BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
EKSPEKTASI GURU TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI. Oleh

EKSPEKTASI GURU TERHADAP PROGRAM PENGEMBANGAN PROFESI. Oleh

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. teknologi canggih yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari demi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU BERBASIS PENDIDIKAN NILAI. Prof.Dr.H.Sofyan Sauri, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I LATAR BELAKANG. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders), baik dari pihak pemerintah maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan pengganti dari Undang-Undang No.2 Tahun 1989, Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang harus diikuti oleh semua orang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan diperlukan guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada. Terkait

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

PERANAN SERTIFIKASI GURU DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M. Pd. **)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan faktor penunjang utama dalam maju atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan merupakan sebuah. persoalan kompleks, karena untuk mewujudkannya dibutuhkan saling

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek sosial dari program pembangunan

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Undang - Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebagai suatu upaya pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan bangsa yang cerdas dan intelek. Pendidikan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia dengan laju. peningkatan sumber daya manusia. Mulyasa (2011:3) mengemukakan:

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan definisi istilah. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam pembangunan suatu bangsa. Menurut Sauri (2010:1) faktor internal yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter bangsa di antaranya adalah arah pembangunan dunia pendidikan. Pembangunan yang bertata nilai merupakan esensi dari suatu pemahaman pembangunan yang sepenuhnya berorientasi pada manusia sebagai subjek pembangunan atau lazim dikenal dengan human oriented development. Tanpa adanya orientasi demikian, maka pembangunan hanya akan mencakup tataran fisik dan tanpa disertai adanya pembangunan budaya serta peningkatan standar nilai kehidupan manusianya. Hal yang mendominasi terhadap performance manusia sebagai subjek pembangunan yang bertata nilai tersebut tiada lain adalah pendidikan. Pendapat mengenai pendidikan merupakan komponen penting dalam pembangunan diungkapkan pula oleh beberapa pakar pendidikan, yaitu oleh

2 Samani (2010:V) bahwa pendidikan memililiki kontribusi signifikan dalam peningkatan taraf ekonomi, baik secara ekonomi maupun sosial. Logikanya, seseorang yang berpendidikan memiliki produktivitas kerja lebih baik, sehingga menopang pertumbuhan ekonomi. Pendidikan merupakan wahana yang strategis menyiapkan sumber daya manusia (human capital) dalam pembangunan bangsa. Menurut Tilaar dan Nugroho (2008:32) tujuan akhir dari proses pendidikan adalah sejalan dengan tujuan pembangunan milennium ketiga, yaitu menghormati dan mengembangkan hak asasi manusia sebagai makhluk yang merdeka, namun bertanggung jawab atas sesamanya di planet bumi ini. Studi Bank Dunia terhadap seratus lima puluh(150) negara menunjukkan bahwa kemajuan suatu negara ditentukan oleh inovasi (45%), networking (25%), teknologi (20%), dan sumber daya alam (10%). Tiga faktor awal, yaitu inovasi, networking, dan teknologi adalah bagian dari kualitas sumber daya manusia dan hanya 10% di luar itu. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengantar bangsa Indonesia ke eraglobal, diperlukan peran dunia pendidikan sebagai pilar utama pengembangan sumber daya manusia (SDM) (Samani,2012:5). Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan berbagai kemampuan peserta didik secara utuh baik intelektual, emosionaliatas, sosialitas, moralitas, maupun religiulitas. Pendidikan juga memegang peranan penting dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa (Dardiri dalam Suyatno, 2009:208). Untuk mencapai keberhasilan pendidikan, guru mempunyai peranan yang strategis dan sentral dalam dunia pendidikan. Peran guru sangat vital dan fundamental,

