I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 5,04 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 170 ribu ton per tahun (BPS, 2007). Pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan banyak tumbuh di Indonesia, diantaranya di Pulau Jawa, Madura, Sulawesi,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TELUR ASIN PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

BAB I PENDAHULUAN. berupa lempengan tipis yang terbuat dari adonan dengan bahan utamanya pati

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS KRIPIK KENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB I PENDAHULUAN. dan panjang garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Sumber

Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau Manis-Padang

I. PENDAHULUAN. Singkong (Manihot Esculenta) merupakan salah satu sumber bahan pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang berada diantara dua samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang memiliki potensi sumberdaya perikanan sebesar 5,04 juta ton dengan pertumbuhan rata-rata 170 ribu ton per tahun (BPS, 2007). Pada tahun 2011, produksi ikan laut mencapai 5,4 juta ton atau senilai 3,85 milyar USD (Bijogneo, 2010). Indonesia yang kaya dengan sumberdaya hayati laut ini mendorong suburnya pertumbuhan sektor industri perikanan. Ikan merupakan sumber protein hewani dimana protein ikan mempunyai nilai biologis tinggi dan meskipun tiap jenis ikan angka biologisnya berbeda. Tingkat penerimaan seseorang terhadap ikan sangat tinggi, karena ikan memberikan rasa yang khas yaitu gurih, warna dagingnya kebanyakan putih, jaringan pengikatnya halus sehingga enak dimakan (Hadiwiyoto, 1993). Salah satu ikan yang cukup terkenal dan populer dimasyarakat adalah ikan tuna. Tuna merupakan salah satu jenis ikan laut yang cukup potensial di- Sumatera. Tuna merupakan ikan laut yang memiliki daging tebal dengan rasa yang enak dan memiliki kandungan omega-3 lebih banyak dibanding ikan air tawar, yaitu mencapai 28 kali. Konsumsi ikan tuna 30 g sehari dapat mereduksi resiko penyakit jantung hingga 50 % (Kordi, 2010). Tingginya nilai ekonomis ikan tuna memacu sektor perindustrian pengolahan tuna untuk tujuan ekspor di Sumatera Barat. PT. Dempo Andalas Samudera adalah salah satu perusahaan di Sumatera Barat yang mengekspor ikan tuna ke Miami dan Jepang dalam bentuk fillet. Menurut data dari PPS (Pelabuhan Perikanan Samudra) Bungus, penangkapan ikan tuna di Sumatera Barat pada bulan

Februari 2011 mencapai 2.550 ekor dengan total berat ikan mencapai 86.039 kg. Dalam pengolahan fillet ikan dihasilkan limbah ataupun bagian yang tidak untuk diekspor atau dibuang begitu saja. Produksi fillet ikan tuna di PT. Dempo dalam sebulan menghasilkan 21 30 ton dengan produksi limbah yang dihasilkan sebanyak 420 1050 kg yang terdiri dari kepala, sirip, tulang, insang, jeroan dan kulit. Kepala, sirip, tulang, insang, jeroan dan kulit selama ini merupakan limbah bagi industri pengalengan atau pemfilletan tuna. Pemanfatan limbah telah dilakukan dalam beberapa hal, yaitu berupa daging lumat (minced fish) untuk bahan pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nuget dan lain-lain. Sebagai pakan ternak, ikan dapat diolah menjadi tepung, bubur dan larutan-larutan komponen ikan (Moeljanto, 1979 cit Rospiati, 2006). Tulang ikan tuna yang merupakan salah satu limbah hasil industri perikanan yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dilihat dari sudut pandang pangan dan gizi, tulang ikan sangat kaya akan kalsium yang dibutuhkan bagi manusia bahkan unsur utama dari tulang ikan adalah kalsium, fosfor dan fosfat. Limbah tulang ikan mengandung kalsium sebesar 12,9 39,24 persen (Arsini dan Retno, 2011 cit Puspitarini, 2011). Salah satu bentuk pemanfaatannya adalah dengan mengolahnya menjadi bubur tulang ikan yang selanjutnya dapat ditambahkan ke berbagai makanan olahan seperti dalam produk nuget ikan. Nuget ikan merupakan salah satu makanan yang dibuat dari daging ikan giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan. Pada dasarnya nuget ikan mirip dengan nuget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar, 1995). Potensi diversifikasi pangan dengan pemanfaatan tulang ikan menjadi nuget perlu dikembangkan dikarenakan nuget sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia pada semua

tingkatan umur dan golongan sosial masyarakat. Nuget yang dihasilkan diharapkan dapat menjadi sumber kalsium dan limbah tulang ikan juga dapat dimanfaatkan. Pangsa pasar produk berupa nuget saat ini sudah cukup tinggi sehingga lebih mudah untuk memperkenalkan produk yang sama dengan kandungan gizi yang tentunya lebih baik. Oleh karena latar belakang tersebutlah maka penelitian tentang Pengaruh Pencampuran Fillet dan Tulang Tuna (Thunnus sp.) Terhadap Karakteristik Nuget yang Dihasilkan ini penulis lakukan. 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1. Tujuan Umum : Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memanfaatkan potensi limbah tulang ikan sebagai salah satu sumber kalsium yang ditambahkan ke dalam adonan nuget ikan yang dapat diterima konsumen sekaligus memiliki nilai gizi yang lebih baik. 1.2.2. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui tingkat perbandingan penambahan tulang tuna yang terbaik yang paling disukai terhadap produk yang dihasilkan. 2. Mengetahui sifat organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur serta penampakan dari produk yang dihasilkan. 3. Mengetahui komposisi kimia yang meliputi protein, kalsium dan lemak dari produk yang dihasilkan. 4. Mengetahui sifat fisik terbaik yang meliputi kekerasan dan daya serap minyak dari produk yang dihasilkan. 5. Mengetahui tingkat cemaran mikroba dari produk yang dihasilkan. 1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dalam rangka diversifikasi produk olahan dari pemanfaatan limbah industri perikanan dalam bentuk tulang ikan, serta sebagai sumber informasi kepada masyarakat tentang cara pembuatan produk pangan olahan dengan cara pemanfaatan limbah industri perikanan dalam bentuk tulang ikan menjadi nuget. 1.4 Hipotesa Penelitian Hipotesa penelitian adalah tingkat perbandingan fillet dan tulang tuna pada pembuatan nuget akan berpengaruh terhadap karakteristik nuget yang dihasilkan. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuna (Thunnus sp.) Tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti cerutu, mempunyai dua sirip punggung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Pada umumnya tuna mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil,

berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983). Daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar seperti Tuna Sirip Biru (Bluefin Tuna) dapat menaikkan suhu tubuhnya diatas suhu air dengan aktifitas ototnya. Hal inilah yang menyebabkan tuna dapat bertahan di air yang bersuhu lebih rendah daripada suhu tubuhnya. Panjang ikan tuna bisa mencapai empat meter lebih dengan berat sekitar 800 kg. Akan tetapi yang berada di Samudera Pasifik rata-rata hanya sekitar 36 kg saja. Komposisi kimia daging ikan dapat berbeda-beda tergantung dari spesies ikan, tingkat umur, habitat, dan makanan ikan tersebut (Rita, 2005). Bagian daging ikan yang dapat dimakan (Edible Portion) sebanyak 45-50%. Ikan tuna adalah jenis ikan dengan kandungan protein yang tinggi dan lemak yang rendah. Tuna mengandung protein antara 22,6 26,2 g/100 g daging. Lemak antara 0,1 2,7 g/100 g daging. Di samping itu ikan tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A (retinol), dan vitamin B (thiamin, riboflavin dan niasin). Ada beberapa jenis tuna dengan kandungan zat gizi yang sedikit berbeda. Komposisi nilai gizi beberapa jenis ikan tuna dapat dilihat dalam Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Nilai Gizi beberapa Jenis Ikan Tuna (Thunnus sp.) per 100 g daging. Jenis Ikan Tuna Komposisi Bluefin Skipjack Yellowfin

