BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Desain kurikulum program produktif bidang pertanian agribisnis di ketiga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini dalam

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

KTSP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dalam mengajar. Ketersediaan bahan ajar pada setiap satuan pendidikan diatur

BAB VI PENUTUP. 1) Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013 di SMK. kurikulum sebelumnya (KTSP 2006 dan KBK 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk

2015 PENERAPAN PENILAIAN OTENTIK D ALAM RANGKA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA PAD A MATA PELAJARAN TEKNOLOGI MEKANIK D I SMK

FUNGSI DAN KEDUDUKAN MONITORING DAN EVALUASI DALAM PENGEMBANGAN KTSP MA DEPAG PROVINSI JABAR Bahan Sajian oleh Babanng Robandi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

BAB V Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ahmad Shidiqi, 2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

2016 ANALISIS PELAKSANAAN UNIT PRODUKSI LAUNDRYDI SMK NEGERI 3 KOTA CIMAHI

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sebuah standar yang diberi nama Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini akan dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan hasil

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada metode. penelitian dan pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dan pelatihan dengan tujuan untuk mendapatkan bekal dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran kewirausahaan adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan

Kode Dok Tanggal Berlaku No.Revisi Halaman 1 dari 8 PROSES BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Perubahan merupakan proses sosial dimana orang dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

RENCANA OPERASIONAL PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN TAHUN

MATERI KULIAH PENGAJARAN MIKRO MODUL DWI RAHDIYANTA FT-UNY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Syahriandi Akbari Siregar, 2015

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengujian hipotesis, serta bagaimana interpretasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Salah satu yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

I. PENDAHULUAN. Peran serta masyarakat dalam pendidikan pada dasarnya bukan merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus. Ilmiah Relevan Sistematis Konsisten Memadai Aktual dan kontekstual Fleksibel Menyeluruh

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB VI PENUTUP. sebelmnya, maka diperoleh kesimpula sebagai berikut: 1. Nilai hasil belajar mata pelajaran produktif memiliki kontribusi yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKAS1 DAN REKOMENDASI. Bagian ini mengemukakan tiga pokok bahasan, yaitu kesimpulan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

I. PENDAHULUAN. implementasi kurikulum di kelas, maka perlu mendapat perhatian serius. dilaksanakan oleh pelaku-pelaku yang profesional.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif-dekriptif. Desain penelitian ini dipilih dengan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi kurikulum pada dasarnya adalah pelaksanaan kurikulum

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. telah disajikan dalam bab terdahulu, dapat ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB V SIMPULAN. Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan penelitian evaluasi pelaksanaan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Pada Bab V tesis ini, dikemukakan tiga hal pokok yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

Dr.Burhanuddin Tola, M.A. NIP i

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 1 Isi/Kurikulum

ISBN LAPORAN EKSEKUTIF

BAB I PENDAHULUAN. produktif, berkualitas, dan berdaya guna. Karena pendidikan merupakan sebuah

2016 MANAJEMEN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM LAYANAN AKADEMIK SEKOLAH MENENGAH ATAS

ADMINISTRASI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan, penjaminan kualitas memiliki peranan yang penting dan strategis dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Djuharis Rasul Peneliti di Pusat Kurikulum Diknas Sosialisasi KTSP

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya sistim dan praktik pendidikan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TERWUJUDNYA LAYANAN PENDIDIKAN YANG PRIMA, UNTUK MEMBENTUK INSAN LAMANDAU CERDAS KOMPREHENSIF, MANDIRI, BERIMANDAN BERTAQWA SERTA BERBUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Desain kurikulum program produktif bidang pertanian agribisnis di ketiga SMK mengacu pada pedoman penyusunan KTSP dari BSNP untuk tingkat SMK dan hasil rumusan DU/DI serta mengacu Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan keputusan Dirjen Mandikdasmen Nomor 251/C/KEP/MN/2008 Tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Rumusan struktur kompetensi diuraikan berdasarkan hasil kajian dan analisis kebutuhan pada jenis-jenis pekerjaan tertentu dalam bidang pertanian agribisnis. Rumusan struktur kompetensi diuraikan berdasarkan hasil kajian dan analisis kebutuhan pada jenis-jenis pekerjaan tertentu dalam bidang pertanian agribisnis. Isi desain kurikulum tersebut meliputi perumusan visi bidang pertanian, misi kompetensi keahlian bidang pertanian, tujuan kompetensi keahlian bidang pertanian, kompetensi lulusan bidang pertanian, tujuan mata pelajaran, sebaran mata pelajaran bidang pertanian, pengaturan beban belajar bidang pertanian agribisnis, format dan isian silabus serta RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). 2. Implementasi kurikulum dan pembelajaran dengan menerapkan paradigma pembelajaran bidang pertanian agribisnis dengan pengembangan kompetensi keahlian khusus pertanian. Implementasi juga menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi dan bisnis dalam bidang pertanian agribribisnis dengan memadukan terhadap kebutuhan dunia usaha 286