3 mengingat guru merupakan pelaku utama yang sangat membantu proses pembelajaran siswa di kelas. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak boleh melupakan guru. Guru harus memperoleh perhatian prioritas sebagai bagian integral dalam melakukan upaya peningkatan pendidikan. Betapapun baiknya kurikulum dan sarana-prasarana pembelajaran lainnya, tanpa didukung oleh guru yang kompetens dan profesional, tidak akan membuahkan hasil belajar yang optimal (Baedhowi dalam Suyatno, 2009:71). Guru merupakan komponen utama yang paling menentukan keberhasilan pendidikan karena di tangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana, dan prasarana serta iklim pembelajaran menjadi lebih berarti bagi peserta didik. Di tangan guru dapat tercipta proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Akan tetapi, berdasarkan berbagai kajian hasil penelitian bahwa profesionalisme guru di Indonesia masih rendah, hal ini dapat terlihat dari berbagai indikator seperti rendahnya komitmen guru terhadap profesi, kurangnya motivasi guru untuk melakukan penelitian, dan adanya beberapa perguruan tinggi yang mencetak guru asal jadi ( Mulyasa, 2007:9). Guru merupakan ujung tombak peningkatan pendidikan. Guru memiliki peran yang sangat sentral dan strategis dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Sehubungan dengan itu menurut Supranata dalam Suyatno (2009:210) guru yang memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan remunerasi terstandar merupakan impian masyarakat. Dikarenakan guru semacam itu diyakini mampu mendongkrak mutu pendidikan menuju standar nasional pendidikan.

4 Gambar 1.1 Data Peran Guru Yang Dominan Bagi Siswa Dari data hasil penelitian Prof. John Hatte menyimpulkan bahwa dalam pencapaian pembelajaran siswa, guru memegang peranan yang dominan. Pencapaian hasil pembelajaran, guru berperan 30%, kemampuan atau keinginan siswa itu sendiri 49% dan sisanya dipengaruhi oleh peran sekolah, rumah dan teman. Guru memiliki peran sangat strategis dan sentral dalam proses peningkatan mutu pendidikan, mengingat tugas dan fungsinya menuntut guru untuk senantiasa berada di garis terdepan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu sosok guru yang profesional merupakan syarat mutlak bagi terciptanya sistem dan praktik pendidikan yang bermutu (Darma dalam Suyatno, 2009 :177).

5 Guru memiliki peran yang sangat vital dan fundamental dalam mewujudkan accountability penyelenggaraan dan pemberian layanan pendidikan yang bermutu, tanpa guru yang memiliki kompetensi tinggi, upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan dicapai dengan maksimal. Untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang cakap dan berdaya saing diperlukan upaya dan kemauan yang keras. Salah satunya adalah ketersediaan guru. Guru yang dimaksud adalah guru yang memiliki kompetensi. Guru yang kreatif, inovatif dan pekerja keras merupakan ciri guru yang diharapkan (Suyatno, 2009:339). Pada pasal 39 ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pada pasal 1 butir 1 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari kedua UU tersebut secara jelas, menyatakan bahwa pendidik (di dalamnya termasuk guru) merupakan sebuah profesi. Sehingga guru harus melaksanakan

6 tugasnya secara profesional. Jadi, guru (pendidik) sebagai profesi tidak dapat (tidak boleh) dikerjakan orang yang tidak memiliki profesi tersebut. Guru adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh profesional karena guru berhubungan dengan tanggung jawab merancang dan membangun sesuatu yang amat penting bagi masa depan kemanusiaan (Sutjipto dalam Suyatno, 2009:94). Pemerintah melalui Undang-Undang No 14 Tahun 2005 menetapkan empat kompetensi yang harus dikuasai oleh guru sebagai tenaga pendidik, yaitu (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi pedagogik, dan (4) kompetensi Sosial. Keempat kompetensi tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan membentuk konfigurasi yang menggambarkan sosok guru yang profesional dan berkarakter. Rahman (2013:23) mengemukakan bahwa guru bukan hanya sekadar pengajar melainkan sebagai pendidik. Guru bukan hanya sekadar membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan melainkan mengubah perilaku siswa ke arah yang lebih baik melalui pembentukan sikap yang positif. Menyadari pentingnya peran guru dalam pembelajaran, pemerintah telah melakukan berbagai terobosan untuk mewujudkan guru yang kompetens dan profesional, sejahtera, bermartabat dan terlindungi. Salah satu usaha tersebut adalah melalui Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD). Sebagai salah satu bentuk kongkrit implementasi Undang-Undang Guru dan Dosen adalah upaya pemerintah melakukan sertifikasi guru dalam jabatan