Energi (Kal) Protein (g) Lemak (g) Abu (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Sodium (mg) Retinol (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg) Niasin (mg) 121,0 22,6 2,7 1,2 8,0 190,0 2,7 90,0 10,0 0,1 0,06 10,0 131,0 26,2 2,1 1,3 8,0 220,0 4,0 52,0 10,0 0,03 0,15 18,0 Sumber : Departement of Health Education and Walfare, 1972 cit Maghfiroh, 2000. 105,0 24,1 0,1 1,2 9,0 220,0 1,1 78,0 5,0 0,1 0,1 12,0 Tuna dan cakalang merupakan komoditi ekspor utama hasil perikanan laut di Indonesia. Dari hasil penangkapan ikan tuna, selain langsung dijual segar ada juga yang diawetkan dalam kaleng atau dikeringkan sebagai ikan asin, dan ada juga dilakukan pengolahan lainnya seperti fillet tuna (PT. Dempo Andalas Samudera, 2007). 2.2. Limbah Hasil Perikanan Limbah pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber aktifitas manusia, maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup besar disamping dapat mencemari lingkungan. Penanganan limbah yang kurang baik merupakan masalah dalam suatu industri termasuk industri perikanan yang menghasilkan limbah pada proses penangkapan, penanganan, pengangkutan, distribusi, dan pemasaran ikan. Limbah perikanan dapat berupa ikan yang

terbuang, tercecer, dan sisa olahan yang menghasilkan cairan dari pemotongan, pencucian, dan pengolahan produk (Jenie dan Rahayu, 1993). Menurut Winarno (2004), limbah perikanan diartikan sebagai bahan-bahan yang merupakan buangan suatu proses pengolahan untuk memperoleh hasil utama dan hasil samping, sedangkan hasil samping perikanan yaitu hasil utama perikanan baik melalui proses tertentu maupun tidak. Jenis limbah hasil samping dapat dikelompokkan secara umum menjadi 4 kelompok (Winarno, 2004) : 1. Hasil samping pada penangkapan suatu spesies atau sumber daya misalnya ikan rucah pada penangkapan udang dan ikan cucut pada penangkapan tuna. 2. Sisa pengolahan seperti bagian kepala, tulang, sisik, sirip, isi perut, dan daging merah. 3. Surplus dari tangkapan. 4. Sisa distribusi. Pengolahan sumberdaya perikanan terutama ikan belum optimal sampai pada pemanfaatan limbah hasil perikanan seperti kepala, tulang, sisik, dan kulit sehingga seiring dengan berkembangnya industri perikanan, limbah yang dihasilkan dari produksi juga meningkat. Limbah ikan ini masih mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Oleh karena itu pengembangan teknologi pemanfaatan limbah industri hasil perikanan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan produk olahan dengan gizi yang baik. Pada industri pengolahan ikan maupun pemanfaatan ikan dalam skala rumah tangga, ikan hanya dimanfaatkan 65% bagian dari ikan. Sementara yang dibuang dan menjadi limbah adalah kepala, ekor, sirip, tulang dan jeroan dengan menghasilkan ikan yang telah disiangi rata-rata sebesar 35 % (Irawan, 1995).

Umumnya industri fillet tuna menghasilkan limbah industri yang cukup besar. Dari limbah tersebut ada yang dapat dijadikan bahan untuk pakan hewan dan juga digunakan untuk produksi tepung ikan (fish meal) (Subangsihe, 1996 cit Lestari, 2001). Perkembangan industri pengolahan ikan menjadi tepung ikan akan memberi beberapa keuntungan, yaitu untuk memanfaatkan kelebihan produksi pada saat produksi melimpah dan memanfaatkan bagian ikan yang tidak dikonsumsi seperti kepala, sirip, tulang, dan bagian lainnya yang biasanya merupakan sisa (limbah) industri pengolahan ikan. 2.3. Nuget Nuget merupakan salah satu produk olahan daging beku. Produk ini mempunyai daya simpan yang cukup lama, dengan penyimpanan dalam freezer bisa mencapai 2 minggu. Daging yang digunakan sebelumnya harus digiling, sehingga memudahkan untuk dibentuk pada tahapan berikutnya. Bahan utama yang digunakan adalah daging yang akan memberikan tekstur produk yang diinginkan, karena mempunyai kandungan protein miofibril. Bahan pendukung lain, yaitu garam, air, bahan pengisi (filler), emulsifier, dan bumbubumbu. Garam berfungsi meningkatkan kelarutan, karena protein miofibril yang ada pada daging hanya larut pada larutan garam. Air berguna untuk memberikan sifat berair dan juga meningkatkan rendemen. Bahan pengisi dan emulsifier yang digunakan pada produk ini adalah tepung tapioka dan kuning telur yang berfungsi untuk mengikat air maupun lemak. Bumbu-bumbu berupa merica dan bawang putih selain memberikan bau dan rasa yang khas, juga mampu memperpanjang umur simpan.

Rasa nuget jauh lebih gurih dibandingkan daging ayam atau ikan goreng biasa. Hal ini disebabkan oleh pengaruh bumbu yang dicampurkan ke dalam adonan sebelum digoreng. Rasa nuget sangat bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan jenis bumbu yang digunakan. 2.3.1. Nuget Ikan Nuget ikan adalah bentuk produk olahan daging ikan yang digiling halus dan diberi bumbu-bumbu serta dicampur dengan bahan pengikat kemudian dicetak menjadi bentuk tertentu, selanjutnya dicelupkan ke dalam batter dan dilapisi dengan tepung roti kemudian digoreng atau disimpan terlebih dahulu dalam ruang pembeku (freezer) sebelum digoreng (Widrial, 2005). Nuget yang dibekukan bertujuan untuk mempertahankan mutunya selama penyimpanan. Menurut Rospiati (2006), pada dasarnya nuget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi, yaitu emulsi minyak didalam air. Produk olahan hasil perikanan begitu marak di pasaran untuk memenuhi kebutuhan protein bagi masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kehidupan modern yang serba sibuk dan banyak menyita waktu. Contoh produk olahan hasil perikanan yang siap saji adalah otak-otak ikan, bakso ikan, fish nuget, fish finger, fish burger dan sebagainya. Nuget ikan merupakan salah satu produk olahan yang dibuat dari daging giling dengan penambahan bumbu-bumbu dan dicetak, kemudian dilumuri dengan pelapis (coating dan breading) yang dilanjutkan dengan penggorengan. Pada dasarnya nuget ikan mirip dengan nuget ayam, perbedaannya terletak pada bahan baku yang digunakan (Aswar,1995). Nuget ikan diharapkan memiliki cita rasa yang enak, aman, memenuhi kebutuhan zat gizi (Labuza, 1982 cit Rospiati, 2006), sehingga penting mengetahui perubahan mutu yang terjadi selama penyimpanan.

Sedangkan nuget campuran tulang ikan dan daging ini memiliki tahapan yang sama dengan nuget pada umumnya. Bahan dasar yang digunakan bukan berupa daging atau ayam seperti nuget pada umumnya melainkan daging dan tulang ikan tuna. Daging tuna giling berasal dari fillet tuna segar yang telah dibuang kepala, sisik, atau kulit, sirip, isi perut, dan insang serta telah dipisahkan dari tulangnya kemudian dicampur dengan tulang ikan bagian rusuk yang telah digiling beserta bumbu dan bahan pendukung lainnya. 2.3.2. Bahan Pembuatan Nuget Ikan 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nuget adalah fillet dan tulang rusuk tuna yang diperoleh dari proses pemfilletan tuna. 2. Bahan Pengikat Bahan pengikat adalah bahan yang digunakan dalam industri makanan sebagai pengikat air dalam adonan. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahan pengikat dalam adonan adalah tepung (Rita, 2005). 3. Bumbu Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam bahan makanan dengan tujuan untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, serta untuk memantapkan bentuk dan rupa (Rita 2005). 4. Pengemulsi Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi dari suatu cairan di dalam cairan lain, dimana molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling berbaur tetapi saling antagonistic (Winarno, 2004). Beberapa bahan yang dapat berfungsi sebagai pengemulsi adalah kuning

telur, telur utuh, pektin, gelatin, pasta kanji, kasein albumin, dan beberapa macam tepung yang sangat halus seperti tepung maizena. 5. Batter Menurut Fellow cit Rita (2005) batter adalah campuran yang terdiri dari air, tepung pati, dan bumbu-bumbu yang digunakan untuk mencelupkan produk sebelum dimasak atau disebut juga dengan istilah adonan encer. Ada juga yang menggunakan telur kocok sebagai batter (Anonim, 2003). 6. Breading Breading adalah proses pelapisan produk makanan dengan tepung untuk melindungi produk dari dehidrasi selama pemasakan dan penyimpanan (Rita, 2005). Tepung yang digunakan untuk breading biasanya adalah tepung roti. 2.4. Bahan Pengikat Tepung tapioka (dipasaran sering dikenal dengan nama tepung kanji atau tepung sagu singkong) adalah tepung yang terbuat dari ubi kayu/singkong. Pembuatan dilakukan dengan cara diparut, diperas, dicuci, diendapkan, diambil sari patinya, lalu dikeringkan. Sifat tepung kanji, apabila dicampur dengan air panas akan menjadi liat atau seperti lem. Tepung tapioka akan memiliki perlakuan berbeda untuk setiap jenis kue karena sifat yang dimiliki tepung tersebut. Tapioka kaya karbohidrat dan energi serta tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Secara awam, tapioka sering disebut sebagai tepung. Walaupun sama-sama berasal dari singkong, sesungguhnya tapioka sangat berbeda dengan tepung singkong. Tapioka bersifat larut dalam air, sedangkan tepung singkong tidak larut. Bahan pangan ini merupakan pati yang diekstrak dengan air dari umbi singkong (ketela pohon). Setelah disaring, bagian cairan dipisahkan dengan ampasnya. Cairan hasil saringan

