BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan


BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan jumlah lanjut usia akan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,


BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di RSUD Kota

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penderita gagal ginjal kronik menurut estimasi World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. darahnya biasanya disebabkan perilaku mereka(alwani, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit masyarakat serta andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh (Nugroho, 2007). Semakin bertambahnya usia akan memicu berbagai masalah kesehatan. Pada seseorang yang tidak begitu terkontrol kesehatannya, kerap sekali terjadi beberapa masalah resiko gangguan penyakit dan menurunnya kekebalan tubuh. Sumber lain menyebutkan hal tersebut dapat sampai menimbulkan berbagai penyakit kronis seperti diabetes mellitus, gangguan fungsi ginjal, hati dan gangguan fungsi organ tubuh lainnya serta dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Haryono, 2013 dalam Rahayu, 2015). Angka harapan hidup dan peningkatan kesejahteraan sosial yang diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat, termasuk juga kelompok dewasa sampai rentang menuju usia lanjut merupakan salah satu sasaran indikator keberhasilan di bidang kesehatan. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, otomatis akan berdampak pada peningkatan jumlah atau pertumbuhan penduduk setiap tahunnya. Di sisi lain, peningkatan jumlah penduduk akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, 1

2 masyarakat, maupun dalam negara dan peningkatan kualitas hidup (BPS, 2012 dalam Rahayu, 2015). Akibat dari peningkatan populasi pada usia lanjut tentunya juga akan diikuti dengan peningkatan risiko menderita penyakit kronis seperti diabetes mellitus, penyakit muskuloskeletal, penyakit jantung koroner, dan hipertensi. Dengan munculnya penyakit kronis dapat menurunkan kualitas hidup khususnya dimensi kesehatan fisik. Masalah kualitas hidup seringkali menjadi perhatian di negara-negara maju disamping masalah kesehatan yang selama ini muncul. Kualitas hidup dalam konteks populasi juga sering dijadikan evaluasi terhadap intervensi dan studi klinis (Sari & Pramono, 2014) Dengan demikan agar tercipta pembangunan Indonesia yang optimal perlu dilakukan sebuah intervensi yang matang dengan cara mengukur kualitas hidup masyarakatnya, menurut WHO-QoL group (2004) dalam kutipan Nurchayati (2011) menyebutkan untuk mengukur kualitas hidup seseorang WHO telah berhasil membentuk WHO Quality of Life (QoL) Group, yang menyatakan kualitas hidup merupakan sebuah persepsi individu terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu tersebut hidup, dan hubungan terhadap tujuan, harapan, standar dan keinginan. Kualitas hidup dapat diukur dengan instrument WHOQoL, SF-36. Pada instrumen SF-36 yang dinilai adalah meliputi domain : kesehatan fisik, kesehatan psikologis, tingkat independen, hubungan sosial, lingkungan dan spiritual (Nurchayati, 2011).

3 Kualitas hidup diartikan juga sebagai evaluasi dari kepuasan secara keseluruhan dari kehidupan seseorang. Dilihat dari dimensi kesehatan fisik, kualitas hidup merupakan evaluasi kepuasan terhadap rasa sakit dan ketidaknyamanan, kebugaran dan tenaga, kualitas tidur serta ketergantungan obat yang dialami oleh seorang individu. Hal ini tentunya sesuai dengan konsep sehat WHO yang mendefinisikan bahwa sehat merupakan keadaan sejahtera meliputi fisik, mental, sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau cacat secara fisik tetapi mampu merasa sejahtera, bahagia dalam kehidupan sehingga mampu mengatasi tantangan hidup sehari-hari. Peningkatan usia harapan hidup diharapkan sejalan dengan kualitas hidup yang baik, dengan menerapkan program pemberdayaan lansia untuk meningkatkan kualitas hidup dan status kesehatan mereka (Sari & Pramono, 2014). Akibat maraknya prevalensi kasus penyakit kronis pada masyarakat khususnya lansia di indonesia yang semakin meningkat setiap tahun serta untuk mencegah timbulnya komplikasi berlanjut, Pemerintah melalui BPJS Kesehatan bekerja sama dengan pihak pelayanan fasilitas kesehatan merancang suatu program yang terintegrasi dengan model pengelolaan penyakit kronis bagi peserta penderita penyakit kronis yang disebut sebagai PROLANIS atau Program Pengelolaan Penyakit Kronis. Prolanis merupakan pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegratif yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS

4 Kesehatan yang menderita penyakit kronis (khususnya penyakit Hipertensi dan DM tipe 2) untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Kegiatan Prolanis ini mencangkup upaya upaya pencegahan komplikasi berlanjut dan peningkatan kesehatan masyarakat, yaitu meliputi kegiatan konsultasi medis. klub prolanis, home visit, dan skrinning kesehatan (BPJS Kesehatan, 2014). Kegiatan Prolanis ini merupakan pengelolaan yang lebih baik pada penyakit kronis. Yang lebih mengutamakan kemandirian pasien dan program ini juga sebagai upaya promotif serta preventif dalam penanggulangan penyakit kronis. Tujuan Prolanis adalah mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke fasilitas kesehatan tingkat pertama memiliki hasil baik pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM Tipe II dan Hipertensi sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit (BPJS Kesehatan, 2014) Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Purwokerto Utara I, terdapat 1 Prolanis yang dilaksanakan di Puskesmas Purwokerto Utara I dengan anggota terdaftar yaitu 162 orang dan setiap satu bulan sekali rata rata ada sekitar 57 orang yang rutin hadir mengikuti kegiatan Prolanis. Kelompok usia sampel yang dibina atau diambil adalah usia >50 tahun (Data Puskesmas Purwokerto Utara I Kab. Banyumas, 2015)

5 Beberapa penelitian epidemiologi didapatkan bahwa khususnya pada lanjut usia yang mengalami gangguan penyakit kronis kecenderungan dapat berpengaruh terhadap tingkat kualitas hidup seseorang. Menurut Studi yang dilakukan Degl Innocenti (2002), menyatakan bahwa contohnya pada kasus penyakit hipertensi dapat menyebabkan masalah pada kualitas hidup seseorang sehingga kualitas hidupnya akan terganggu dan angka harapan hidupnya pun juga akan menurun. Seseorang dapat dinyatakan memiliki tingkat kualitas hidup yang baik, bila suatu kondisi yang menyatakan tingkat kepuasan secara batin, fisik, sosial, serata kenyamanan dan kebahagiaan hidupnya (Yusup, 2010). Melihat dari hasil data di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang evaluasi kegiatan prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas?

6 B. Rumusan Masalah Sering sekali banyak orang orang ketika di usia dewasa mengalami penyakit kronis dikarenakan semakin bertambahnya usia seseorang otomatis akan memicu berbagai macam masalah kesehatan, hal ini tentu sangat mempengaruhi tingkat kualitas hidupnya. Pada seseorang yang tidak terkontrol kesehatannya, tak jarang ditemui masalah penyakit kronis seperti hipertensi dan DM tipe II. Salah satu cara penanganannya yaitu bisa dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan terutama dengan mengikuti kegiatan Prolanis. Karena tujuan utama dari Prolanis adalah untuk mencapai atau meningkatkan kualitas hidup yang optimal bagi penderita penyakit kronis khususnya hipertensi dan DM tipe II. Untuk membuktikan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian agar diperoleh fakta yang jelas. Sehingga didapatkan rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah evaluasi kegiatan Prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hasil evaluasi kegiatan prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas.

7 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik responden, seperti umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan peserta prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. b. Mengetahui tingkat kualitas hidup peserta prolanis di wilayah kerja Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. c. Mengetahui gambaran kontrol kadar gula darah peserta kegiatan prolanis yang terdiagnosa Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. d. Mengetahui gambaran kontrol nilai tekanan darah peserta kegiatan prolanis yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. e. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa Diabetes mellitus di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. f. Mengetahui tingkat pengetahuan peserta prolanis yang terdiagnosa hipertensi di Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat bagi peneliti dan dunia pendidikan, bagi responden dan pelayanan kesehatan serta bagi institusi tempat penelitian ini dilakukan. Adapun beberapa manfaat dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

8 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran secara umum atau nyata, serta menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan cara mengaplikasikan teori teori keperawatan komunitas yang didapat selama perkuliahan, khususnya materi tentang kegiatan Prolanis dilihat dari hasil evaluasi kegiatannya. 2. Bagi responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden (peserta kegiatan Prolanis) mengenai informasi tentang pentingnya program Prolanis bagi penyandang penyakit kronis untuk mencegah terjadinya penyakit komplikasi berlanjut. 3. Bagi Puskesmas Sebagai bahan informasi mengenai semakin berkembangnya populasi penyandang penyakit kronis, khususnya pada Puskesmas Purwokerto Utara I Kabupaten Banyumas terkait dengan pentingnya kegiatan Prolanis dapat dijadikan sebagai bahan dari hasil pengambilan keputusan dan antisipasi dari masalah kesehatan yang kerap sekali dialami oleh masyarakat. 4. Bagi ilmu pengetahuan Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi yang hendak meneliti lebih lanjut mengenai dampak penyelenggaraan kegiatan Prolanis terhadap peningkatan taraf kesehatan yang optimal bagi para pesertanya.

9 E. PENELITIAN TERKAIT 1. Lita Widiarti (2011), penelitian ini meneliti tentang kualitas hidup pasien penyakit Jantung Koroner di Poliklinik Jantung RSUD Banyumas. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan metode cross sectional. Sampel penelitian ini 104 responden yang diambil secara purposive sampling. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner WHOQoL-BREF yang telah dimodifikasi yang berisi 26 item pertanyaan. Analisa data menggunakan uji statistik chisquare. Hasil penelitian ini adalah kualitas hidup secara keseluruhan didapatkan 97 (93,3%) responden memiliki kualitas hidup sedang, 5 (4,8%) tinggi dan terdapat 2 (1,9%) responden memiliki kualitas hidup rendah. Terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan kualitas hidup secara keseluruhan ( p value = 0,003). Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah penelitian ini mengukur kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner yang termasuk kategori penyakit kronis di Poliklinik Rumah Sakit. sedangkan penelitian saya pada pasien penyakit kronis juga, khususnya pada penyandang hipertensi dan DM tipe II yang mengikuti kegiatan Prolanis. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah sama sama mengukur kualitas hidup penyandang penyakit kronis dan instrumen yang dipakai untuk pengumpulan data dengan menggunakan WHOQoL-BREF yang telah dimodifikasi, yang berisi 26 item pertanyaan.

10 2. Robert Silitonga (2007), penelitian ini meneliti tentang faktor faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit Parkinson di Poliklinik Saraf RS Dr. Kariadi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner PDQ-39 (Parkinson s Disease Questionnaire-39) yang berisi 39 item pertanyaan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah umur, jenis pengobatan, kejadian depresi, aktifitas sosial, stadium penyakit parkinson, gangguan kognitif dan diskinesia, sedangkan variabel tergantung skor PDQ-39. Sampel penelitian ini 31 responden. Hasilnya terdapat perbedaan bermakna rerata skor PDQ-39 (p<0,05) dari variabel kejadian depresi, aktifitas sosial dan stadium penyakit. Perbedaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah penelitian ini mengukur faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien penyakit parkinson yang termasuk kategori penyakit kronis di Poliklinik Rumah Sakit dengan instrument PDQ-39. sedangkan penelitian saya pada pasien yang juga masuk di kategori penyakit kronis khususnya penyandang hipertensi dan DM tipe II yang mengikuti kegiatan Prolanis. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian penulis adalah sama sama mengukur kualitas hidup penyandang penyakit kronis.