7 yang pada hakekatnya untuk mendongkrak kualitas, martabat, dan sekaligus kesejahteraan guru (Baedhowi dalam Suyatno, 2009:73). Guru dikatakan profesional apabila telah mendapatkan sertifikat pendidik. Sertifikasi guru merupakan program pengembangan profesi oleh pemerintah, program sertifikasi diberikan pemerintah untuk peningkatan mutu guru dan perhatian pemerintah guna lebih mensejahterakan guru. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya melalui pendidikan formal, pendidikan dan pelatihan (diklat), workshop, magang, seminar, simposium, dan sebagainya. Pengalaman empirik menunjukkan bahwa pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kompetensi guru secara nasional. Dalam operasionalnya upaya tersebut dilaksanakan oleh tiga puluh ( Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) di tiga puluh provinsi dan oleh dua belas Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga kependidikan (P4TK) sesuai dengan bidangnya (Surapranata dalam Suyatno, 2009:212). Berjalannya program sertifikasi guru meningkat pula jumlah guru bersertifikasi, tetapi kenyataanya mutu guru belum meningkat sesuai harapan. Beberapa studi menunjukkan tidak terjadi peningkatan kinerja guru setelah mereka mendapat tunjangan profesi (Samani, 2012:142). Tampaknya guru belum terbiasa melakukan pengembangan profesi bagi dirinya, walaupun penghasilan mereka sudah cukup baik (Samani, 2012:222). Hal ini dapat dilihat pula dari mutu pendidikan yang belum meningkat.

8 Menurut Samani (2012:63) mutu pendidikan di Indonesia belum meningkat berdasarkan hasil penelitian Universitas Negeri Surabaya hasil ujian nasional (UN) Sekolah Menengah Atas (SMA) selama tiga tahun (2008, 2009, 2010) menunjukkan bahwa salah satu kelemahan siswa SMA adalah kemampuan menganalisis data, baik berupa data uraian kalimat maupun data berupa angka atau tabel. Padahal menurut kajian Moller dan Wagner (2011), salah satu kemampuan penting yang diperlukan saat ini adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi (expert thinking), termasuk analisis. Meningkatnya jumlah guru yang sudah bersertifikasi maka diharapkan mutu pendidikan di negara kita makin meningkat pula dan untuk mempertahankan mutu guru tersebut membutuhkan program pengembangan profesi yang efektif sesuai dengan kebutuhan guru untuk dunia pendidikan saat ini dan yang akan datang. Data guru MI bersertifikasi sampai tahun 2014 di lingkungan Kemenag seperti pada tabel berikut. Tabel 1.1 Data Guru MI di Kota Bandar Lampung Guru MI Kota Bandar Lampung Sudah Bersertifikasi 679 Belum Sertifikasi 186 Jumlah 865 Sumber : Kemenag Bagian Pendidikan Kota Bandar Lampung (2014) Meningkatkan profesionalisme guru merupakan salah satu jawaban penting dalam pembangunan pendidikan nasional yang berkualitas. Membina profesionalisme guru berarti pula membina profesionalisme dunia pendidikan nasional kearah yang lebih mapan, dan pada gilirannya menjadi barometer penting dalam melihat

9 sejauhmana pembangunan kualitas pendidikan nasional telah dicapai. Dalam konteks yang lebih luas, guru yang profesional dapat menjadi nahkoda pembangunan pendidikan yang menghasilkan anak-anak bangsa yang berkualitas dan berdaya saing. Ini berarti makin profesional sumber daya pendidik makin terbuka pula peluang mengembangkan kualitas layanan pendidikan nasional yang berarti pula peluang menghasilkan output pendidikan nasional yang lebih baik juga semakin terbuka (Suyanto dalam Suyatno, 2009:115). Sebagai bagian dari sistem pendidikan guru dihadapkan pada berbagai tantangan baik internal maupun global. Guru juga dihadapkan pada adanya ketegangan antara yang global dan yang lokal, antara yang universal dan yang individual, antara yang setia pada tradisi dan tuntutan modernitas, antara nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai material. Banyak tantangan yang dihadapi oleh guru profesional, sudah seharusnya guru-guru profesional harus selalu meningkatkan kompetensi dan kualitas secara terus menerus, baik kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Tanpa upaya yang terus menerus memperbarui diri, maka guru-guru kita meskipun sudah mendapatkan sertifikat pendidik profesional akan tertinggal oleh kemajuan zaman. Di sinilah pentingnya life-long learning dan lifelong education (Dardiri, 2009:208) Menurut Rahman (2014:6) profesionalitas seorang guru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengalaman (experience), harapan (expectation) dan fakta/kenyataan (evidence). Berangkat dari hal-hal di atas, maka perlu di kaji tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan kompetensi guru seperti (1) Untuk