dan dunia industri bidang pertanian. Implementasi tersebut bertujuan untuk membekali kepada siswanya pada sektor agribisnis pertanian serta pembelajaran yang mengembangkan sistem jaringan wirausaha (Networking) baik vertikal (dari hulu ke hilir) maupun Horisontal. Implementasi pembelajaran menerapkan pola kebutuhan materi dasar untuk kompetensi program keahlian dan kompetensi kejuruan bidang pertanian yang dirumuskan dalam kompetensi keahlian bidang pertanian. Perumusan standar kompetensi kerja berdasarkan garis-garis besar materi yang merujuk kepada standar kompetensi dan kompetensi dasar dan indikator yang telah dirumuskan. Pembelajaran bidang pertanian agribisnis menyentuh berbagai aspek mulai dari konsep bidang pertanian, pengembangan dan proses bisnis di lapangan serta model pengembangan jaringan usaha secara mandiri. Implementasi pembelajaran bidang pertanian agribisnis menerapkan konsep dan pendekatan bidang pemasaran produk dan jaringan agrobisnis secara komprehensif, juga dikemas dengan mengembangkan kompetensi kejuruan dan berbasis produksi yang disesuaikan dengan kebutuhan DU/DI dalam bidang pertanian agribisnis. Implementasi pembelajaran mengembangkan model pembelajaran berbasis mandiri dan berbasis pertanian agribisnis, melalui pengembangan paket modul pembelajaran bidang pertanian agribisnis yang disiapkan oleh sekolah melalui tim ahli bidang pertanian dan hasil analisis tim ahli dan DU/DI. Model pendekatan pembelajaran di sekolah ini lebih mengemas pendekatan Education about and for Work. Artinya bahwa siswa mendapatkan sejumlah mata pelajaran bidang pertanian agribisnis yang 287

dikoordinasi dengan berbagai pengalaman yang terkait berkenaan dengan pekerjaan dengan dunia kerja sehingga aspek aspek pembelajaran. Desain pembelajaran bidang pertanian agribisnis diarahkan pada pengaturan dan pengelolaan sejumlah kompetensi kejuruan (kompetensi dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan). Implementasi pembelajaran dilaksanakan dengan mengembangkan kompetensi kejuruan yang disesuaikan dengan kebutuhan DU/DI dalam bidang pertanian agribisnis. Hasil implementasi pembelajaran bidang pertanian agribisnis menekankan pada pencapaian kompetensi siswa pada pokok-pokok tema bidang pertanian yang disesuaikan dengan tuntutan dunia usaha dan industri pertanian. Pola pembelajaran dalam bidang pertanian agribisnis juga menggunakan pola pembelajaran tuntas, dengan pembelajaran ini peserta didik dapat mencapai tingkat pengusaaan kompetensi secara tuntas dalam bidang pertanian agribisnis dalam konteks kompetensi unjuk kerja. Implementasi pembelajaran juga menggunakan pendekatan berbasis kewirausahaan yang mandiri bidang pertanian dan agribisnis. Implementasi pembelajaran lebih kepada penerapan bahwa pendidikan dilalui melalui bekerja (Education throught Work,). Pelaksanaan pengembangan desain pembelajaran bidang pertanian agribisnis diarahkan pada pengaturan dan pengelolaan sejumlah kompetensi kejuruan. Proses pembelajaran dilihat dengan adanya keterkaitan siswa terhadap penguasaan materi pelajaran bidang pertanian agribisnis mulai dari konsep penyampaian materi dan penjabaran materi ke dalam konteks praktisi dan dikemas dengan menggunakan pendekatan berbasis pertanian agribisnis. Pengembangan 288

