencerdaskan siswa, memberantas kebodohan, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan siswa. Singkatnya mudarris adalah orang yang dipercaya sebagai guru dalam upaya membelajarkan siswa (http:// bumisatulangit.blogspot. com/2011/05/pemikiran-tentang-guru-dalam-pendidikan. html/). Di Indonesia, sebutan mudarris diberikan kepada guru atau pengajar pada pondok pesantren. Tugas mudarris secara esensial adalah mencerdaskan pembelajar dan memberantas kebodohan serta melatih keterampilan sesuai bakat, minat dan kemampuannya sehingga menjadi tenaga kerja yang produktif (Muhaimin, 2003, hlm. 216-217); (Muhaimin, 2011, hlm. 179-180); dan (Abdul Mujib dan Muzakkir, 2008, hlm. 92). Mudarris merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan dan pembelajaran secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral pada pondok pesantren. Hal ini karena mudarris sangat menentukan keberhasilan santri, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar pada pondok pesantren. Oleh karena itu, upaya perbaikan harus terus menerus 1

2 dilakukan dalam rangka meningkatkan kompetensi mudarris. Kata meningkatkan mengandung arti menaikan derajat atau taraf, mempertinggi, dan memperhebat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, 2012, hlm. 1470). Sedangkan menurut Moeliono (dalam Sawiwati, 2009, hlm. 4), mengatakan bahwa meningkatkan adalah sebuah cara atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan keterampilan atau kemampuan menjadi lebih baik. Berdasarkan pengertian meningkatkan sebagaimana tersebut di atas, tersirat adanya unsur proses yang bertahap, dari mulai tahap terendah, tahap menengah, dan tahap akhir atau tahap puncak. Suatu usaha untuk tercapainya suatu peningkatan diperlukan perencanaan dan pelaksanaan yang baik. Perencanaan dan pelaksanaan ini harus saling berhubungan dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Jadi meningkatkan merupakan suatu usaha untuk terjadi perubahan yang menunjukkan ke arah yang lebih besar dan lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh dua unsur atau lebih yang saling berhubungan dari kecil menjadi besar yang diusahakan oleh seorang atau sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Meningkatkan menggambarkan suatu proses bertambahnya identitas, meningkatnya kemampuan dan kapasitas untuk mempertahankan eksistensinya dan adaptasi terhadap lingkungan. Meningkatkan senantiasa didasarkan pada pengalaman, pengamatan, dan percobaan yang terkendali. Sedangkan pengertian kompetensi menurut Hay dalam Manopo (2011) didefinisikan sebagai sejumlah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, sikap, atau perilaku lain yang esensial untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan kontribusi terhadap kesuksesan sebuah hasil kerja dan memberi pembedaan terhadap kinerja superior. Sedangkan berkaitan dengan kompetensi guru, Undang- Undang Republik Indonesia, No. 14, Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen menyatakan, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Selanjutnya undang-undang tersebut

3 menyatakan bahwa standar kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Berdasarkan pengertian kompetensi tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian kompetensi mudarris pada pondok pesantren adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh pondok pesantren dalam memfasilitasi mudarris agar memiliki pengetahuan, keahlian dan/atau sikap yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang akan datang. Mudarris pada pondok pesantren merupakan human capital yang nilainya banyak bergantung pada derajat kompetensi yang dimiliki. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa meningkatkan kompetensi adalah jalannya proses suatu usaha dengan cara tertentu yang dilaksanakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menaikan, mempertinggi, dan memperhebat kemampuan seseorang dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan makna meningkatkan yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah usaha mempertingi kompetensi mudarris pada pondok pesantren dari kompetensi rendah kepada kompetensi sedang dan dari kompetensi sedang kepada kompetensi tinggi, sehingga sesuai dengan standar kompetensi yang berlaku. Selain itu meningkatkan kompetensi mudarris yang dimaksud juga merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, kualitas maupun kuantitas, penambahan keterampilan dan kemampuan mudarris agar menjadi lebih baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan (preliminary research) dan analisis kebutuhan pelatihan (training need analysis) berkaitan dengan kondisi empirik kompetensi mudarris pada pondok pesantren adalah sebagai berikut: 1. Mudarris kurang memperhatikan situasi ketika komunikasi pembelajaran sedang dilangsungkan dalam proses pembelajaran; 2. Pada saat proses komunikasi pembelajaran berlangsung terjadi hambatan menyangkut bahasa yang digunakan sebagai alat penyampai pesan (materi pelajaran); 3. Terjadi hambatan mekanis, yaitu hambatan yang banyak dijumpai pada waktu mudarris menggunakan alat

4 bantu mengajar atau media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses komunikasi pembelajaran, yaitu berupa: papan tulis dalam keadaan tidak bersih dari tulisan materi pelajaran sebelumnya, dan bila mudarris menggunakan media pembelajaran yang berjenis elektronik perlu waktu untuk mempersiapkannya sehingga menyita waktu pelajaran yang tersedia; 4. Terjadi hambatan ekologis, yaitu hambatan yang disebabkan oleh lingkungan sekitar, dimana proses komunikasi pembelajaran sedang dilangsungkan. Kasus yang sering terjadi adalah suara kendaraan motor yang melalui jalan di samping bangunan pondok pesantren. Selain itu suara musik yang berasal dari perkampungan yang jaraknya dekat dengan pondok pesantren; 5. Mudarris kurang mampu berbicara langsung kepada inti; dan 6. Permasalahan pada komunikasi antar pribadi yang kurang berjalan baik, karena masih terjadi perbedaan makna dan perbedaan pemahaman dari apa yang dikomunikasikan antara mudarris dengan santri, hal ini mengakibatkan umpan balik jarang terjadi. Selain temuan kondisi tersebut di atas, Mujamil Qomar (2007, hlm. 73) mengatakan bahwa kelemahan pendidikan pesantren yang lain adalah suasana pembelajaran yang pasif. Suasana yang demikian itu harus ditransformasikan ke dalam suasana pembelajaran yang kondusif dan memfasilitasi penguatan daya kritis para santri melalui berbagai kondisi dan pengembangan wawasan yang diperkuat oleh pendekatan-pendekatan metodologis. Selanjutnya, Abdullah Masmuh mengatakan: Pelajaran Agama Islam sering dianggap kurang menarik bukan karena pelajarannya tidak penting, tetapi karena kurang menariknya cara penyampaian. Syarat utama seorang guru adalah mempunyai kompetensi komunikasi pembelajaran yang baik. Efektivitas pembelajaran sedikit banyak bergantung pada efektivitas komunikasi pembelajaran. Oleh karena itu, efektivitas seorang guru dalam pembelajaran bergantung pada seberapa efektif komunikasinya dengan siswa (Harian Republika, Selasa 19 Maret 2013, hlm. 18). Tuntutan besar terhadap kompetensi mudarris pada pondok pesantren dalam menggunakan komunikasi pembelajaran, selain karena komunikasi

5 pembelajaran bisa mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar santri, juga komunikasi pembelajaran menjadi alat untuk mempermudah memahami ilmuilmu agama Islam yang diajarkan oleh mudarris. Kompetensi komunikasi pembelajaran mudarris di dalam proses pembelajaran pada pondok pesantren, merupakan salah satu pilar profesionalisme mudarris yang dituntut saat ini. Oleh karena itu mesti dipersiapkan kegiatan untuk mendidik dan melatih para mudarris agar mampu memenuhi kompetensi komunikasi pembelajaran yang efektif. Beberapa penyebab kompetensi komunikasi pembelajaran lemah pada mudarris pondok pesantren antara lain: 1. Sebagaian besar mudarris pada pondok pesantren berpendidikan formal jenjang Sekolah Dasar (SD) atau sederajat sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat; 2. Mudarris pada pondok pesantren bukan lulusan dari program studi pendidikan yang ada di Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam proses belajar mengajar termasuk di dalamnya mempelajari komunikasi pembelajaran; 3. Mudarris kurang mampu menggunakan komunikasi pembelajaran yang efektif dan afektif sebagai salah satu kompetensi yang akan meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran pada pondok pesantren; dan 4. Mudarris menggunakan komunikasi pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan terhadap mudarris senior yang terlebih dahulu bertugas pada pondok pesantren. Berkaitan dengan paparan tersebut di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Model Pelatihan Komunikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia dalam Meningkatkan Kompetensi Mudarris. Kajian ini dilaksanakan terhadap mudarris yang bertugas pada pondok pesantren salafiyah (tradisional) sebagai lembaga pendidikan keagamaan non formal yang berada di Kabupaten Bogor. B. Identifikasi Masalah

6 Berdasarkan latar belakang penelitian dan hasil studi pendahuluan di atas, maka masalah yang dihadapi dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Pada umumnya pelatihan komunikasi yang selama ini dilakukan belum menyentuh kepada pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia; 2. Masih terbatasnya penyelenggaraan pelatihan komunikasi dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren; 3. Proses pembelajaran pada pelatihan komunikasi yang sudah berlangsung, persentase penjelasan teoritis lebih besar dari pada penjelasan secara praktik; 4. Belum adanya mekanisme evaluasi yang komprehensif terhadap hasil belajar dalam pelatihan komunikasi. Sehingga penilaian efektivitas pelatihan komunikasi masih parsial. Atas dasar identifikasi masalah tersebut di atas, perlu adanya usaha dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren guna mengantisipasi berbagai hambatan pada proses pembelajaran, salah satu usaha yang bisa dilakukan adalah melalui pelatihan. Mengingat banyak faktor penyebab dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren, maka peneliti hanya akan membatasi pada pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dirumuskan secara sistematis desain model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren. C. Rumusan Masalah Penelitian Mengingat latar belakang penelitian dan identifikai masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakah efektivitas model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris? Selanjutnya permasalahan tersebut di atas diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