kemudian diendapkan. Bagian yang mengendap tersebut selanjutnya dikeringkan dan digiling hingga diperoleh butiran-butiran pati halus berwarna putih yang disebut tapioka. Tepung singkong diperoleh dengan cara menggiling umbi singkong yang telah dikeringkan (gaplek) dan kemudian diayak hingga diperoleh butiran-butiran kasar dalam ukuran tertentu. 2.4.1. Penggunaan Tapioka Ditilik dari sejarahnya, penggunaan tapioka pertama kali diduga berasal dari Amerika Selatan. Kata tapioka berasal dari bahasa Brasil, tipi oka, yang berarti makanan dari singkong. Di Inggris, tapioka diidentikkan dengan rice pudding karena paling umum digunakan sebagai bahan baku untuk membuat puding. Tapioka baru populer dikalangan ibu rumah tangga Indonesia pada tahun 1980-an, ketika pemerintah mulai menggalakkan program penganekaragaman pangan. Di beberapa belahan dunia, tapioka dikenal dengan sebutan mandioca, aipim, macaxeira, manioca, boba, dan yuca. Selain digunakan sebagai bahan memasak di rumah tangga, tapioka sering diolah menjadi sirop glukosa dan dekstrin yang sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang gula, pengalengan buah, pengolahan es krim, minuman, dan industri peragian. Tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan bahan pengikat dalam industri pangan, seperti dalam pembuatan puding, sup, makanan bayi, es krim, pengolahan sosis daging, industri farmasi, dan lain sebagainya. Salah satu keunggulan tapioka bila dibandingkan dengan terigu adalah tidak mengandung gluten. Pada sebagian kecil masyarakat, gluten dapat menyebabkan alergi. Mereka yang alergi protein gluten sebaiknya menghindari konsumsi terigu dan berbagai produk olahannya. Alergi gluten (dikenal sebagai penyakit celiac) disebabkan tubuh tidak dapat menoleransi protein

gluten, yang banyak terdapat di dalam gandum. Sebagian besar penyakit ini disebabkan pengaruh genetik. 2.4.2. Kandungan Gizi Tapioka Nilai energi dan karbohidrat tapioka tidak kalah dari nasi atau olahan tepung terigu. Konsumsi 100 g makanan olahan tapioka setara dengan 100 g nasi atau roti. Karena itu, kurang tepat mengkonsumsi makanan olahan tapioka sebagai camilan. Minuman bubble drink yang seringkali dikonsumsi anak-anak sebagai camilan, ternyata memiliki nilai energi yang cukup tinggi karena terbuat dari tapioka. Hal tersebut boleh saja dilakukan, mengingat anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan memerlukan energi yang cukup tinggi. Namun, bila bubble drink dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan anak menjadi kehilangan selera terhadap makanan lain yang lebih bergizi. Padahal, anak juga membutuhkan zat gizi lain berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. Dilihat dari nilai gizinya, tapioka merupakan sumber karbohidrat dan energi yang sangat baik. Di sisi lain, tapioka mengandung sangat sedikit protein dan lemak. Kandungan gizi tapioka per 100 g dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi zat gizi per 100 g Tapioka Zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g) Serat (g) Kalsium (mg) Besi (mg) Magnesium (mg) Kadar 358,00 0,19 0,02 88,69 0,90 20,00 1,58 1,00

Fosfor (mg) Kalium (mg) Natrium (mg) Seng (mg) Tembaga (mg) Mangan (mg) Selenium (mg) Asam folat (mg) Sumber: http://www.nutritionanalyser.com 7,00 11,00 1,00 0,12 0,02 0,11 0,80 4,00