kompetensi keahlian bidang pertanian dilaksanakan dengan analisis hasil belajar (learning outcomes). Implementasi pembelajaran lebih terprogram pada pengembangan jaringan wirausaha dan bisnis bidang pertanian ke berbagai daerahnya. 3. Evaluasi yang diterapkan menggunakan pendekatan evaluasi kualitatif dan kuantitatif. Evaluasi kualitatif menguji terhadap masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode dan rumusan standar-standar bidang pertaian agribisnis. Pelaksanaan evaluasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif berhubungan dengan desain dokumen yang dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses pengajaran. Sedangkan evaluasi kuantitatif berkenaan dengan pelaksanaan pengukuran dan penilaian hasil pembelajaran, durasi waktu pengembangan di lapangan dan nominalisasi penetapan standar yang harus dikuasai siswa. Evaluasi ini dilakukan secara komprehensif dengan sangat memperhatikan aspek perkembangan kompetensi siswa. Proses evaluasi kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan dua model evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Model evaluasi formatif merupakan bagian integral dari proses perencanaan kurikulum dan pengajaran, sedangkan evaluasi sumatif menilai efektivitas kurikulum dan pengajaran bidang pertanian yang diimplementasikan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Evaluasi tersebut memberikan penilaian pada bobot dan standarisasi rumusan kompetensi keahlian bidang pertanian serta pengusaan aspek pengetahuan, sikap dan kemampuan praktik kerja dan uji kompetensi keahlian. Evaluasi yang digunakan oleh ketiga SMK tersebut ialah juga 289

melakukan evaluasi pembelajaran formatif dan sumatif. Model penilaian yang digunakan ialah dengan penilaian proses dan produk selama dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk mengambil keputusan tentang ketercapaian kompetensi/hasil belajar siswa. Penilaian ini dilaksanakan secara terpadu selama proses pembelajaran berlangsung melalui berbagai cara yaitu seperti unjuk kerja (performance), penilaian sikap, penilaian tertulis, penilaian produk. Dengan demikian, secara keseluruhan akan tampak sebagai hasil belajar yang optimal dan dapat dipertanggung jawabkan kepada DU/DI. 4. Hasil implementasi kurikulum dan pembelajaran di tiga SMK tersebut yaitu siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kompetensi dalam bidang pertanian agribisnis. Keterampilan tersebut ditunjukan dengan adanya kemampuan mengoprasionalkan teori-teori bidang pertanian ke dalam ranah dan kegiatan praktis secara maksimal. Hasil implementasi pembelajaran juga ditunjukan dengan adanya peningkatan pengetahuan siswa mengenai teori-teori bidang pertanian melalui kemampuan menjawab berbagai pertanyaan dalam bentuk soal uraian. Selain itu juga lembaga sebagai pelaksana implementasi kurikulum mendapat predikat baik dikalangan sekolah SMK lainnya, karena telah berupaya mengembangan program produktif bidang keahlian pertanian yang sesuai dengan visi misi pemerintah kabupaten. 5. Faktor pendukung yang terdapat di tiga SMK antara lain adanya pengembangan rumusan visi, mis dan tujuan kompetensi keahlian bidang pertanian agribisnis serta sebaran kompetensi keahlian bidang pertanian dan 290

pengaturan beban belajar yang berbeda disetiap sekolah. Adanya pengembangan desain bahan ajar (modul) bidang pertanian agribisnis yang disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan standar kompetensi keahlian tertentu. Adanya dukungan dari dunia usaha dan industri serta pemerintah melalui dinas pertaniannya, untuk terus memberikan dukungan baik moril maupun materiilnya. Selain itu juga, adanya rumusan pola-pola pembalajaran mandiri yang dikembangkan oleh tim ahli tim pengembang komptensi keahlian bidang produktif yang harus diterapkan oleh guru bidang pertanian selama implementasi pembelajaran secara kontinuitas. Faktor penghambatnya ialah kurang banyaknya waktu untuk proses impelementasi dan memperdalam kompetensi keahlian bidang bidang pertanian dalam skala kegiatan praktek lapangan, karena dalam prosesnya selalu dihadapkan dengan hitungan kalender pendidikan formal yang sesuai dengan aturan pemerintah (dinas pendidikan). Selain itu juga sekolah masih kesulitan dalam membentuk tim pengembang dan penganalisis kompetensi keahlian dalam bidang pertanian agribisnis yang sesuai dengan kebutuhan, dikarenakan latar pendidikan yang kurang memadai. Kurang adanya kesiapan sekolah dalam membangun dan membentuk tim pengembang jaringan kewirausahaan secara optimal dalam bidang pertanian. Hambatan lain, bahwa sekolah masih sulit dalam melibatkan DU/DI semaksimal mungkin dalam proses pengembangan dan implementasi kurikulum dalam bentuk terjadwal yang sesuaikan dengan kalender pendidikan sekolah. 291

