PERMASALAHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCAGEMPA 27 MEI 2006 DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI

HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH

PELAJARAN DARI GEMPA BUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006

Observasi Tahap Awal Gempa Jawa Tengah Tanggal 27 Mei 2006 DAMPAK terhadap RUMAH NASKAH hanya untuk tinjauan ulang dan diskusi 19 Juni 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

BAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

RASIO MANFAAT-BIAYA PADA PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

BAB I PENDAHULUAN. dampak pada perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dengan trend

ANALISIS TORSI PADA BANGUNAN ASYMMETRI DENGAN MODEL STATIK 3D

LINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

menyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

I. PENDAHULUAN. Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Kebutuhan Air

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

KAJIAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN REHAB REKONS RUMAH PASKA GEMPA DIY SEBAGAI WACANA PADA DAERAH LAIN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

garis kontur permukaan tanah digunakan sebagai pedoman dalam menentukan elevasi

DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai ke tanah melalui fondasi. Berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22

BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

PERBAIKAN DAN PERKUATAN STRUKTUR PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA

KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006

1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip

BAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan

Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagai daerah di Indonesia rawan terjadi bencana alam seperti gempa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB VI PEMBAHASAN. A. Balok

II. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai. tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen

Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

Sri Indah Setiyaningsih, Penghitungan Struktur Beton Dan Perbandingan Perhitungan Biaya Menurut SNI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20

BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SAHID JAKARTA. Oleh : PRIA ROSE ADI NPM. :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Alasan paling kuat masyarakat Bantul merekonstruksi bangunan rumah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 PERMASALAHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCAGEMPA 27 MEI 2006 DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH Yoyong Arfiadi 1, Wiryawan Sarjono 1, Lucida 2 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Duta Wacana ABSTRAK Proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi 27 Mei 2006 telah dilakukan pada rumah-rumah penduduk yang rusak berat dan roboh. Jumlah rumah yang rusak berat dan roboh sebanyak 263882 rumah. Untuk mengetahui sejauh mana rumah yang dibangun telah memenuhi persyaratan rumah tahan gempa dilakukan survey pada 42056 rumah yang dibangun dengan beaya pemerintah. Survey dilakukan sesuai dengan daftar isian yang telah disepakati antara konsultan dan Tim Teknis Nasional dan mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Sebelum dilaksanakan, daftar isian diujicobakan untuk melihat seberapa jauh daftar isian dapat difahami baik oleh surveyor maupun pemberi data. Sample rumah diambil berdasarkan banyaknya kelompok masyarakat (PokMas) di mana pada setiap PokMas diambil dua buah rumah. Walaupun pada saat survey sebagian besar rumah sudah selesai dikerjakan, sample dipilih sedapat mungkin pada rumah yang sedang dikerjakan dan ditentukan secara random dengan teknik tertentu. Pemilihan rumah yang dipilih apakah rumah yang dibangun dengan pendampingan atau tidak dengan pendampingan ditentukan secara random pula. Hasil survey menunjukkan bahwa rumah hasil rehabilitasi dan rekonstruksi relatif cukup baik. Dari hasil survey diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa, sedangkan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Hasil survey juga menunjukkan ada 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata kunci: rehabilitasi, rekonstruksi, pascagempa, gempa, Yogyakarta, ketahanan gempa A. PENDAHULUAN Pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa bumi dengan pusat gempa berjarak 15 km di sebelah selatan kabupaten Bantul (lihat Gambar 1) dengan magnitude 5,9 skala Richter, M 6,3 (USGS) dengan kedalaman 10 km. Gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerugian harta benda dan jiwa. Setelah kejadian gempa banyak bantuan datang baik dari pemerintah melalui APBN maupun donor. Untuk rumah yang rusak berat di Daerah Istimewa Yogyajarta pemerintah memberikan bantuan sebesar Rp. 15.000.000,- sedangkan untuk Jawa Tengah sebesar Rp. 20.000.000,-. Proses pembangunan rumah dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat yang dikoordinasikan melalui kelompok masyarakat (PokMas) atau Kelompok Swadaya Masyarakat Perumahan (KSMP). Pembangunan umumnya dilakukan dengan bantuan tenaga tukang dan bukan oleh kontraktor yang ditunjuk khusus. Dengan proses ini pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi diharapkan dapat berjalan dengan relatif cepat. Dalam hal ini penentuan mutu dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan tukang berdasarkan pedoman dan standar yang disampaikan pemerintah atau lembaga swadaya mayarakat. ISBN: 978-979-1317-98-6 481

Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida Untuk mencapai hasil pembangunan rumah yang baik maka beberapa hal perlu diperhatikan. Kesadaran untuk biasa membangun sesuai dengan peraturan yang berlaku, tingkat kompetensi tukang dan ketersediaan pedoman yang cukup dapat mengurangi pengaruh buruk gempa terhadap rumah yang dibangun (Boen 2008 [1]). Untuk mengetahui hasil pembangunan rumah yang dilakukan oleh masyarakat, telah dilakukan survey terhadap 42.056 rumah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Survey dilaksanakan antara bulan Juli November 2007 (P.T. Multi Area Conindo, 2007 [3]). Pusat gempa Gambar 1. Lokasi epicentrum (sumber: USGS) B. LOKASI KEGIATAN DAN DATA SURVEY Kegiatan survey dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu meliputi daerah seperti terlihat pada Tabel 1. 482 ISBN: 978-979-1317-98-6

Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Cluster Lokasi Tabel 1. Wilayah sebaran rumah yang disurvey Wilayah Tim Pelaksana Wilayah Kerja KMW Cacah Rumah Rusak Berat A Provinsi DIY Yogyakarta 6.915 590 Bantul-1 22.785 1.998 Bantul-2 23.251 1.864 Bantul-3 18.324 1.516 Bantul-4 24.291 1.865 Bantul-5 17.375 1.450 Kulonprogo 2.647 206 Gunungkidul 5.143 400 Sleman 20.960 1.657 Subtotal 141.691 11.546 B C Provinsi Jawa Tengah Cacah PokMas/KSMP Klaten-1 29.076 2.649 Klaten-2 32.756 2.734 Klaten-3 30.680 2.618 Boyolali 764 81 Sukoharjo 1.530 111 Karanganyar 141 12 Wonogiri 160 17 Magelang 772 72 Purworejo 376 33 Temanggung 85 7 Kebumen 3 1 Subtotal 96.343 8.335 Pokmas/ KSMP Susulan DIY dan 1.145 Jateng Total 21.026 Dalam setiap PokMas diambil dua rumah, sehingga jumlah rumah yang disurvey sebanyak 42056 rumah. C. PERSIAPAN Sebelum surveyor diterjunkan dilakukan persiapan dulu agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Beberapa pekerjaan persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini. 1. Mobilisasi tim dan koordinasi internal Koordinasi internal terutama berkenaan dengan pembagian kerja untuk tiap-tiap tenaga ahli termasuk pembagian tugas dan kewenangan terkait dengan tugas koordinator wilayah dan sub koordinator wilayah. 2. Inventarisasi Data Data yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan antara lain adalah data yang berkaitan dengan kondisi eksisting, termasuk laporan kegiatan fisik rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2006 serta peraturan dan pedoman teknis mengenai bangunan rumah tahan gempa. 3. Penyusunan Rencana Kerja Pada tahap ini disusun langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan yang nantinya akan dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. ISBN: 978-979-1317-98-6 483

Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida 4. Instrumen survey Instrumen survey teknis disusun setelah dilakukan diskusi antara fihak yang berkepentingan. Survey teknis dimaksud untuk memotret hasil rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah dilakukan penduduk. Sesuai kesepakatan yang ada dihasilkan instrumen untuk survey teknis seperti terlihat pada Gambar 2. Perlu dicatat bahwa sebagian anggota tim berpendapat bahwa beberapa bagian dari instrumen survey tidak perlu dimasukkan untuk menghitung score. Bagian yang dipandang tidak perlu diberi nilai adalah mengenai apakah pembangunan rumah menggunakan gambar rencana. Selain itu beberapa anggota tim berpendapat penggunaan tulangan diamater 10 mm dianggap sudah cukup memenuhi untuk digunakan pada rumah tinggal. Namun karena dalam diskusi dengan anggota Tim Teknis Nasional persyaratan tulangan dengan ukuran diameter 12 mm yang harus digunakan, maka selanjutnya dalam instrumen survey ukuran ini yang dipakai sebagai salah satu kriteria yang digunakan. D. PEREKRUTAN SURVEYOR Surveyor merupakan bagian yang penting agar tujuan kegiatan dapat tercapai dengan baik. Surveyor yang berkualitas diharapkan dapat memberikan hasil yang baik. Surveyor yang diperlukan adalah surveyor bidang teknis dan surveyor bidang sosial. Dalam setiap tim terdiri dari dua surveyor yaitu surveyor teknik dan sosial. Perekrutan surveyor dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kesiapan data rumah yang akan diperiksa. Jumlah surveyor secara bertahap ditambah menurut kesiapan data. E. PELATIHAN SURVEYOR Agar dapat dicapai hasil sesuai yang diharapkan maka surveyor perlu dibekali dengan pelatihan yang memadai. Bahan pelatihan berupa pelatihan umum mengenai bangunan tahan gempa dan teknis pengisian instrument survey. Pelatihan dimaksudkan agar instrumen survey berupa survey teknis dan sosial dapat dipahami oleh surveyor. Pelatihan dilakukan secara bertahap agar dapat diperoleh hasil yang optimum. F. PENGAMBILAN SAMPLE Mengingat pada saat survey dilakukan setelah lebih kurang satu tahun, pengambilan sample diusahakan agar rumah yang sedang dalam tahap pembangunan dapat diambil. Sample diambil secara acak dengan teknik tertentu agar rumah yang sedang dalam tahap pembangnan dapat terambil dan mewakili rumah dengan dan tanpa pendampingan fasilitator teknik. 484 ISBN: 978-979-1317-98-6

Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Gambar 2. Instrumen survey G. BEBERAPA HASIL PENGAMATAN Berdasarkan survey yang dilakukan, sesuai dengan daftar simak yang telah ditetapkan, diperoleh hasil seperti terlihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 menunjukkan persentase rumah yang memenuhi 100 % persyaratan ketahanan gempa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berturut-turut sebesar 6,4% dan 6,8 %. Dari ISBN: 978-979-1317-98-6 485

Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida hasil survey juga diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa dan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Di samping itu terdapat 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Gambar 3 terlihat, baik untuk Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Jawa Tengah, kurva condong ke arah kanan yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah mempunyai persyaratan yang relatif cukup baik. Gambar 3. Persentase pemenuhan terhadap formulir pengamatan Gambar 4. Diagram kesesuaian kualitas per komponen Sesuai dengan formulir pengamatan, selain hasil per komponen pada Gambar 4, setiap komponen mempunyai sub komponen yang harus diamati. Beberapa hal dibahas di sini. Untuk bentuk denah (lihat Gambar 5) sebagian besar rumah yang dibangun mempunyai denah simetrik (berturut-turut 91% dan 82,2 % rumah di Yogyakarta dan Jawa Tengah mempunyai denah simetrik). Selain itu 92,5% dan 91% rumah berturutturut di Yogyakarta dan Jawa Tengah mempunyai tonjolan kurang dari 25 %. 486 ISBN: 978-979-1317-98-6

Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Gambar 5. Diagram kesesuaian untuk bentuk denah Untuk komponen fondasi hasil survey untuk lima sub komponen pengamatan dapat dilihat pada Ganbar 6. Gambar 6. Diagram kesesuaian untuk fondasi Untuk komponen sloof, hasil pengamatan ditunjukkan pada Gambar 7 Gambar 7. Diagram kesesuaian untuk sloof ISBN: 978-979-1317-98-6 487

Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida Untuk elemen kolom dan balok ring hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Gambar 8. Diagram kesesuaian untuk kolom Gambar 9. Diagram kesesuaian untuk balok ring Perlu dicatat bahwa penggunaan tulangan yang disyaratkan dalam survey ini adalah menggunakan diamater 12 mm. Hasil menunjukkan bahwa pencapaian terhadap syarat ini tidak begitu tinggi (Gambar 7-9). Masih belum jelas apakah hasil pencapaian ini disebabkan karena besi tulangan diameter 12 mm sulit ditemukan di pasaran atau karena dirasa besi ukuran 12 mm menyulitkan dalam pelaksanaan. Ada pendapat yang berbeda mengenai ukuran diameter tulangan yang digunakan baik untuk kolom, balok ring maupun sloof. Sebagian berpendapat bahwa penggunaan ukuran tulangan cukup digunakan diamater 10 mm dengan pertimbangan kemudahan dalam pemasangan mengingat ukuran elemen struktur yang ada, karena jika digunakan ukuran 12 mm akan menyulitkan dalam pencoran. Dalam suatu pengamatan lain, Suarjana dan Sengara (2008) [4] mengusulkan untuk digunakan tulangan deformasian 10 mm mengingat tulangan deformasian mempunyai lekatan yang cukup baik dibandingkan dengan tulangan polos. Demikian juga Boen (2008) [2] berpendapat bahwa diameter tulangan 10 mm cukup memenuhi syarat untuk digunakan pada rumah non-engineered, tetapi mengusulkan tetap digunakan tulangan polos. Boen (2008) [2] berpendapat bahwa jika digunakan tulangan deformasian menjadi kurang cocok mengingat umumnya mutu beton yang ada tidak telalu tinggi, 488 ISBN: 978-979-1317-98-6

Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah sedangkan tulangan deformasian umumnya mempunyai kuat luluh yang lebih tinggi dibandingkan dengan tulangan polos. Kombinasi mutu beton yang relatif rendah dengan mutu baja yang tinggi akan menghasilkan struktur yang kurang daktail (Boen, 2008) [2]. Dalam diskusi beberapa anggota tim ahli dalam survey ini berpendapat bahwa besi tulangan diameter 10 mm cukup memenuhi syarat, tetapi karena sesuatu hal kemudian diputuskan besi diameter 12 mm yang dipakai sebagai dasar acuan. Hasil lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah mengenai ikatan silang, baik antar kuda-kuda maupun gunungan. Agar struktur kuat menahan beban lateral akibat gempa maka setiap elemen struktur harus saling terikat dengan baik. Dari pengamatan pada hasil Gambar 10 dan 11, tampak bahwa sebagian besar gunungan dan kuda-kuda tidak terikat dengan ikatan silang. Belum begitu jelas apakah hal ini karena dana masyarakat yang terbatas sehingga masyarakat cenderung menyelesaikan rumahnya tanpa memperhatikan syarat-syarat yang telah ditetapkan ataukah ada alasan lain. Hal ini dapat menyebabkan rumah rentan terhadap beban horisontal dalam arah tegak lurus kuda-kuda. Gambar 10. Diagram kesesuaian untuk gunungan Gambar 11. Diagram kesesuaian untuk kuda-kuda ISBN: 978-979-1317-98-6 489

Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida H. PENUTUP Berdasarkan pengamatan terhadap proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa 27 Mei 2006 beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut ini. (a) Hasil pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah pasagempa 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah secara umum relatif cukup baik, walaupun masih ada beberapa komponen struktur yang belum memenuhi syarat. Dari diagram pemenuhan yang ada terlihat baik untuk Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Jawa Tengah kurva condong ke arah kanan yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah mempunyai persyaratan yang relatif cukup baik. (b) Hasil survey menunjukkan persentase rumah yang memenuhi 100 % persyaratan ketahanan gempa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berturutturut sebesar 6,4% dan 6,8 %. Dari hasil survey juga diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa dan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Di samping itu terdapat 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. (c) Bagi rumah yang belum memenuhi persyaratan perlu mendapat perhatian untuk diperkuat (retrofitting). (d) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ukuran diameter minimum besi tulangan untuk rumah non-engineered, yang berkaitan dengan kemudahan pelaksanaan dan kekuatan struktur. (e) Perlu diterbitkan pedoman teknis mengenai rumah tahan gempa dari instansi terkait dengan jumlah yang cukup memadai untuk disosialisaikan ke tukang dan masyarakat yang memerlukan. (f) Perlu pelatihan bagi tukang-tukang karena tukang memegang peranan yang sangat penting terhadap rumah yang dibangun. I. DAFTAR PUSTAKA 1) Boen, T. (2008a), Indonesia Earthquake Prolem, International Conferene on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp. 105-110 2) Boen, T. (2008b), Reconstruction of Houses in Aceh, Three Years after the December 26, 2004 Tsunami, International Conferene on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp. 468-482 3) P.T. Multi Area Conindo (2007), Quality Assurance dan Quality Control Pelaksanaan Rehabilitasi/Rekonstruksi Pascagempa Bumi Di D.I. Yogyakarta Dan Jawa Tengah, Laporan Akhir. 4) Suarjana, M. and Sengara, I.W. (2008), Structural Assessment and Redesign of Housing for Reconstruction after Yogya Earthquake, International Conference on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp. 453-460 490 ISBN: 978-979-1317-98-6