GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taufik Akbar Firdaus, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat penting bagi manusia untuk menunjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai bagian dari. Pendidikan Nasional, memiliki peranan sangat penting, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mental spiritual yang membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan di dalam GBHN tahun 1973 yang dikutip oleh (Fuad Ihsan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dan sangat berpengaruh bagi

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan secara umum bertujuan membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan di setiap lembaga formal maupun non formal.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pedidikan jasmani pada dasarnya bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

I. PENDAHULUAN. kekuatan, kecepatan, kelenturan dan daya tahan. Oleh karena itu, tidaklah

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap atau perilaku siswa

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan. Nasional, yang dimaksud dengan Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakekatnya merupakan usaha pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

I. PENDAHULUAN. Permainan adalah salah satu cabang olahraga yang paling kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Nasional RI No. 20 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

, 2015 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KEBUGARAN JASMANI SISWA KELAS X SMAN 1 SOREANG

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

2015 MOD IFIKASI PEMBELAJARAN AKTIVITAS PERMAINAN BOLAVOLI D ALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI AKTIVITAS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI PADA KETERAMPILAN GULING

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktek pendidikan merupakan kegiatan mengimplementasikan konsep prinsip, atau teori oleh pendidik dengan terdidik dalam berinteraksi yang berlangsung dalam suasana saling mempengaruhi atau terjadinya saling interaksi yang bersifat positif dan konstruktif selama tujuannya mengubah terdidik menjadi manusia yang diharapkan atau dewasa. Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Sedangkan menurut Syaripudin (2007,hlm.27) bahwa Pendidikan adalah segala pengalam belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Berpacu kepada dua definisi jelas bahwa pendidikan merupakan upaya yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas individu agar berkembang secara menyeluruh. Dalam setiap pendidikan ada proses pembelajaran jadi pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam pendidikan di sekolah juga salah satu pelajaran yang di pelajari oleh siswa adalah pembelajaran penjas. Pembelajaran penjas dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat di beberapa negara maju di dunia seperti China, Jepang, Belanda, Amerika Serikat, Jerman dan sebagainya.

2 Hal ini berkaitan dengan kaidah penjas itu sendiri yang mengutamakan kesenangan dan aspek bermain tanpa mengesampingkan nilai-nilai pendidikan dan tujuan pembelajaran. Pembelajaran penjas bukanlah merupakan suatu pembelajaran yang mengarahkan siswa kepada suatu prestasi dari suatu kecabangan olahraga, akan tetapi adalah suatu pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang bersumber pada humant movement atau dapat diartikan gerak insani yang merupakan inti dari pendidikan jasmani. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum sekolah menengah pertama pendidikan merupakan proses untuk membantu individu untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Seperti diungkap oleh cholik (Syamsudin, 2004,hlm.24) bahwa: Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan orang sebagai perorangan, atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematis melalui berbagai aktivitas jasmanai untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan perkembangan waktu serta kepribadian yang harmonis dalam rangka pembentukan manusia berkualitas berdasarkan pancasila. Dari kutipan di atas bahwa pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada aspek gerak atau psikomotor saja, akan tetapi kognitif dan afektif juga menjadi tujuan pengembangan dari pendidikan jasmani itu sendiri. Sehubungan dengan hal itu, pendidikan jasmani harus memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan yang memberi kontribusi yang sangat berharga dan memberi inspirasi bagi kesejahteraan hidup manusia. Makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani tidak sekedar pendidikan yang bersifat fisikal atau aktifitas fisik tetapi lebih luas lagi keterkaitannya dengan tujuan pendidikan secara menyeluruh serta memberi kontribusi terhadap kehidupan individu.

3 Pendidikan jasmani merupakan suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah selalu mencakup tiga aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lutan (2001,hlm.18) menjelaskan bahwa; Pendidikan jasmani itu besifat menyeluruh, sebab mencakup bukan hanya aspek fisik tetapi juga aspek lainnya yang mencakup aspek intelektual, emosional, sosial dan moral, dengan maksud anak muda itu menjadi seorang yang percaya diri, disiplin, sehat, bugar dan hidup bahagia. Pengaruh pendidikan jasmani akan memberikan dampak positif pada siswa untuk membangun kemampuan secara keseluruhan baik afektif, kognitif dan psikomotor. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa pendidikan jasmani tidak hanya menekankan pada aspek gerak atau psikomotor saja, akan tetapi kognitif dan afektif juga menjadi tujuan pengembangan dari pendidikan jasmani itu sendiri. Dan kompetisi dasar itu adalah merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam hal ini kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, ketrampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugastugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu. Di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tersebut, permainan softball termasuk pada

4 permainan bola kecil. Akan tetapi pembelajaran permainan softball di sekolah menengah pertama jarang di laksanakan karena tidak adanya peralatan permainan softball. Selain itu juga pembelajaran permainan softball pada sekolah menengah pertama tidak akan bisa berjalan epektif kalau menggunakan bola dan pemukul yang sebenarnya, karena pada sekolah menengah pertama keterbatasan peralatan sangat terlihat jelas, pada bola dan pemukul softball dilakukan modifikasi supaya siswa dapat belajar dalam gerak dasar pukulan softball, sehingga pembelajaran dapat berjalan. Softball menurut Bethel (1987,hlm.1) adalah Permainan yang cepat dan tepat. Jadi dapat dipahami bahwa softball adalah permainan yang memerlukan kecepatan, ketepatan dan juga pemahaman yang bagus artinya permainan ini memerlukan kecepatan dalam berlari, ketepatan dalam memukul, ketepatan dalam melempar bola dan juga pemahaman akan permainan softball itu sendiri. Mengenai modifikasi Bahagia (2000,hlm.1) mengemukakan sebagai berikut: Modifikasi dapat menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara meruntunkannya dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dalam memperlancar siswa dalam belajarnya. Jadi salah satu inovasi dalam pengembangan keterampilan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dan pemecahan kompleksitas keterampilan siswa dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani yaitu dengan modifikasi pemukul dan bola softball, sehingga siswa dapat menjadi terampil dalam gerak dasar pukulan softball. Dalam proses pembelajaran penjas, guru diharapkan dapat mengajar berbagai ketrampilan gerak dasar dan nilai- nilai moral yang terkandung didalamnya walaupun peralatan olahraga yanga ada di sekolah terbatas, seperti yang dialami penulis ketika PPL di SMPN 45 Bandung, karena di SMPN 45 Bandung ini tidak ada peralatan olahraga permainan bola kecil khususnya softball contohnya yang akan dilakukan penulis dengan memodifikasi pemukul softball yang terbuat dari kayu dan bola softball yang terbuat dari kertas yang dibungkus solatip dan di dalam kertas yang di bungkus tersebut ada batu kecil supaya bola modifikasinya agak berat.

5 Berdasarkan latar belakang yang di jelaskan, maka penulis akan meneliti perbandingan pengaruh pemukul dan bola modifikasi dengan pemukul dan bola standar terhadap hasil belajar dalam permainan softball. B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang di atas, peneliti mencoba memaparkan masalah yang terjadi dalam pembelajaran softball. Dengan ini peneliti merumuskan masalah sesuai pernyataan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh pemukul dan bola modifikasi terhadap hasil belajar dalam permainan softball? 2. Bagaimana pengaruh pemukul dan bola standar terhadap hasil belajar dalam permainan softball? 3. Manakah yang paling berpengaruh antara pengaruh pemukul dan bola modifikasi dengan pemukul dan bola standar terhadap hasil belajar dalam permainan softball? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan suatu hasil yang ingin dicapai atau ditemukan oleh peneliti sendiri. Menrutu Arikunto (1993:hlm43) mengemukakan bahwa: Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah; 1. Mengetahui bagaimana pengaruh pemukul dan bola modifikasi terhadap hasil belajar dalam permainan softball? 2. Mengetahui bagaimana pengaruh pemukul dan bola standar terhadap hasil belajar dalam permainan softball? 3. Mengetahui dari kedua peralatan soft ball tersebut manakah yang paling berpengaruh terhadap hasil belajar dalam permainan softball?

6 D. Manfaat Penelittian Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya: 1. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan pikiran untuk bahan pengajaran dan pembelajaran materi softball di SMPN 45 Bandung khususnya dan untuk dunia pendidikan jasmani dan olahraga secara umumnya. 2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan salah satu cara memotivasi siswa untuk pembelajaran softball sehingga dapat tercapai sistem pengajaran yang diharapkan dan berhasil. E. Pembatasan penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil dari permasalahan penelitian yang timbul. Berangkat dari tujuan penelitian maka peneliti membatasi ruang penelitian agar dapat terfokus dan jelas pada suatu masalah. Adapun pembatasan masalah diantaranya; 1. Permasalahan pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perbandingan pengaruh pemukul dan bola modifikasi dengan pemukul dan bola standar terhadap hasil belajar dalam permainan softball. Sehingga yang menjadi variabel bebas adalah perbandingan pengaruh pemukul dan bola modifikasi dengan pemukul dan bola standar. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar dalam permainan softball. 2. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 45 Bandung. Sedangkan Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMPN 45 Bandung. 3. Instrument yang digunakan adalah tes aspek kognitif yaitu mengetahui cara memukul, afektif yaitu nilai kerjasama dan psikomotor yaitu tes memukul. 4. Lokasi tempat penelitian ini di SMPN 45 Jl. Yogyakarta No. 1 Antapani, Bandung.

7 F. Definisi Istilah 1. Siswa adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin meskipun rela maupun tidak rela mengeluarkan biaya, segala jerih payah dll. Agar mencapai masa depan yang cerah. 2. Pembelajaran adalah interaksi antara guru dan pesera didik yang menciptakan suatu pengorganisasian atau pengaturan suatu kondisi lingkungan yang sebaikbaiknya untuk menunjang interaksi ilmu peserta didik. 3. Thursan Hakim (2005,hlm.1), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 4. Hamalik (2001,hlm.44-53) mengemukakan, mengajar dapat diartikan sebagai (1) menyampaikan pengetahuan kepada siswa, (2) mewariskan kebudayaan kepada generasi muda, (3) usaha mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa, (4) memberikan bimbingan belajar kepada murid, (5) kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik, (6) suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.