B. Implikasi dan Hasil Penelitian Implikasi dari penelitian ini antara lain: 1) Implementasi kurikulum dan pembelajaran SMK bidang pertanian agribisnis akan lebih efektif dan efisien dengan melibatkan semua pihak sekolah, tim ahli dan kontribusi dukungan DU/DI yang maksimal dalam bidang pertanian secara sinergis dan kontinuitas. 2) Implementasi pembelajaran bidang pertanian agribisnis akan lebih efektif dan efisien sesuai dengan desain dan tuntutan lapangan apabila didukung dengan kemampuan guru bidang pertanian tersebut yang maksimal dan mendatangkan ahli/pakar bidang pertanian sesuai dengan hasil analisis kebutuhan. Implementasi pembelajaran bidang pertanian agribisnis akan lebih efektif dan efisien dengan didukungan dengan kelengkapan, ketersediaan saran prasarana pembelajaran yang sesuai tujuan dan rumusan visi dan misi program keahlian bidang pertanian. 3) Pengembangan pembelajaran bidang pertanian agribisnis di SMK harus memiliki pengalaman kerja dalam bidang tersebut, serta memiliki desain implementasi yang jelas dan sesuai dengan kebutuhan lapangan yang dapat mengembangkan kompetensi program keahlian dalam bidang pertanian agribisnis kepada peserta didiknya secara maksimal. 4) Evaluasi pembelajaran harus menekankan pada proses pengembangan kompetensi dan model unjuk kerja yang sesuai dengan rumusan standar kompetensi keahlian bidang pertanian agribisnis secara sinergis dan mendapat proses bimbingan oleh guru untuk mencapai hasil yang maksimal. 292

5) Pengakuan hasil belajar siswa oleh pihak dunia kerja menjadi agenda dalam pengelolaan pengembangan program produktif bidang pertanian di SMK melalui agenda Uji Kompetensi dan melalui kegiatan pengembangan profesi bidang pertanian secara maksimal pada berbagai sektor yang diwujudkan dengan model unjuk kerja. C. Rekomendasi Berdasarkan hasil temuan penelitian, ada beberapa rekomendasi antara lain: 1. Kompetensi Keahlian dalam Bidang Pertanian Agribisnis a. Perlunya pembentukan tim pengembang kurikulum bidang pertanian agribisnis yang memiliki solidaritas tinggi terhadap pengembangan sekolah. Pembentukan tim itu untuk mengkaji dan menganalisis program kompetensi keahlian dan pengembangan kurikulum dalam bidang pertanian agribisnis, serta untuk mengkaji relevansi kurikulum antara tuntutan kebutuhan dunia kerja dalam bidang pertanian agribisnis. Oleh karena itu pengembangan kurikulum bidang pertanian agribisnis hendaknya dikelola denga baik supaya memberikan hasil yang dapat berguna di masa yang akan datang. b. Perlunya dibentuk tim penjamin mutu (quality assurance ) lulusan sekolah dalam keahlian bidang pertanian oleh pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat dalam rangka mengevaluasi dan mengembangkan kualitas pembelajaran beserta komponen-komponennya dengan tujuan untuk meningkatkan mutu lulusan (good outcomes). 293

c. Perlunya pengembangan langkah-langkah dalam mengalisis kebutuhan kurikulum bidang pertanian agribisnis yang meliputi: 1) identifikasi kebutuhan kompetensi pekerjaan, 2) penyususnan desain kurikulum, 3) validitas kurikulum, 4) model implementasi kurikulum, 5) evaluasi kurikulum dengan melibatkan berbagai pihak seperti: guru, siswa, industri pertanian, masyarakat dan pemerintah setempat sebagai pemegang kebijakan pendidikan. d. Perlunya peningkatan daya dukung sarana dan prasaran pembelajaran baik untuk pengembangan teori maupun praktik. Keduanya merupakan komponen yang penting dalam pencapaian keberhasilan pendidikan dalam bidang pertanian agribisnis di SMK. Sebagai bahan perhatian bahwa pengadaan dan pengelolaan alat/kelengkapan akan membantu dalam mempermudah proses pembelajaran dan ketercapaian tujuan komptensi keahlian. e. Kompetensi siswa harus dapat diukur yang disesuaikan dengan tuntutan desain kompetensi dan dunia kerja melalui kegiatan uji kompetensi yang sesuai dengan standar dunia pertanian. f. Perlu adanya pemberdayaan program peningkatan kompetensi guru khususnya dalam bidang pertanian agribisnis baik secara subtantaif maupun secara didaktik metodik dalam bidang pengajaran bidang pertanian agribisnis. Pemberdayaan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara komprehensif. 294

g. Perlu dilakukannya akreditasi sekolah khususnya program bidang pertanian untuk mencapai tingkat dan nilai jual yang lebih baik dalam bidang pelayanan pendidikan secara umum. 2. Guru Mata Pelajaran Program Studi Pertanian Peranan guru dalam implementasi pembelajaran sangat sentral dan esensial untuk mencapai keberhasilan pembelajaran dalam bidang pertanian agribisnis, oleh karena itu : a. Guru perlu meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuannya baik dari penguasaan kompetensi teoritis dan praktis melalui berbagai kegiatan pengembangan keahlian dalam bidang pertanian agribisnis. Guru juga harus dapat menambah rasa percaya diri untuk mengembangkan pembelajaran dan menghasilkan lulusan yang mempunyai kompetensi siap bersaing dengan dunia luar. b. Sikap guru harus lebih bertanggung jawab penuh dalam menjalankan peranannya secara tenaga profesional agar dapat menunjang terhadap program pengembangan mutu pendidikan khususnya dalam bidang pertanian agribisnis. Sikap tanggung jawab tersebut dicerminkan melalui pembaharuan atau menciptakan inovasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan pengembangan pembelajaran. selain itu juga bahwa guru harus mampu menetapkan media/sumber belajar yang tepat untuk meningkatkan mutu pembelajaran secara maksimal. c. Proses pelaksanan evaluasi diharapkan sebaiknya tidak hanya dilakukan pada waktu UTS dan UAS saja melainkan harus juga dilaksanakan 295

selama proses pembelajaran berlangsung. Evaluasi dilaksanakan dengan menguji setiap kompetensi keahlian dan unjuk kompetensi keahlian dalam bidang pertanian agribisnis. d. Hasil tugas dan evaluasi pembelajaran sebaiknya dianalisis dan dikonsultasikan terhadap visi dan misi rumusan kompetensi keahlian bidang pertanian, yang pada akhirnya diberikan bimbingan/solusi untuk kegiatan perbaikan pembelajaran selanjutnya. 3. Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) Rekomendasi bagi seluruh unsur DU/DI bahwa keberadaan lulusan bidang pertanian agribisnis masih perlu mendapat binaan dan bimbingan kearah yang lebih baik lagi sesuai dengan tujuan dunia usaha dan industri bidang pertanian. Maka perlu adanya dukungan dari dunia usaha dan industri dalam bidang pertanian agribisnis merupakan hal penting dalam pengembangan program pendidikan keahlian dalam bidang pertanian agribisnis.tinggi atau rendahnya kualitas lulusan SMK bidang pertanian agribisnis bukan hanya tanggung jawab sekolah sebagai wadah dan pelaksana pendidikan, melainkan juga perlu dukungan dan masukan dari pihak DU/DI sebagai pengguna lulusan tesebut. Oleh karena itu, faktor dukungan dan kerjasama dari pihak DU/DI sangat dibutuhkan. Dukungan DU/DI melalui berbagai program kerjasama yang dapat dicoba, baik dalam bentuk pemecahan masalah kebutuhan pengembangan kompetensi keahlian dalam bidang pertanian agribisnis adalah langkah dalam proses perbaikan mutu lulusan. Kebutuhan pembelajaran praktik, transfer pengetahuan, bursa kerja, prakerin termasuk juga dukungan penyelenggaraan kegiatan unit produksi 296

merupakan sebagai kerja sama untuk pengembangan pembelajaran bidang pertanian agribisnis secara sinergis dan komprehensif. 4. Peneliti Selanjutnya Berdasarkan hasil penelitian ini, dalam sajian penelitian ini terdapat keterbatasan dalam proses penelitian ini baik secara subtansi maupun desain penelitian. Penelitian ini masih merasa kurang sempurna dalam konteks interpretasi dan pembahasan yang masih kurang mendalam sehingga berdampak pada kualitas dan ketajaman hasil analisis terhadap fokus permasalah penelitian ini. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya masih terbuka kesempatan untuk melakukan penelitian dalam permasalah yang sama pada kajian proses implementasi dan evaluasi yang dilaksanakan oleh SMK dalam program bidang pertanian. Usahakan peneliti selanjutnya mampu untuk memperluas dan memperdalam temuan-temuan penelitian dengan topik kajian yang sejenis. Kekurangan penelitian ini dapat diperdalam pembahasan dan penemuan dalam pokok bahasan tertentu, sehingga hasilnya lebih berdaya guna bagi seluruh stakeholder. Bagi peneliti lain, keterbatasan dari hasil penelitian ini merupakan sebuah kekurangan yang perlu dan butuh dukungan yang konstruktif dari berbagai pihak untuk dilakukan proses penelitian berikutnya. 297