10 meningkatkan kompetensi guru dipandang perlu mengetahui harapan guru mengenai perencanaan terhadap program pengembangan profesi; (2) Untuk meningkatkan kompetensi guru dipandang perlu untuk meninjau pengorganisasian terhadap program pengembangan profesi; (3) Untuk meningkatkan kompetensi guru dipandang perlu meninjau pelaksanaan terhadap program pengembangan profesi; (4) Untuk peningkatkan kompetensi guru dipandang perlu meninjau pengawasan terhadap program pengembangan profesi. Bertolak dari hal tersebutlah peneliti tertarik untuk meneliti mengenai ekspektasi guru terhadap program pengembangan profesi di Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Jannnah Bandar Lampung dan Madrasah Ibtidaiyah Al-Munawaroh Bandar Lampung. Peneliti melaksanakan penelitian di kedua sekolah ini karena kedua sekolah/madrasah ini merupakan lembaga pendidikan formal yang potensial memberikan layanan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari indikasi bahwa Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Bandar Lampung berjumlah enam puluh buah yang terdiri dari dua belas Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) dan empat puluh delapan Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS). Kedua sekolah/madrasah ini walau merupakan sekolah swasta yang kecil, tetapi mempunyai jumlah murid yang semakin meningkat terutama dalam tiga tahun terakhir ini. Tenaga pendidik sebagai sumber daya manusia yang penting, dengan kualifikasi pendidikannya yang beragam dan makin meningkatnya jumlah guru yang bersertifikat pendidik di kedua sekolah ini.

11 MI Miftahul Jannah merupakan sekolah swasta kecil di pinggiran kota Bandar Lampung yang hanya mempunyai empat (4) ruang kelas dan satu (1) ruang untuk kantor, menampung siswa sebanyak seratus tujuh puluh sembilan (179) siswa untuk tahun pelajaran 2014/2015 ini dan dibagi menjadi 9 rombel. Madrasah ini mempunyai luas tanah hanya 600 m2. Data di bawah menunjukkan jumlah siswa di MI Miftahul Jannah yang mengalami peningkatan pada tiga tahun terakhir. Tabel 1.2 Data Jumlah siswa di MI Miftahul Jannah No Tahun Pelajaran Jumlah Siswa 1. 2011/2012 175 2. 2012/2013 172 3. 2013/2014 174 4. 2014/2015 179 Sumber: Data Sekolah Jumlah siswa MI Miftahul Jannah cukup mengalami peningkatan terutama dalam tiga tahun terakhir ini. MI Al-Munawarroh terletak di pinggiran kota Bandar Lampung yang mempunyai lebih banyak ruang kelas dan luas tanah yang lebih luas dibanding MI Miftahul Jannah. Jumlah sisw a Al-Munawarroh pun mengalami peningkatan terutama dalam empat tahun terakhir ini. Jumlah siswa MI Al-Munawarah makin meningkat terutama di empat tahun terakhir ini. Hal tersebut dapat dilihat dari data berikut:

12 Tabel 1.3 Data jumlah siswa MI Al-Munawarroh No Tahun Pelajaran Jumlah Siswa 1. 2011/2012 160 2. 2012/2013 175 3. 2013/2014 180 4. 2014/2015 198 Sumber: Data Sekolah Jumlah guru di MI Miftahul Jannah berjumlah dua belas orang, terdiri atas kepala madrasah, tiga guru bidang studi Agama Islam, dan delapan sebagai guru kelas. Untuk kualifikasi pendidikan terdiri atas S-1 sebanyak 67% dan yang belum S-1 sebanyak 23% lulusan Sekolah Menengah Atas dan sederajat atau masih meneruskan pendidikan S-1. Untuk guru yang memiliki sertifikat pendidik atau yang sudah sertifikasi terdiri atas enam orang dari dua belas orang guru atau sudah mencapai 50% dari jumlah keseluruhan guru di MI Miftahul Jannah. Tabel 1.4 Data Guru di MI Miftahul Jannah dan MI Al-Munawaroh Status pendidik MI Miftahul Jannah MI Al-Munawarah Guru belum sertifikasi 6 7 Guru bersertifikasi 6 5 Jumlah 12 12 Sumber : Hasil Observasi Sedangkan jumlah guru di MI Al-Munawaroh yaitu berjumlah dua belas orang. Terdiri atas kepala madrasah, empat guru bidang studi dan tujuh guru kelas. Kualifikasi Pendidikan guru S-1 sebanyak 75% dan yang belum S-1 sebanyak 25%. Guru yang bersertifikasi sebanyak 5 orang dari dua belas orang guru atau mencapai 42%.

13 Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu sumber daya pengelola (guru) telah dilakukan, baik pemerintah maupun dari yayasan. Melihat hal ini peneliti terpanggil meneliti tentang ekspektasi guru terhadap program pengembangan profesi di MI Miftahul Jannah dan MI Al Munawarroh Bandar Lampung. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka fokus penelitian ini adalah ekspektasi guru terhadap program pengembangan profesi di MI Miftahul Jannah dan MI Al Munawarroh Bandar Lampung, sedangkan sub fokus dalam penelitian ini adalah 1. Ekspektasi guru terhadap perencanaan program pengembangan profesi? 2. Ekspektasi guru terhadap pengorganisasian program pengembangan profesi? 3. Ekspektasi guru terhadap pelaksanaan program pengembangan profesi? 4. Ekspektasi guru terhadap pengawasan program pengembangan profesi guru? 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian di atas maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah: 1.3.1 Bagaimanakah ekspektasi guru terhadap perencanaan program pengembangan profesi? 1.3.2 Bagaimanakah ekspektasi guru terhadap pengorganisasian program pengembangan profesi? 1.3.3 Bagaimanakah ekspektasi guru terhadap pelaksanaan program pengembangan profesi?

14 1.3.4 Bagaimanakah ekspektasi guru terhadap pengawasan program pengembangan profesi? 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan: 1. Ekspektasi guru terhadap perencanaan program pengembangan profesi. 2. Ekspektasi guru terhadap pengorganisasian program pengembangan profesi. 3. Ekspektasi guru terhadap pelaksanaan dalam program pengembangan Profesi. 4. Ekspektasi guru terhadap pengawasan program pengembangan profesi. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri atas kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis sebagai berikut 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan berguna dalam pengembangan disiplin ilmu Manajemen Pendidikan, khususnya kajian mengenai pengembangan profesi dan pelatihan tenaga pendidikan; 2. Secara praktis a. Penelitian ini diharapkan berguna bagi guru untuk memberikan informasi program pengembangan profesi guru menuju guru yang profesional harapan bangsa dan negara Indonesia; b. Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi sekolah untuk mengetahui dan memenuhi ekspektasi guru pada program pengembangan profesi guru;

15 c. Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi Dinas Pendidikan untuk mengetahui dan memenuhi ekspektasi guru terhadap program pengembangan profesi guru dalam menyusun langkah-langkah kebijakan pendidikan untuk menciptakan dunia pendidikan yang makin maju; d. Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi yayasan untuk mengetahui dan memenuhi ekspektasi guru terhadap program pengembangan profesi guru; e. Bagi peneliti, hasil dalam penelitian ini dapat menambah kompetensi profesionalisme sebagai pendidik dan memberikan informasi mengenai program pengembangan profesi peneliti sebagai guru. 1.6 Definisi istilah Untuk memperoleh kejelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini maka dikemukakan beberapa pengertian istilah yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun beberapa istilah tersebut adalah 1.6.1 Ekspektasi Ekspektasi dalam penelitian ini adalah harapan besar yang dibebankan pada sesuatu yang dianggap akan mampu; 1.6.2 Program Pengembangan Profesi Program Pengembangan Profesi dalam penelitian ini adalah program yang dikemas untuk peningkatan kompetensi guru.