PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 PENDAHULUAN. faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita

BAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan dan pedesaan berdasarkan kriteria klasifikasi wilayah. desa/kelurahan (Badan Pusat Statistik {BPS}, 2010).

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB II LANDASAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PERTUMBUHAN BALITA DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

ABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam jumlah yang tepat dan berkualitas baik. lingkungan kotor sehingga mudah terinfeksi berbagai penyakit.

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

ABSTRAK. Annisa Denada Rochman, Pembimbing I : Dani dr., M.Kes. Pembimbing II : Budi Widyarto Lana dr., MH.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM PEMANFAATAN PROGRAM POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU BOUGENVILLE KOTA CIMAHI SELATAN TAHUN 2017

1 Universitas Indonesia

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PLERET


GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, karena merupakan kelompok yang rawan terhadap

Ardina Nur Rahma 1, Mulyo Wiharto 2. Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 1-3 TAHUN DI PADUKUHAN PUCANGANOM DESA WEDOMARTANI NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

MODEL PENENTUAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Motorik halus adalah pergerakan yang melibatkan otot-otot halus pada tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. anak yang rentang usianya 3 6 tahun (Suprapti, 2004). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

Transkripsi:

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id Abstract: Nutritional problems are important issues that need to be even more so in the toddler because the most vulnerable groups of nutrients. This study aims to assess nutritional status of toddlers (1-3 years) in terms of weight / height at Padang Besi. The study was a descriptive study design. It was conducted from August 2010 until April 2011. The samples were 109 people with proportional random sampling. Data analysis was done by univariate using table of frequency distribution. The result showed 87,2 % nutrititional status was normal and 12,8 % was low. It is expected that health workers in the health center to further increase the frequency of health promotion such as counseling on nutritional status of toddlers for knowledge, attitudes and actions of mothers about nutrition for the better, and monitoring nutritional status of toddler to the Public Health Center. Keyword: nutritional status, weight, height, toddler Abstrak: Masalah gizi merupakan masalah yang penting yang perlu diperhatikan pada anak batita karena kelompok yang paling rawan gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil status gizi batita (1-3 tahun) ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2010 sampai April 2011. Jumlah sampel sebanyak 109 orang ibu dan diambil secara proporsional random sampling. Analisa data dilakukan secara univariat menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87,2 % status gizi batita normal dan 12,8 % status gizi kurus. Diharapkan petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan seperti penyuluhan tentang status gizi batita agar pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang gizi menjadi lebih baik, dan pentingnya monitoring status gizi batita ke Puskesmas. Kata kunci : Status gizi, berat badan, tinggi badan, batita Status gizi diartikan sebagai keadaan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuran-ukuran gizi tertentu (Soekirman 2002). Anak berusia di bawah 3 tahun (batita) merupakan masa tumbuh kembang yang berlangsung cepat dan disebut sebagai masa keemasan (golden age). Pada masa ini otak berkembang cepat dan akan berhenti saat anak berusia tiga tahun. Perkembangan otak ini tidak bisa diperbaiki bila anak batita kekurangan gizi. Oleh karena itu batita memerlukan zat-zat makan yang relatif lebih banyak dengan kualitas yang lebih tinggi Masa batita (1-3 tahun) adalah masa paling rawan terhadap gizi karena periode pasca penyapihan atau masa peralihan makan 10 dari makanan pendamping ASI ke makanan orang dewasa. Anak-anak biasanya menderita bermacam-macam penyakit infeksi serta berada dalam status gizi rendah. Gizi kurang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan intelektual dan produktivitas. Anak yang kekurangan gizi pada usia batita akan tumbuh pendek, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat kecerdasan (DepKes RI, 2007). Untuk mengukur status gizi batita dengan menggunakan antropometri yaitu indeks berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) dan lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U). Pada

studi ini menggunakan indeks BB/TB. Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Oleh karena itu, indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (Supariasa, 2002). Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, [WHO]) melaporkan bahwa kesehatan masyarakat Indonesia terendah di ASEAN dan peringkat ke-142 dari 170 negara. Data WHO menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang pada balita tahun 2002 masingmasing meningkat menjadi 8,3 persen dan 27,5 persen serta pada 2005 naik lagi menjadi masing-masing 8,8 persen dan 28 persen (Dina, 2007). Data RISKESDAS tahun 2007 melaporkan dari 25 juta balita Indonesia 4,6 juta balita gizi kurang diantaranya 1,4 juta gizi buruk dan 3,4 juta balita tergolong kurus diantaranya 1,6 juta sangat kurus (Depkes RI, 2009). Menurut laporan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Barat, jumlah balita gizi buruk tahun 2008 sebanyak 2.177 balita dari 431.399 balita (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2008). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2009, untuk status gizi balita dari 5.919 balita yang ditimbang berdasarkan BB/U diketahui 140 balita mengalami gizi buruk dan 647 balita mengalami gizi kurang. Dari 11 Kecamatan yang ada di Kota Padang, Kecamatan Lubuk Kilangan menduduki peringkat pertama yaitu dari 323 balita yang ditimbang menurut BB/U diketahui 26 balita (8,05%) mengalami gizi buruk dan 88 balita (27,24%) yang mengalami gizi kurang dan BB/TB diketahui 6 balita (1,86%) sangat kurus, 23 balita kurus (7,12%), sangat kurus dan kurus 29 balita (8,98%) (Dinas Kesehatan Kota Padang [DKK], 2009). Tahun) ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang Tahun 2011. METODE Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian dilakukan di lima Posyandu di Kelurahan Padang Besi wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang yaitu Posyandu Lubuk Sarik, Posyandu Atas Bukit, Posyandu Mutiara Indah, Posyandu Kantor Lurah, dan Posyandu Dalam Koto. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 10 Februari-19 Maret 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang balitanya berusia 1-3 tahun di Posyandu Kelurahan Padang Besi Puskesmas Lubuk Kilangan Padang berjumlah 149 orang ibu dan batita umur 1-3 tahun sebanyak 149 orang batita. Sampel pada penelitian ini berjumlah 109 orang ibu-ibu dan batita. Pada penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan menggunakan teknik proporsional random sampling, yaitu pengambilan sampel dari tiap-tiap sub populasi dengan memperhitungkan besar kecilnya sub-sub populasi tersebut. Dengan menggunakan teknik tersebut diperoleh jumlah sampe yang dibutuhkan di Posyandu Atas Bukit sebanyak 23 orang, Posyandu Mutiara Indah sebanyak 29 orang, Posyandu Dalam Koto sebanyak 20 orang, Posyandu Kantor Lurah Padang Besi sebanyak 24 orang, dan Posyandu Lubuk Sarik sebanyak 13 orang. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan dacin untuk mengukur berat badan, mikrotoa untuk mengukur tinggi badan anak, dan grafik BB/TB WHO-NCHS dengan hasil ukur dikategorikan sebagai normal (> -2 SD - +2 SD) dan kurus (< -2 SD - -3 SD). Kemudian, data dianalisis secara univariat menggunakan komputerisasi untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase variabel status gizi. Berdasarkan hal di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang status gizi Batita (1-3 11

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran umum subjek penelitian diuraikan berdasarkan pendidikan ibu, pekerjaan ibu, dan pendapatan keluarga/bulan. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 109 orang responden terbanyak yang berpendidikan SMA sebanyak 50 orang (45,8%), tidak bekerja sebanyak 88 orang (80,7%), dan mempunyai penghasilan keluarga per bulan lebih sama dari Rp 880.000 adalah 91 orang (83,5%). Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden di Kelurahan Padang Besi Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang (n=109) Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%) Pendidikan SD SMP SMA/SMK/SPK D2/D3 S1/S2 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Pendapatan keluarga/bulan < Rp 880.000,- Rp 880.000,- 11 20 50 15 13 88 21 18 91 10,1 18,3 45,8 13,7 11,9 80,7 19,3 16,5 83,5 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Batita ditinjau dari BB/TB di Kelurahan Padang Besi Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Padang (n=109) Status Gizi Batita f % Normal Kurus 95 14 87,2 12,8 Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa hampir seluruhnya mengalami status gizi normal. Saat tidak ditemukan anak dengan status gizi kurus sekali dan gemuk. Lebih lanjut data karakteristik responden menunjukkan bahwa sebanyak 91 orang (83,5%) dengan penghasilan keluarga responden baik (UMR > Rp 880.000) sehingga status gizi anak batita normal 95 orang (87,2%). Hasil penelitian ini sejalan dengan Amos, J. (2001) mengatakan bahwa status gizi anak sangat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain keadaan ekonomi keluarga yang termasuk keluarga miskin, tradisi dan keadaan lingkungan. Dilihat dari pekerjaan ibu, terdapat sebanyak 88 orang ibu yang tidak bekerja di luar rumah (ibu rumah tangga) dan sebanyak 21 orang ibu yang bekerja di luar rumah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Harahap (1992) bahwa salah satu dampak negatif yang ditimbulkan sebagai akibat dari keikutsertaan ibu-ibu pada kegiatan di luar rumah (bekerja) adalah ketelantaran anak sebab anak batita sangat bergantung pada pengasuhnya. Ini berarti ibu mempunyai kesempatan dan waktu yang banyak dalam mengasuh anaknya di rumah. Teori ini sesuai dengan Sutomo (2010) menyatakan bahwa saat usia batita 1-3 tahun masih 12

tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting seperti makan, mandi, buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB). Batita juga dikenal sebagai konsumen pasif, artinya batita menerima jenis makanan yang disajikan orang tuanya. Untuk itu, orang tua harus mengontrol makanan mulai jenis makanan yang disukai, mudah dikunyah, mudah dicerna dan mengandung nutrisi lengkap (Sutomo, 2010). Peran orang tua sangat penting dalam menentukan pola makan anaknya kedepan karena pertumbuhan sangat tergantung dari keadaan atau kondisi gizi dan kesehatan sewaktu masa batita (Djaeni, 2005). Anak-anak membutuhkan dukungan nutrisi yang lengkap untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh dan otak. Masa batita adalah masa kritis, maka kebutuhan nutrisi bagi batita haruslah seimbang, baik dalam jumlah (porsi) maupun kandungan gizi. Pencapaian gizi seimbang pada balita akan membuat anak tumbuh cerdas, sehat serta tidak mudah terserang penyakit. Gizi pada balita harus seimbang, mencakup zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Balita membutuhkan asupan karbohidrat sebesar 75-90%, protein sebesar 10-20% dan lemak sebesar 15-20% Penilaian status gizi dilakukan secara langsung dengan menggunakan alat ukur antropometri yaitu menilai BB/TB. Status gizi dapat ditentukan dengan membandingkan hasi pengukuran dengan suatu baku mutu atau standar pertumbuhan yang optimal (Supariasa, 2002). Berdasarkan pertimbangan dalam menetapkan batas ambang (cut off point) status gizi yang didasarkan pada asumsi resiko kesehatan, maka status gizi dikategorikan menjadi 2 yaitu gizi normal dan status gizi kurang (kurus). Dimana status gizi normal adalah dengan nilai Z score antara -2 SD s/d +2 SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk menderita masalah kesehatan, sedangkan status gizi 13 kurang(kurus) dengan nilai Z score terletak antara <-2 SD s/d <-3 SD memiliki resiko cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan. Ini berarti jika ada batita dengan gizi kurus, maka berkemungkinan anak batita mempunyai resiko cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan sehingga diperlukan pengawasan dari ibu untuk menjaga kesehatan anaknya (DepKes RI, 2002). Dalam pertumbuhan anak, kita sering mendapati tinggi dan berat badan anak dengan anak seumuran tidak sama. Kecepatan pertumbuhan pada setiap anak memang tidak sama. Tinggi dan berat badan yang tidak normal dapat menjadi pertanda adanya gangguan pertumbuhan. Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah sel dan ukurannya yang mengakibatkan balita bertambah besar tubuhnya. Penting sekali untuk secara rutin memeriksa kesehatan balita untuk mengetahui pertumbuhan tinggi badan, berat badan sebagai upaya deteksi dini adanya gangguan atau kelainan tumbuh kembang seperti perubahan pola konsumsi makanan atau gangguan kesehatan. Pertumbuhan dan perkembangan balita yang optimal sangat dipengaruhi oleh asupan zat gizi makanan yang baik dan seimbang dikonsumsi yang berguna bagi tumbuh kembang otak KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa responden yang mempunyai anak batita hampir seluruhnya berstatus gizi normal (87,2%). Bagi petugas kesehatan yang ada di Puskesmas untuk lebih meningkatkan frekuensi promosi kesehatan seperti penyuluhan tentang status gizi batita agar pengetahuan, sikap dan tindakan ibu tentang gizi menjadi lebih baik. Bagi penelitian selanjutnya agar dapat meneliti dengan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi batita

seperti faktor langsung terdiri dari konsumsi makanan dan penyakit infeksi dan tidak langsung seperti perilaku pemberian makan. DAFTAR PUSTAKA Amos, J. (2001). Hubungan persepsi ibu balita tentang kurang gizi dan PMT pemulihan dengan status gizi balita di Kabupaten Padang Pariaman. Jurnal Tambo gizi Akedemi gizi Padang, hal 53-64. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. (2002). Gizi seimbang menuju hidup sehat bagi balita. Jakarta : Puskesmas Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RI. (2009). Buku gizi kapankah masalah ini berakhir. Diaksestanggal 28 September 2010 dari http://www.litbang.depkes.go.id. Dina. (2004). 40% lebih balita indonesia kurang gizi. Diakses pada tanggal 18 September 2010 dari http://ayok.wordpress.com/2007/02/16/40 -lebih-balita-indonesia-kurang-gizi/ Dinas Kesehatan Kota Padang. (2008). Laporan tahunan seksi gizi. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan Kota Padang. (2009). Laporan tahunan seksi gizi. Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang. Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. (2009). Profil kesehatan. Padang: Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat. Djaeni, A. (2000). Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakyat. Puskesmas Lubuk Kilangan. (2010). Laporan hasil pemantauan status gizi anak balita seksi promosi kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan. Supariasa, dkk. (2002). Penilaian status gizi. Jakarta: EGC. 14