7 1. Bagaimanakah kondisi komunikasi pembelajaran antara mudarris dengan santri dalam proses belajar mengajar? 2. Bagaimanakah model konseptual pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris? 3. Bagaimanakah implementasi model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris? 4. Bagaimanakah efektivitas implementasi model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menguji efektivitas model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris. Untuk mencapai tujuan umum tersebut ditetapkan tujuan-tujuan khusus sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi kondisi komunikasi pembelajaran antara mudarris dengan santri dalam proses belajar mengajar. 2. Untuk menemukan model konseptual pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris. 3. Untuk memperoleh gambaran tentang implementasi model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris. 4. Untuk menguji efektivitas implementasi model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kompetensi mudarris. E. Manfaat / Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan menghasilkan temuan yang dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoritis berupa proposisi, prinsip atau dalil dalam bidang

8 pendidikan luar sekolah, khususnya berkenaan dengan pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia; manfaat praktis bagi penyelenggara pelatihan; manfaat bagi pengambil kebijakan berkaitan dengan pondok pesantren; maupun manfaat yang berkaitan dengan isu dan aksi sosial. 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan proposisi, prinsip, atau dalil dalam pendidikan luar sekolah, khususnya dalam bidang pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia. b. Memberikan sumbangan model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kompetensi mudarris. c. Memberikan sumbangan konsep dalam pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kompetensi mudarris. 2. Manfaat Praktis a. Memberikan masukan bagi para penyelenggara pelatihan bahwa model pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia efektif dalam meningkatkan kompetensi mudarris/guru/pengajar. b. Memberikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan keagamaan, yaitu: yayasan Islam yang menyelenggarakan pondok pesantren, para kiai pada pondok pesantren, mudir/mudiroh (kepala) pada pondok pesantren, para mudarris/mudarrisah (guru/pengajar) pada pondok pesantren, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan pelatihan komunikasi pembelajaran berbasis multimedia yang dapat dipergunakan dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren. 3. Manfaat bagi Pengambil Kebijakan

9 Memberikan sumbangan pemikiran bagi Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI berkaitan dengan salah satu model pelatihan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi mudarris pada pondok pesantren. 4. Manfaat dari Segi Isu dan Aksi Sosial a. Memberikan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dengan pondok pesantren bahwa mudarris pada pondok pesantren perlu di tingkatkan kompetensi profesinya melalui pelatihan, baik berupa kompetensi: pedagogik, profesional, kepribadian, maupun sosial. b. Memberikan masukan bagi berbagai pihak bahwa peningkatan kompetensi mudarris melalui pelatihan akan meningkatkan kompetensi mudarris tersebut dalam melakukan transfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, juga melakukan kontrol sosial dan rekayasa sosial terhadap peserta didik dan masyarakat di sekitar pondok pesantren. F. Struktur Organisasi Disertasi Struktur organisasi dalam disertasi ini adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Penelitian; Identifikasi Masalah; Rumusan Masalah Penelitian; Tujuan Penelitian; dan Manfaat Penelitian yang meliputi: Manfaat Teoritis, Manfaat Praktis, Manfaat Bagi Pengambil Kebijakan, dan Manfaat dari segi Isu dan Aksi Sosial. Bab II: Kajian Pustaka / Landasan Teoritis, meliputi: Model Pelatihan terdiri dari Pengertian Model Pelatihan dan Model-Model Pelatihan; Hakikat Kompetensi terdiri dari Pengertian Kompetensi; Keuntungan Peningkatan Kompetensi, dan Kompetensi dan Sub Sub Kompetensi Guru; Komunikasi Pembelajaran; Pembelajaran Berbasis Multimedia; Penelitian Terdahulu; dan Kerangka Berpikir Penelitian.

10 Bab III: Metode Penelitian, meliputi: Lokasi, Subjek Populasi, dan Sampel Penelitian; Desain Penelitian; Metode Penelitian; Definisi Operasional; Instrumen Penelitian; Proses Pengembangan Instrumen; Uji Validitas Instrumen; Uji Reliabilitas Instrumen; Uji Tingkat Daya Pembeda Soal; Uji Tingkat Kesukaran Soal; Teknik Pengumpulan Data; dan Analisis Data. Bab IV: Temuan dan Pembahasan, meliputi: Kondisi Komunikasi Pembelajaran Antara Mudarris dengan Santri dalam Proses Belajar Mengajar; Model Konseptual Pelatihan Komunikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia; Implementasi Model Pelatihan Komunikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia; dan Efektivitas Implementasi Model Pelatihan Komunikasi Pembelajaran Berbasis Multimedia. Bab V: Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi.