BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. mereka pada dasarnya ingin hidup layak dan selalu berkecukupan. 1 Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah. budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada.

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dan sangat komplek dalam proses litigasi. Keadaan kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. mengenai tanah yaitu karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa. tanah itu dalam batas-batas menurut peraturan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini dikarenakan bahwa negara Indonesia merupakan negara agraris, terdapat simbol status sosial yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Hukum perbankan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial di mana manusia hidup

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

PROSES PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN BAGI ANAK YANG TERLAMBAT MENDAFTARKAN KELAHIRANNYA DAN AKIBAT HUKUMNYA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memperlihatkan Metalofon, Gambang, Gendeng dan Gong yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN SECARA MELAWAN HUKUM (STUDI KASUS PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sehingga pemerintah. dan prasarana bagi masyarakat seperti jalan raya.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO. 1359/PDT. G/2013/PA. MLG DENGAN ALASAN GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

BAB I PENDAHULUAN. landasan konstitusional bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang hidup bermasyarakat mempunyai kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia dari tingkat kepentingan terdiri dari kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Kebutuhan Primer yakni kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh manusia, rumah atau papan merupakan salah satu contoh kebutuhan manusia yang pokok atau yang harus dipenuhi karena fungsi rumah yang utama untuk bertahan diri. Rumah merupakan tempat untuk membangun dan membina keluarga, salah satu dari tiga kebutuhan dasar manusia yang paling penting. Dibanding dua kebutuhan pokok lainnya, yakni pangan dan sandang, kebutuhan terhadap rumah tinggal rupanya masih relatif sulit terpenuhi. 1 Namun tidak semua orang memiliki nasib yang baik, dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah. Banyak yang terjadi dalam kehidupan berumah tangga seseorang hanya bisa mendapatkan rumah/tempat tinggal hasil warisan dari orang tuanya, bahkan ada juga yang sampai pensiun belum memiliki rumah sendiri. Karena sebagian dari mereka hanya mampu untuk mengontrak rumah atau kost. Oleh karenanya sesorang berusaha lebih keras lagi agar dapat 1 Hana Setia Manarwati, 2008, Skripsi: Eksekusi Pengosongan Rumah Di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Surakarta, FH UMS, Hal 1. 1

2 memenuhi kebutuhan pokoknya yaitu memiliki rumah, walaupun tidak semua cara yang digunakan selalu benar. 2 Dalam kehidupan bermasyarakat tentunya rasa empati terhadap sesama sangat berpengaruh, jadi antara satu orang dengan orang lain saling tolong menolong. Misalnya, terdapat sebuah keluarga yang memiliki beberapa rumah/lebih dari 1 (satu) rumah, kemudian meminjamkan rumahnya kepada orang lain yang memiliki hubungan baik dengan pemilik rumah tersebut yang dikarenakan memang orang yang dipinjami dalam kondisi yang kurang mampu dan belum memiliki rumah sendiri. Si pemilik rumah sendiri bersedia untuk meminjamkan bertujuan agar rumah yang sedang tidak terpakai itu ada yang menghuni sekaligus merawatnya. Namun tidak semua kebaikan ataupun kepedulian terhadap sesama dibalas dengan kebaikan dan kepedulian juga, justru orang yang ditolong sering sekali melupakan kebaikan dari orang yang menolongnya bahkan sampai melakukan tindakan-tindakan yang melanggar aturan hukum yang berlaku demi mencapai keinginannya, misalkan dalam hal seperti yang tersebut diatas, dengan sengaja meminjamkan rumah miliknya kepada orang lain yang membutuhkannya, tetapi karena tidak ada yang mengusik dari rumah yang dipinjamkannya maka orang suruh menempati rumah tersebut bermaksud untuk menguasai rumah yang bukan menjadi haknya tersebut. Bahwa karena kondisi rumah yang masih belum dipakai oleh pemiliknya, maka rumah dibiarkan dipinjam dalam jangka waktu yang cukup lama, bahkan bisa sampai turun-temurun ke anak-cucunya yang menempati 2 Wirahadi Prasetyono, 2013, Cara Mudah Mengurus Surat Tanah Dan Rumah, Jogjakarta: Flashbook, Hal 159.

3 rumah tersebut, sehingga anak-cucunya tersebut menganggap bahwa tanah dan rumah itu adalah sah milik orang tuanya sendiri. Jadi pada saat orang yang meminjamkan atau ahli warisnya telah membutuhkan dan menginginkan kembali rumah tersebut. Ternyata orang yang meminjam rumah tersebut tidak mau untuk mengosongkan dan mengembalikannya kepada pemilik yang berhak. Hal tersebut dikarenakan sudah terlalu lamanya peminjam beserta anak cucunya menempati rumah tersebut, bahkan hingga si peminjam tersebut telah meninggal dunia, pada akhirnya anak cucu mereka menganggap rumah tersebut menjadi hak miliknya karena warisan dari orang tuanya. Padahal orang tuanya dahulu tersebut menempati rumah dengan status pinjaman, dan tanpa alas hak yang sah berdasarkan hukum. Pada dasarnya pengertian pengosongan rumah adalah suatu usaha/upaya paksa yang dilakukan oleh pemilik rumah yang sah untuk mengosongkan rumah yang sedang ditempati oleh orang lain secara melawan hukum dan tanpa memiliki alas hukum yang sah, dimana dalam proses pengosongan rumah tersebut bisa juga dengan bantuan alat kelengkapan Negara. Dalam KUHPerdata pada Pasal 574 telah dijelaskan bahwa Pemilik barang berhak menuntut siapapun juga yang menguasai barang itu, supaya mengembalikannya dalam keadaan sebagaimana adanya. Sehingga pada saat rumah tersebut akan digunakan kembali oleh pemiliknya, ternyata orang yang menghuni rumah tanpa bukti alas hak yang sah tidak mau untuk meninggalkan/mengosongkan rumah tersebut dan bermaksud untuk menguasai rumah yang bukan menjadi haknya. Atas perbuatan menguasai dan menempati

4 rumah yang bukan menjadi haknya (tanpa alas hak yang sah), maka pihak ahli waris selaku pemilik sah atas rumah dapat meminta/menuntut kembali secara paksa rumah yang ditempati orang lain tersebut agar orang yang menempati rumah bersedia untuk mengosongkan/meninggalkan rumah itu secara sukarela. Apabila ternyata orang yang menempati rumah tersebut tidak bersedia untuk meninggalkan/mengosongkan rumah secara sukarela, maka pihak pemilik sah atas rumah warisan tersebut dapat melakukan penyelesaian sengketa dengan mengajukan tuntutan hak berupa pengajuan gugatan pengosongan rumah ke Pengadilan Negeri setempat, guna memperjuangkan harta benda peninggalan (warisan) tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 834 yang berbunyi: Tiap-tiap waris berhak mengajukan gugatan guna memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka, yang baik atas dasar hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu hak pun menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, seperti pun terhadap mereka yang licik telah menghentikan penguasaannya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dalam hal ini penulis berminat untuk mengadakan penelitian dan menyusun penulisan hukum. Kemudian penulis konstruksikan sebagai judul skripsi, yaitu: PROSES PENYELESAIAN SENGKETA PENGOSONGAN RUMAH MILIK AHLI WARIS YANG DITEMPATI OLEH ORANG LAIN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta).

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimanakah Hakim dalam menentukan pembuktian terkait dengan penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain? 2. Bagaimanakah pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan atas penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain? 3. Bagaimanakah akibat hukum setelah adanya putusan Hakim atas penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana Hakim dalam menentukan pembuktian terkait dengan penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. 2. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan atas penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain.

6 3. Untuk mengetahui akibat hukum setelah adanya putusan Hakim atas penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk pribadi penulis sendiri, untuk ilmu pengetahuan, dan untuk masyarakat secara umum, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Bagi Pribadi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan penambahan wawasan bagi pribadi penulis, khususnya agar penulis lebih memahami dengan baik mengenai proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. 2. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya mengenai hukum yang mengatur proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. 3. Manfaat Bagi Masyarakat Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, penambahan wawasan dan pencerahan kepada masyarakat luas, khususnya dapat memberikan informasi dan pengetahuan hukum yang bisa dijadikan pedoman untuk seluruh warga masyarakat dalam menyelesaikan sengketa

7 pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. E. Kerangka Pemikiran Pengosongan rumah adalah suatu usaha/upaya paksa yang dilakukan oleh pemilik rumah yang sah untuk mengosongkan rumah yang sedang ditempati oleh orang lain secara melawan hukum dan tanpa memiliki alas hukum yang sah, dimana dalam proses pengosongan rumah tersebut bisa juga dengan bantuan alat kelengkapan Negara. Pengosongan rumah secara paksa dengan bantuan alat kelengkapan Negara (eksekusi) dapat terjadi apabila orang yang menempati rumah secara melawan hukum dan tanpa alas hak tersebut tidak mau/tidak bersedia untuk meninggalkan rumah secara sukarela. Dalam KUHPerdata pada Pasal 574 telah dijelaskan bahwa Pemilik barang berhak menuntut siapapun juga yang menguasai barang itu, supaya mengembalikannya dalam keadaan sebagaimana adanya. Sehingga pada saat rumah tersebut akan digunakan kembali oleh pemiliknya, ternyata orang yang menghuni rumah tanpa bukti alas hak yang sah tidak mau untuk meninggalkan/mengosongkan rumah tersebut dan bermaksud untuk menguasai rumah yang bukan menjadi haknya. Atas perbuatan menguasai dan menempati rumah yang bukan menjadi haknya (tanpa alas hak yang sah), maka pihak ahli waris selaku pemilik sah atas rumah dapat meminta/menuntut kembali secara paksa rumah yang ditempati orang lain tersebut agar orang yang menempati rumah bersedia untuk mengosongkan/meninggalkan rumah itu secara sukarela.

8 Apabila ternyata orang yang menempati rumah tersebut tidak bersedia untuk meninggalkan/mengosongkan rumah secara sukarela, maka pihak pemilik sah atas rumah warisan tersebut dapat melakukan penyelesaian sengketa dengan mengajukan tuntutan hak berupa pengajuan gugatan pengosongan rumah ke Pengadilan Negeri setempat, guna memperjuangkan harta benda peninggalan (warisan) tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan dalam KUHPerdata Pasal 834 yang berbunyi: Tiap-tiap waris berhak mengajukan gugatan guna memperjuangkan hak warisnya, terhadap segala mereka, yang baik atas dasar hak yang sama, baik tanpa dasar sesuatu hak pun menguasai seluruh atau sebagian harta peninggalan, seperti pun terhadap mereka yang licik telah menghentikan penguasaannya. Pada dasarnya dalam hukum acara perdata gugatan adalah gugatan contentiosa yang mengandung sengketa di antara pihak yang berperkara yang pemeriksaan penyelesaiannya diberikan dan diajukan kepada pengadilan dengan posisi para pihak antara lain: yang mengajukan penyelesaian sengketa disebut dan bertindak sebagai penggugat, Sedangkan yang ditarik sebagai pihak lawan dalam penyelesaian, disebut dan berkedudukan sebagai tergugat. 3 Bentuk gugatan perdata yang dibenarkan undang-undang dalam praktik dapat diajukan secara lisan maupun tertulis. Setelah gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri setempat yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkaranya, maka kedua belah pihak baik Penggugat maupun Tergugat akan dipanggil untuk menghadiri 3 M. Yahya Harahap, 2011, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika, Hal 47.

9 sidang di Pengadilan Negeri. Pada saat proses pemeriksaan pembuktian pihak Penggugat maupun Tergugat diberikan kesempatan untuk mengajukan alat bukti guna memperkuat dalil-dalil gugatan maupun dalil bantahannya. Karena pada dasarnya pembuktian adalah menyajikan fakta-fakta yang cukup menurut hukum untuk memberikan keyakinan bagi hakim tentang kepastian hukum suatu peristiwa/hubungan hukum. 4 Apabila proses persidangan sudah selesai, maka tiba saatnya Majelis Hakim untuk menjatuhkan putusan atas sengketa yang diperiksanya tersebut. Sebelum membuat dan menjatuhkan putusan Majelis Hakim harus merumuskan hal-hal yang akan dijadikan sebagai pertimbangan hukumnya. Pertimbangan hakim yang dijadikan alasan dalam pengambilan putusan terhadap perkara perdata terdiri atas 2 (dua) bagian, yaitu pertimbangan tentang duduk perkaranya (feitelijke gronden) dan pertimbangan tentang hukumnya (rechtsgronden). Pertimbangan hakim hendaknya juga memuat tentang hal-hal: a) Pokok persoalan dan dalil-dalil yang diakui atau tidak disangkal. b) Adanya analisis secara yuridis terhadap segala aspek menyangkut semua fakta / hal-hal yang terbukti dalam persidangan. c) Adanya pertimbangan-pertimbangan hakim secara yuridis (ratio decidendi) dengan titik tolak pada pendapat para doktrina, alat bukti, dan yurisprudensi. Pertimbangan-pertimbangan ini hendaknya harus disusun secara logis, sistematis, saling berhubungan, dan saling mengisi. d) Adanya semua bagian dari petitum Penggugat harus dipertimbangkan/diadili secara satu demi satu sehingga hakim dapat menarik kesimpulan tentang 4 Djamaat Samosir, 2012, Hukum Acara Perdata, Bandung: Nuansa Aulia, Hal 106.

10 terbukti/tidaknya dan dapat dikabulkan/tidaknya tuntutan tersebut dalam amar putusan. 5 F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya. 6 Oleh karena itu sebelum penulis melakukan penelitian, hendaknya penulis menentukan terlebih dahulu mengenai metode yang hendak dipakai. Adapun metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Dilihat dari sudut tujuan penelitian hukum, metode pendekatan yang dipakai oleh penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan metode normatif. Karena dalam penelitian ini hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh lembaga Negara yang berwenang atau hukum dikonsepkan sebagai norma patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas. 7 Oleh karena itu, penulis akan mencari dan menganalisis kaidahkaidah hukum, asas-asas hukum, dan semua aspek hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan mengenai hal-hal yang berkaitan 5 Lilik Mulyadi, 2009, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, Hal 168. 6 Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta: Fakultas Hukum UMS, Hal 1. 7 Amiruddin dan Zainal Asikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 118.

11 dengan proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. 2. Jenis Penelitian Jenis kajian dalam penelitian ini bersifat Deskriptif. Penelititan deskriptif ini pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat terhadap suatu obyek tertentu. 8 Dalam penelitian ini, penulis akan mendeskripsikan mengenai proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. 3. Jenis Dan Sumber Data Dalam penelitian ini sebagai sumber datanya yang digunakan data primer dan data sekunder. Adapun data-data dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: a. Data Sekunder Data sekunder dengan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai berikut: 1) Bahan Hukum Primer Yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan erat dengan permasalahan yang akan diteliti. Data-data yang berasal dari sumber data utama, dari pihak-pihak yang terlibat dengan objek yang diteliti, 9 Bahan hukum primernya adalah: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 8 Bambang Sunggono, 2012, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Hal 35. 9 Lexy J. Moleong, 1990, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, Hal 112.

12 b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria c) Jurisprudensi (Keputusan Pengadilan berkekuatan hukum tetap) 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku hukum perbuatan melawan hukum, bukubuku tentang waris, buku tentang penyelesaian sengketa pengosongan rumah, hasil-hasil penelitian, hasil karya ilmiah para sarjana, atau pendapat para pakar hukum yang relevan dengan penelitian ini. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus hukum, dan bahan pustaka lainnya. b. Data Primer Adapun yang dimaksud dengan data primer adalah data-data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama, yaitu dengan melakukan penelitian langsung dilapangan. 1) Lokasi Penelitian Dalam hal ini penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan Pengadilan Negeri yang berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara mengenai proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. Dan pemilihan wilayah di

