I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

I. PENDAHULUAN. 1998, dimana banyak terjadi peristiwa penggunaan atau pemakaian barang-barang

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

I. PENDAHULUAN. terakhir United Nations Drugs Control Programme (UNDPC), saat ini kurang lebih

BAB VI PENUTUP. penulis membuat kesimpulan sebagai jawaban dari rumusan masalah.

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

I. PENDAHULUAN. untuk didapat, melainkan barang yang amat mudah didapat karena kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

KEBIJAKAN NARKOTIKA, PECANDU DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 56 / HUK / 2009 TENTANG

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia sekarang ini melaksanakan pembaharuan hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Adanya ketidakseimbangan antara perlindungan korban kejahatan dengan pelaku

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Dalam Undang-Undang RI No. 35 Tahun 2009, sanksi bagi pelaku kejahatan narkoba adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

Kementerian Sosial RI

I. PENDAHULUAN. Penyalahgunaan Narkotika sebagai suatu tindak pidana telah memunculkan

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan semakin menunjukkan peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat dari

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional dapat diwujudkan dengan upaya secara terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai negara hukum. Negara hukum yang dimaksud adalah negara yang

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

I. PENDAHULUAN. cara untuk memenuhi kebutuhannya. Tentu tidak semua cara untuk memenuhi

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kepolisian

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. peredaran gelap narkoba menyebabkan penyalahgunaan yang makin meluas dan. merupakan ancaman bagi kehidupan bangsa dan negara.

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Internasional. Tidak mustahil peredaran narkotika yang sifatnya telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemidanaan terhadap Pecandu Narkotika merupakan salah satu

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah adalah mahluk sosial yang dianugrahkan suatu kebebasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. cepat dari proses pematangan psikologis. Dalam hal ini terkadang menimbulkan

I. PENDAHULUAN. Narkotika merupakan bagian dari Narkoba. Menurut batasan WHO tahun 1969

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan secara terus menerus usaha usaha dibidang pengobatan dan

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak pada kehidupan sosial ekonomi individu, masyarakat, bahkan negara. Gagal dalam studi,gagal dalam pekerjaan, kematian, kriminalitas, seks bebas yang berujung pada penyakit HIV/AIDS, adalah sebagian dari masalah yang muncul dari penyalahgunaan narkotika. Masalah yang lebih besar dari semua itu adalah hancurnya generasi muda sebagai penerus perjuangan dan pembangunan, karena penyalahgunaan narkotika saat ini banyak dilakukan oleh mereka yang berusia muda. Upaya pencegahaan dan pengendalian narkotika telah dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Norma sosial yang berlaku di sebagian masyarakat untuk menghindari narkotika, juga ajaran-ajaran agama yang melarang umatnya menggunakan zat-zat memabukkan, telah cukup banyak diketahui banyak orang. Namun kenyataan menunjukkan bahwa korban penyalahgunaan narkotika ada dan dari waktu ke waktu kasusnya terus meningkat. Penilaian salah tidaknya apa yang dilakukan oleh pecandu, tidaklah kemudian menghilangkan hak-hak mereka untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi guna mengembalikan kembali fungsi sosial mereka. Sebagai manusia,

2 mereka yang terjatuh dalam penyalahgunaan narkotika perlu ditolong, agar mereka dapat kembali hidup secara wajar menjadi manusia yang produktif, mampu memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan hidupnya, serta berpartisiapsi dalam kehidupan keluarga, masyarakat dan negara. Akan tetapi kenyataan menunjukkan bahwa saat ini belum ada putusan pengadilan berupa rehabilitasi terhadap pemakai narkotika. Departemen sosial sebagai instansi yang melaksanakan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial, jauh sebelum diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, telah menggariskan kebijaksanaan dibidang sosial, yaitu dengan diterbitkannya keputusan menteri sosial Republik Indonesia Nomor : 44/HUK/1992 tentang Lembaga Rehabilitsasi Korban Narkotika. Atas dasar itu dibentuklah unit rehabilitasi bagi remaja korban narkotika. Selain itu landasan hukum lain yaitu Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Pasal 45; Keppres RI Nomor 17 Tahun 2002 Tentang Badan Narkotika Nasional; Inpres RI Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Penanggulangan Penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif lainnya. Namun sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang mengawali otonomi daerah sebagian panti-panti tersebut diserahkan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) masing-masing. Dalam hal ini telah diatur dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika yaitu : 1. Pasal 54 menyatakan bahwa : Pecandu Narkotika dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi

3 Pasal 55 menyatakan bahwa : (1) Orang tua atau wali dari Pecandu Narkotika yang belum cukup umur wajib melaporkan kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau Perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi. (2) Pecandu Narkotika yang sudah cukup umur wajib melaporkan diri atau dilaporkan oleh keluarganya kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dan/atau lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mendapatkan pengobatan dan/atau perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi. (3) Ketentuan mengenai pelaksanaan wajib lapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3. Pasal 56 menyatakan bahwa : (1) Rehabilitasi medis Pecandu Narkotika dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh Menteri. (2) Lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat dapat melakukan rehabilitasi medis Pecandu Narkotika setelah mendapat persetujuan Menteri. 4. Pasal 57 menyatakan bahwa : Selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi medis penyembuhan Pecandu Narkotika dapat diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan tradisional.

4 5. Pasal 58 menyatakan bahwa : Rehabilitasi mantan Pecandu Narkotika diselenggarakan baik oleh instansi pemerintah maupun oleh masyarakat. 6. Pasal 127 menyatakan bahwa : (1) Setiap Penyalah Guna: a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun; b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun; dan c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. (2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55, dan Pasal 103. (3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis Pasal 128 7. Pasal 55 menyatakan bahwa :. (1) Pecandu Narkotika yang belum cukup umur dan telah dilaporkan oleh orang tua atau walinya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) tidak dituntut pidana. (2) Pecandu Narkotika yang telah cukup umur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) yang sedang menjalani rehabilitasi medis 2

5 (dua) kali masa perawatan dokter di rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis yang ditunjuk oleh pemerintah tidak dituntut pidana. (3) Rumah sakit dan/atau lembaga rehabilitasi medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri rehabilitasi masyarakat. 7. Pasal 58 menyatakan bahwa : Rehabilitasi dalam ketentuan ini termasuk melalui pendekatan keagamaan, tradisional, dan pendekatan alternatif lainnya. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan mantan Pecandu Narkotika adalah orang yang telah sembuh dari ketergantungan terhadap Narkotika secara fisik dan psikis. Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan lembaga rehabilitasi adalah lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan Ayat (1) Huruf a Ketentuan ini menegaskan bahwa penggunaan kata memutuskan bagi Pecandu Narkotika yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa putusan hakim tersebut merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Huruf b Ketentuan ini menegaskan bahwa penggunaan kata menetapkan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa penetapan hakim tersebut bukan merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Penetapan tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu penekanan

6 bahwa Pecandu Narkotika tersebut walaupun tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika, tetapi tetap wajib menjalani pengobatan dan perawatan.(rehabilitasi) Biaya pengobatan dan atau perawatan bagi Pecandu Narkotika yang terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika sepenuhnya menjadi beban dan tanggung jawab negara, karena pengobatan dan atau perawatan tersebut merupakan bagian dari masa menjalani hukuman. Sedangkan bagi pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah biaya pengobatan dan/atau perawatan selama dalam status tahanan tetap menjadi beban negara, kecuali tahanan rumah dan tahanan kota. baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk memilih judul skripsi tentang Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui. B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan dikemukakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui? b. Apakah Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap pelaku Penyalahgunaan Narkotika di Rutan Way Hui?

7 2. Ruang Lingkup Mengenai ruang lingkup hukum pidana atau batasan masalah yang ada dalam penulisan skripsi ini yaitu meliputi Pelaksanaan Putusan Pengadilan Berupa Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dan kegunaan penulisan skripsi ini adalah : 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika. b. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan Rehabilitasi terhadap pelaku Penyalahgunaan Narkotika. 2. Kegunaan Penelitian a. Secara teoritis penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan juga sebagai masukan bagi pengembangan pengetahuan hukum terutama mengenai Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika. b. Secara praktis kegunaan penulisan ini digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan bagi penulis dan pemakai narkotika mengenai Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika.

8 D. Kerangka Teori dan Konseptual 1. Kerangka Teori Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan indentifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan dalam penelitian. (Soerjono Soekanto, 1986 : 125), kerangka teori adalah acuan dalam penelitian dengan maksud supaya lebih jelas untuk membahas pokok permasalahan dengan mendasarkan pada suatu teori. Menurut C. I. Harsono ( 1995 : 351-358 ), pembinaan narapidana dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti : a. Pembinaan Perseorangan (Individual Treatment) Pembinaan Perseorangan merupakan pembinaan yang dilakukan oleh petugas Pembinaan kepada narapidana secara perseorangan. Pembinaan perseorangan tidak harus terpisah sendiri, tetapi dapat dibina dalam kelompok bersama dan penanganannya secar sendiri-sendiri. c. Pembinaan Secara Kelompok (Clasical Treatment) Pembinaan secara kelompok merupakan Pembinaan yang diberikan oleh petugas Pembina kepada narapidana secara berkelompok. d. Metode Gabungan Metode gabungan merupakan gabungan dari metode Individual Treatment dan Clasical Treatment, dimana metode ini digunakan tidak harus berdiri sendiri, tetapi dapat digabungkan sesuai dengan kondisi pembinaan dan tujuannya.

9 Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang mempengaruhi penegakan hukum Teori- Teori yang digunakan yaitu : a. Faktor hukumnya sendiri b. Faktor penegakan hukum c. Faktor sarana / fasilitas d. Faktor masyarakat e. Faktor kebudayaan ( Soerjono Soekanto, 1983 : 34 ) 2. Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang akan diteliti atau diinginkan (Soerjono Soekanto, 1986: 132). Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap pokok-pokok permasalahan penulisan ini, maka penulis akan memberikan beberapa konsep yang bertujuan untuk menjelaskan berbagai istilah yang digunakan. Adapaun istilah-istilah yang digunakan dalam penulisan ini adalah : a. Rehabilitasi dalah usaha pemulihan korban narkotika sehingga kembali dapat melaksanakan fungsionalitas sosialnya yaitu dapat melaksanakan tugas hidupnya secara normal dan wajar. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999). b. Putusan pengadilan, menetapkan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika mengandung pengertian bahwa penetapan hakim tersebut bukan merupakan vonis (hukuman) bagi Pecandu Narkotika yang bersangkutan. Penetapan

10 tersebut dimaksudkan untuk memberikan suatu penekanan bahwa Pecandu Narkotika tersebut walaupun tidak terbukti bersalah melakukan tindak pidana Narkotika, tetapi tetap wajib menjalani pengobatan dan perawatan.(rehabilitasi). c. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, yang dibedakan kedalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 atau yang kemudian ditetapkan dengan keputusan Menteri kesehatan. (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997). Pasal 45 d. Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika diluar keperluan medis dan tanpa sepengetahuan dokter merupakan pelanggaran hukum. ( Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009). Pasal 54 E. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dan memahami penulisan ini secara keseluruhan, maka sistem penulisan disusun sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan latar belakang Pelaksanaan Rehabilitasi Terhadap Pelaku Penyalahgunaan Narkotika, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan

11 dan kegunaan penulisan, kerangka teori dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini diuraikan pengertian tentang rehabilitasi, pengertian dan tujuan pemidanaan, pengertian dan pengaruh narkotika terhadap pemakai narkotika, dasar hukum dan fungsi lembaga rehabilitasi narkotika, pelaksanaan rehabilitasi terhadap pemakai narkotika. III. METODE PENELITIAN Pada bab ini berisikan pendekatan masalah, sumber data dan jenis data, penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data serta analisis data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan pembahasan terhadap permasalahan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini dengan menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh dari lapangan maupun data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan. V. PENUTUP Dalam bab ini berisikan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan dan memberikan sumbangan berupa saran-saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

12 DAFTAR PUSTAKA Harsono, C. I. 1995. Pola Pembinaan Narapidana, Jakarta Soekanto, Soerjono. 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta Sulaksana, Budi. 2003, Penyalahgunaan Narkoba, Akademi Ilmu Pemasyarakatan, Jakarta. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.