13 Kota Surakarta itu sendiri supaya mudah dijangkau oleh peneliti, karena peneliti berdomisilli di wilayah Surakarta, sehingga dapat mempermudah dan memperlancar dalam penyusunan dan penulisan penelitian ini. 2) Subyek Penelitian Dalam penelitian ini penulis menetapkan subyek-subyek yang diteliti yaitu dengan informan atau responden yang berkompeten proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain yaitu hakim Pengadilan Negeri Surakarta. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis yaitu: a. Pengumpulan Data Sekunder Studi Kepustakaan Metode studi kepustakaan ini yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis serta mempelajari data-data sekunder yang terdiri dari 3 bahan hukum yang tersebut diatas, serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan objek penelitian. b. Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer diperoleh melalui studi lapangan, melakukan penelitian secara langsung pada subjek penelitian dengan cara sebagai berikut:

14 1) Daftar Pertanyaan (Questionnaire) Merupakan cara pengumpulan data dengan mengajukan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada responden yang disampaikan secara tertulis. 10 Daftar pertanyaan ini disusun guna mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian, sehingga penelitian yang dilakukan dapat lebih terarah, tersusun secara urut dan sistematis. 2) Wawancara (Interview) Wawancara merupakan metode dimana interviewer (pewawancara) bertatap muka langsung dengan responden untuk melakukan tanya jawab menanyakan perihal fakta-fakta hukum yang akan diteliti, pendapat maupun persepsi dari responden, serta saran-saran dari responden yang berkaitan dengan objek penelitian. 11 Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai Interviewer dan yang menjadi responden atau narasumbernya adalah hakim Pengadilan Negeri Surakarta. 5. Metode Analisis Data Didalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data secara kualitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, bukubuku kepustakaan, jurisprudensi dan literature lainnya yang berkaitan dengan proses penyelesaian sengketa pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. Kemudian dihubungkan dengan data-data yang diperoleh dari studi lapangan yang berupa hasil wawancara dengan responden atau narasumber yang bersangkutan, untuk kemudian dilakukan 10 Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit., Hal 89-90. 11 Suratman dan Philips Dillah, 2013, Metode Penelitian Hukum, Bandung: Alfabeta, Hal 127.

15 pengumpulan dan penyusunan data secara sistematis serta menguraikannya dengan kalimat yang teratur sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Untuk menghasilkan karya ilmiah yang baik, serta untuk mempermudah pemahaman mengenai pembahasan dan memberikan gambaran mengenai sistematika penulisan skripsi, maka penulis membaginya menjadi 4 (empat) bagian. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I pendahuluan, pada bab ini penulis menjelaskan mengenai Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II tinjuan pustaka, pada bab ini penulis menguraikan menjadi 2 (dua) tinjauan umum, yaitu pertama, tinjauan umum tentang proses pengosongan rumah ahli waris, meliputi: pengosongan rumah milik ahli waris; pengertian hak milik; hubungan antara hak milik ahli waris dengan rumah yang ditempati; batas maksimal rumah yang ditempati orang lain; hal-hal yang harus diberikan oleh pemilik rumah kepada orang yang menempati rumah; riwayat rumah yang ditempati oleh orang lain.kedua, tinjauan tentang proses penyelesaian sengketa melalui pengadilan, meliputi: menyusun surat gugatan; mengajukan surat gugatan; pemanggilan para pihak; pemeriksaan perkara di persidangan, antara lain: usaha perdamaian, pembacaan gugatan, jawaban gugatan, replik, duplik; pembuktian, antara lain: pengertian pembuktian, beban pembuktian, jenis-jenis alat bukti, penilaian pembuktian, kesimpulan

16 pembuktian; putusan antara lain: pengertian putusan, macam-macam putusan, kekuatan putusan, pertimbangan putusan hakim. BAB III hasil penelitian dan pembahasan, dalam penelitian hukum ini yang menjadi pokok masalah adalah bagaimana hakim dalam menentukan pembuktian dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan serta akibat hukum setelah adanya putusan hakim atas penyelesaian sengketa atas pengosongan rumah milik ahli waris yang ditempati oleh orang lain. BAB IV penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran.