ANALISIS VARIASI KONFIGURASI RANGKA PADA JEMBATAN BAJA (STUDI KASUS JEMBATAN "5" BRIDGE)

dokumen-dokumen yang mirip
Andika Patria, Indra Cahya, Sugeng P. Budio. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

SLOOF PRACETAK DARI BAMBU KOMPOSIT

Bagan Alir Mata Kuliah Kurikulum 2011/2012

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

EKSPERIMEN DAN ANALISIS BEBAN LENTUR PADA BALOK BETON BERTULANGAN BAMBU RAJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)

PENGARUH CAMPURAN KADAR BOTTOM ASH DAN LAMA PERENDAMAN AIR LAUT TERHADAP LENDUTAN PADA BALOK

MUHAMMAD SYAHID THONTHOWI NIM.

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini

OPTIMALISASI DESAIN JEMBATAN LENGKUNG (ARCH BRIDGE) TERHADAP BERAT DAN LENDUTAN

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

Pengertian struktur. Macam-macam struktur. 1. Struktur Rangka. Pengertian :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan prasarana fisik di Indonesia saat ini banyak pekerjaan

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

Studi Geser pada Balok Beton Bertulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

BAB I PENDAHULUAN. struktur baja yang digunakan sebagai salah satu alternatif dalam pembangunan

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERILAKU LENTUR PELAT KERAMIK BETON (KERATON) (064M)

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai inovasi yang ditemukan oleh para ahli membawa proses pembangunan

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

penelitian dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan jaman, kemajuan disegala bidang dapat terlihat dan

DEFLEKSI BALOK MELINTANG DAN TEGANGAN BATANG DIAGONAL TEPI JEMBATAN BOOMERANG BRIDGE AKIBAT VARIASI POSISI PEMBEBANAN

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

Kata kunci: Balok, bentang panjang, beton bertulang, baja berlubang, komposit, kombinasi, alternatif, efektif

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ini dapat dilihat dengan mulai stabilnya nilai mata uang rupiah dipasar dengan kegiatan pembangunan di Indonesia, khususnya gedung bertingkat

STUDI EKSPERIMENTAL MOMEN BATAS PADA PELAT BERUSUK AKIBAT PEMBEBANAN MERATA

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PONDASI PRACETAK BAMBU KOMPOSIT

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

BAB 4 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PERILAKU BALOK BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN PELAT BAJA DALAM MEMIKUL LENTUR (Penelitian) NOMI NOVITA SITEPU

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

PERILAKU BALOK BERTULANG YANG DIBERI PERKUATAN GESER MENGGUNAKAN LEMBARAN WOVEN CARBON FIBER

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

KEGAGALAN STRUKTUR DAN PENANGANANNYA

Transkripsi:

ANALISIS VARIASI KONFIGURASI RANGKA PADA JEMBATAN BAJA (STUDI KASUS JEMBATAN "5" BRIDGE) Candra Zainur Rochim, Achfas Zacoeb, Retno Anggraini Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail: Cazaro.zr@gmail.com Jembatan adalah alat yang digunakan untuk menghubungkan satu tempat dengan tempat lain yang dipisahkan oleh sungai, laut dan lembah yang merupakan bagian dari jalan dan sangat diperlukan dalam sistem jaringan transportasi darat yang akan menunjang pembangunan nasional di masa akan datang. Oleh sebab itu perencanaan, pembangunan dan rehabilitasi serta fabrikasi perlu diperhatikan seefektif dan seefisien mungkin sehingga pembangunan jembatan dapat mencapai sasaran umur jembatan yang direncanakan. Kajian studi kasus jembatan Star 5 Bridge ini bertujuan untuk menentukan konfigurasi jembatan rangka yang terbaik berdasarkan kontrol lendutan yang ditimbulkan dan volume material yang digunakan, serta diharapkan bisa digunakan sebagai acuan untuk membuat desain jembatan rangka yang ekonomis, khususnya yang menggunakan material baja. Pada penelitian ini analisis variasi konfigurasi rangka dilakukan dengan menggunakan program analisis struktur. dari konfigurasi rangka Jembatan Star 5 Bridge kemudian dicari berbagai macam variasi konfigurasi rangka yang mungkin bisa dilakukan dan didapatkan 8 varian. Setelah didapatkan variasi konfigurasi rangka kemudian dilakukan analisis lendutan, volume material dan rencana anggaran biaya dengan pembebanan di seperempat bentang dan di setengah bentang. Variasi konfigurasi rangka yang mempunyai lendutan terkecil adalah konfigurasi rangka 3 (howe truss). Untuk Pembebanan di seperempat bentang nilai lendutan di titik A sebesar 0,176 mm, di titik B 0,158 mm dan di titik C sebesar 0,097 sedangkan untuk Pembebanan di setengah bentang nilai lendutan di titik A sebesar 0,143 mm, di titik B sebesar 0,248 mm dan dititik C sebesar 0,143 mm. Variasi konfigurasi rangka yang paling ekonomis berdasarkan material bahan yang digunakan (baja profil siku 30x30x3 dan 25x25x3) adalah Konfigurasi rangka 5 dengan berat profil siku 30x30x3 sebesar 71,248 kg dan profil siku 25x25x3 sebesar 57,611 kg, sehingga membutuhkan biaya yang paling sedikit juga yaitu sebesar Rp. 1.237.794,59. Variasi Konfigurasi rangka yang masih memenuhi syarat lendutan dengan volume material (baja profil) yang sedikit adalah konfigurasi rangka 5 yaitu dengan berat total material baja profil sebesar 128,859 kg dan lendutan yang masih memenuhi lendutan ijin < 7,5 mm dengan rincian yaitu beban di seperempat bentang lendutan di titik A sebesar 1,156 mm, di titik B sebesar 1,321 mm dan di titik C sebesar 0,940 mm sedangkan untuk beban di setengah bentang lendutan di titik A sebesar 1,177 mm, di titik B sebesar 1,6 mm dan di titik C sebesar 1,177 mm.

Kata kunci : Variasi konfigurasi rangka, Jembatan baja, Jembatan Star 5 Bridge. RESPON KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU MODEL PORTAL DENGAN VARIASI DIMENSI TERHADAP BEBAN VERTIKAL Veblin Ruhulessin, Prof. Dr. Ir. Sri Murni Dewi, MS, Ir. Ristinah S, MT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Karang Panjang 46 Ambon 97121, Ambon Indonesia E-mail: Veblin.C07@Gmail.Com Beton bertulang merupakan campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan baja sebagai tulangan. Beton sangat lemah terhadap tarik sehingga penggunaannya dipadukan dengan baja yang memiliki kuat tarik tinggi. Kenyataannya baja merupakan bahan tambang yang apabila dimanfaatkan secara terus menerus suatu saat akan habis. Penggunaan bahan tulangan bambu pada rangka beton dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Salah satu gagasan dalam penelitian ini adalah membuat beton rangka kuda-kuda dengan menggunakan tulangan bambu. Dari beberapa penjelasan di atas, maka pada penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh variasi dimensi dari kuda-kuda model portal terhadap respons beban dan lendutan pada rangka kuda-kuda beton komposit tulangan bambu. Penelitian ini dilakukan dengan membuat 3 tipe kuda-kuda model portal beton bertulang bambu yaitu kuda-kuda tipe A, tipe B dan tipe C. Dengan bentang pada masing-masing kuda-kuda 240 cm, tinggi 100 cm dengan variasi dimensi pada batang diagonal dan vertikal. Penulangan mengunakan bambu dengan diameter 1 cm, mengunakan sengkang diameter 5 mm dan besi sambungan diameter 8 mm. Pengujian dilakukan dengan memberikan beban terpusat pada benda uji yaitu kuda-kuda

beton komposit tulangan bambu tipe A, tipe B dan tipe C secara bertahap sampai kuda-kuda mengalami lendutan dan mencapai beban maksimum sehingga menampakan retak. Pengamatan lendutan menggunakan alat Dial Gauge setiap penambahan beban sebesar 1 setrip yang diletakkan pada tiga titik buhul kuda-kuda beton. Berdasarkan Hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat perbedaan nilai beban maksimum dan lendutan pada kuda-kuda beton komposit tulangan bambu tipe A, tipe B dan tipe C. Kuda-kuda beton komposit tipe A mampu menahan beban maksimum sebesar 3365 kg, tipe B mampu menahan beban maksimum sebesar 2700 kg dan tipe C mampu menahan beban maksimum sebesar 2434 kg. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan dimensi pada batang diagonal dan vertikal yang berpengaruh terhadap pemikulan beban maksimum pada kuda-kuda. Beban batas minimum sebesar 2301 kg memiliki nilai lendutan rata-rata yang terjadi pada kuda-kuda tipe A sebesar 5,150 mm, tipe B sebesar 5,440 mm dan tipe C sebesar 5,093 mm. Kata kunci : Variasi dimensi, tulangan bambu, kuda-kuda beton, beban, lendutan PENGUJIAN KEKUATAN KUDA-KUDA BERSUSUN BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU TERHADAP BEBAN VERTIKAL Septian Indra R 1, Prof. Dr. Ir. Sri Murni Dewi, MS 2, Ir. Siti Nurlina, MT 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail: ncepz_smada06@yahoo.com Beton bertulang merupakan campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan baja sebagai tulangan. Beton sangat lemah terhadap tarik sehingga penggunaannya dipadukan dengan baja yang memiliki kuat tarik tinggi. Kenyataannya baja merupakan bahan tambang yang apabila dimanfaatkan secara terus menerus suatu saat akan habis. Penggunaan bahan tulangan bambu pada rangka beton dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Salah satu gagasan dalam penelitian ini adalah membuat beton rangka kuda-kuda dengan menggunakan tulangan bambu. Dari

beberapa penjelasan di atas, maka pada penelitian ini akan dibahas tentang Pengujian Kekuatan Kuda-kuda Bersusun Beton Komposit Tulangan Bambu Terhadap Beban Vertikal. Pada pengujian rangka kuda-kuda ini dipakai uji pembebanan pada frame uji yang telah dipasang dongkrak yang dihubungkan dengan pompa. Kuda-kuda beton komposit yang akan diuji dibedakan menjadi 1 model dengan jarak sengkang 10 cm. Total benda uji sebanyak 3 buah, dengan macam pengujian dibedakan 3 model kuda-kuda dimana kuda-kuda tersebut merupakan kuda-kuda yang kemudian dihubungkan menggunakan besi sambungan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk kuda-kuda bersusun beton komposit. Semua kuda-kuda memiliki bentang 240 cm dan tinggi 100 cm dengan sudut 33 o untuk bagian bawah dan 23 o untuk bagian atas. Rangka kuda-kuda ini dibebani oleh beban terpusat pada 3 titik simpul pada rangka. Proving ring kapasitas 10 ton dengan interval beban 54 kg digunakan mulai dari awal pengujian dengan kenaikan tiap satu strip (div) sampai kondisi runtuh pada kuda-kuda tersebut dimana pembebanan tidak dapat dilanjutkan lagi. Kuda-kuda bersusun beton komposit pada ke-3 benda uji memiliki beban batas maksimum yang berbeda, untuk benda uji 1 bebab maksimumnya 2120 kg,benda uji 2 beban maksimumnya 2120 kg, dan benda uji 3 beban maksimumnya 2014 kg. Pada perhitungan analitis,beban batas maksimumnya mencapai 2707,756 kg. Nilai rerata lendutan ke-3 benda uji yang didapat dari 3 titik,yaitu pada titik I sebesar 4,0233 mm,pada titik R sebesar 7,610 mm,dan pada titik J sebesar 4,2807 mm. Sedangkan pada hasil perhitungan analitis pada titik I dan J sama besar yaitu 1,909 mm dan pada titik R sebesar 2,232 mm. Terdapat perbedaan signifikan nilai lendutan yang terjadi antara hasil eksperimen dengan hasil perhitungan dikarenakan adanya keretakan yang terjadi pada hasil eksperimen yang mempengaruhi besar lendutan yang terjadi sedangkan pada perhitungan analitis tidak memperhitungkan adanya keretakan pada perhitungannya. Kata kunci : tulangan bambu, kuda-kuda beton, beban, lendutan Disain Alternatif Struktur Bangunan Tahan Gempa Menggunakan Sistem Rangka Gedung Dengan Dinding Geser Pada Gedung Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Andika Patria, Indra Cahya, Sugeng P. Budio

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail: patriaandika@yahoo.co.id Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk membuat kebutuhan akan tempat tinggal dan fasilitas umum tidak dapat dihindari. Keterbatasan lahan untuk tempat tinggal dan fasilitas umum menjadikan suatu perubahan akan konsep pemanfaatan lahan untuk bangunan. Konsep tersebut berubah dari pemanfaatan lahan secara horizontal beralih ke vertikal. Bangunan tingkat tinggi ( High Rise Building ) merupakan solusi yang tepat sebagai pemecahan permasalahan akan keterbatasan lahan. Akan tetapi masalah utama yang harus diperhitungkan dalam pembangunan gedung tingkat tinggi adalah respon bangunan sebagai suatu kesatuan sistem (building system) terhadap beban gempa. Salah satu sistem perencanaan bangunan yang dapat digunakan dalam perencanaan gedung tahan gempa adalah Sistem Rangka Gedung. Struktur rangka ruang gedung berfungsi untuk memikul seluruh beban akibat gravitasi, sedangkan gaya lateral akibat gempa ditahan sepenuhnya oleh komponen dinding geser. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk membandingkan hasil disain dengan kondisi yang sudah ada. Dari hasil akhir nantinya dapat diketahui volume beton dan volume baja tulangan yang digunakan. Struktur gedung yang sudah ada di disain ulang dengan Sistem Rangka Gedung dengan Dinding Geser. Beban gravitasi akibat beban yang terjadi pada struktur bangunan dipikul seluruhnya pada struktur rangka ruang gedung, sedangkan beban lateral akibat gaya gempa seluruhnya dipikul oleh komponen dinding geser. Pembebanan akibat gaya gempa dianalisis secara statik ekuivalen karena struktur gedung dianggap struktur gedung beraturan. Setelah pembebanan dilakukan, kemudian dilakukan perhitungan statika struktur untuk memperoleh gaya-gaya dalam yang terjadi, yang selanjutnya gaya-gaya dalam tersebut digunakan untuk menghitung perencanaan tulangan lentur dan geser pada balok, kolom dan dinding geser. Hasil perencanaan disain ulang struktur menunjukan hasil yang berbeda dengan kondisi yang sudah ada. Pada kondisi eksisting balok ukuran 30/60 cm menggunakan tulangan lentur dengan diameter D22, sedangkan pada kondisi alternatif menggunakan tulangan lentur dengan ukuran D16, kondisi alternatif dapat menghemat tulangan hingga 10,95%. Untuk tulangan pada kolom, kondisi eksisting menggunakan tulangan lentur dengan diameter D22 sedangkan pada kondisi disain alternatif menggunakan tulangan lentur dengan diameter D19, kebutuhan tulangan pada kondisi disain alternatif juga dapat dihemat hingga 53,907%. Akan tetapi, hal yang sama tidak terjadi pada penggunaan volume beton, penggunaan volume beton pada kondisi disain alternatif lebih besar 32% dibandingkan dengan kondisi dilapangan. Kata kunci : Struktur tahan gempa, Sistem Rangka Gedung, Dinding Geser, Statik ekuivalen

Desain Alternatif Struktur Bangunan Tahan Gempa Menggunakan Sistem Ganda Pada Gedung Program Studi Teknik Industri FT-UB Malang Arif Wahyu Prabowo, Ir.Indra Cahya, Ir.M.Taufik Hidayat,MT. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail: arif.wahyu.prabowo@gmail.com Bentuk kota pada suatu negara sangat dipengaruhi oleh laju pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi di negara manapun di dunia ini. Perubahan wajah kota terutama disebabkan oleh tumbuhnya banyak bangunan tinggi seperti hotel, apartemen, perkantoran dan masih banyak lagi. Pada perencanaan struktur bangunan tinggi, masalah yang timbul adalah kemampuan dari suatu struktur sebagai satu kesatuan sistem (building system) untuk menahan beban gempa. Menurut SNI 03-1726-2002 terdapat tujuh alternatif sistem atau subsistem struktur gedung yang dapat digunakan untuk perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa di antaranya adalah Sistem Ganda. Gedung Program Studi Teknik Industri merupakan salah satu bangunan tinggi sehingga dalam desain alternatif gedung Program Studi Teknik Industri harus direncanakan tahan terhadap beban gempa dengan menggunakan Sistem Ganda. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mendapatkan besarnya momen, gaya lintang, dan gaya normal yang akan digunakan untuk perhitungan luas tulangan yang dibutuhkan serta dimensi elemen struktur Konsep perencanaan di bagi menjadi dua yaitu metoda kekuatan dan kinerja batas layan. Metoda kekuatan yang terlebih dahulu dinamakan ultimate strength method, beban kerja dinaikkan secukupnya dengan beberapa faktor reduksi untuk mendapatkan beban yang mana keruntuhan dinyatakan telah diambang pintu atau biasa dinamakan beban terfaktor (factored load). Sedangkan Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan peretakan beton yang berlebihan, disamping untuk mencegah kerusakan non-struktur dan ketidaknyamanan

penghuni. Pada disain alternatif ini dilakukan beberapa perubahan yaitu perubahan dimensi struktur dan juga membuang beberapa kolom pada line 3. Perencanaan tulangan lentur dan tulangan geser untuk elemen kolom dan balok dibatasi pada portal F, portal G yang dianggap telah mewakili portal-portal yang lain. Dari hasil analisa yang dilakukan didapatkan volume beton 203,44m 3, nilai ρ tulangan 0,0667 untuk kondisi desain alternatif, sedangkan dalam kondisi eksisting volume beton 167,64 m 3, nilai ρ tulangan 0,0559. Sehingga nilai ρ tulangan dan volume beton disain eksisting lebih effisien dari disain alternatif. Hal ini dikarenakan karena pada disain alternatif terdapat struktur dinding geser dan selain itu juga dikarenakan perbedaan asumsi baik dalam penentuan dimensi balok kolom maupun perbedaan asumsi beban. Kata kunci: disain alternatif, gedung program studi teknik industri, Sistem Ganda konsep perencanaan. PENGARUH VARIASI DIMENSI DAN TULANGAN TERHADAP BEBAN DAN LENDUTAN PADA KUDA KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU Moch Agung Kurniawan Dosen Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Sri Murni Dewi, MS, Dr.Eng. Achfas Zacoeb, ST,MT Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya E-mail: Jax22gunk@yahoo.com Salah satu penggunaan beton bertulang adalah pada struktur rangka kuda-kuda. Beton bertulang menggunakan tulangan baja karena memiliki kuat tarik tinggi. Akan tetapi baja semakin langka dan mahal harganya. Untuk itu digunakan alternatif bambu sebagai pengganti baja karena mempunyai kekuatan tarik yang hampir sama dengan baja. Salah satu gagasan dari penelitian ini adalah membuat kuda-kuda beton menggunakan tulangan bambu, maka dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengaruh variasi dimensi dan tulangan bambu terhadap beban dan lendutan pada kuda

kuda beton komposit tulangan bambu. Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat 3 tipe kudakuda beton bertulang bambu yaitu kuda-kuda A, B dan C. Masing-masing dengan bentang 240 cm, tinggi 100 cm dengan variasi dimensi pada batang diagonal dan tegak. Diameter tulangan bambu 1 cm, sengkang diameter 5 mm dan besi sambungan diameter 8 mm. pengujian dilakukan dengan memberi beban terpusat secara bertahap sampai kuda-kuda mengalami lendutan dan mencapai beban maksimum sehingga menimbulkan retak. Pengamatan lendutan dilakukan dengan alat dial gauge yang diletakan pada tiga titik buhul.hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan nilai lendutan dan beban maksimum antara kuda-kuda. Beban maksimum tipe A sebesar 5401,54 kg, tipe B sebesar 4483,54 kg dan tipe C sebesar 3511,54. Perbedaan ini dikarenakan adanya perubahan dimensi dan tulangan pada batang diagonal yang berpengaruh pada beban maksimum kuda-kuda. Untuk beban batas minimum 3511,54 kg lendutan rata-rata yang terjadi pada kuda-kuda tipe A sebesar 3,873 mm, tipe B sebesar 3,911 mm dan tipe C sebesar 5,101 mm. Adapun perbedaan nilai lendutan antara analisis dan pengujian dikarenakan pada pengujian terdapat retak sehingga lendutan lebih besar daripada analisis yang dianggap struktur adalah elastis sempurna Kata kunci : Dimensi, tulangan bambu, kuda-kuda beton, beban, lendutan PEMANFAATAN MATERIAL LOKAL PHYROPILIT UNTUK MENINGKATKAN KUAT TEKAN BATU BATA PRODUKSI WAGIR KABUPATEN MALANG Ogy Andhiko P Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Dosen pembimbing : Retno Anggraini, ST, MT. dan Ir. Prastumi, MT. Batu bata adalah bahan bangunan yang telah lama dikenal dan dipakai oleh masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan yang berfungsi untuk bahan bangunan konstruksi. Pemanfaatan batu bata dalam konstruksi baik non-struktural ataupun struktural perlu adanya peningkatan produk yang dihasilkan, baik dengan cara meningkatkan kualitas bahan material batu bata sendiri (material dasar lempung yang digunakan) maupun penambahan dengan bahan lain. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mencampur material dasar batu bata dengan menggunakan phyropilit yang merupakan mineral alam yang belum maksimal pemanfaatannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan mineral phyropilit sebagai bahan pengganti sebagian tanah liat pada pembuatan batu bata. Variasi mineral phyropilit yang digunakan adalah 0%, 10%,

20% dan 30% dari berat batu bata. Sedangkan jumlah benda uji yang digunakan adalah sebanyak 10 buah untuk setiap variasi penggunaan phyropilit sebagai bahan pengganti sebagian tanah liat. Setelah batu bata selesai dibuat, maka langkah selanjutnya batu bata tersebut akan diuji kuat tekan dengan menggunakan standart SII 0021-78. Pada penelitian ini hasil pengujian menunjukan bahwa penggunaan phyropilit tidak memberikan pengaruh positif terhadap kuat tekan batu bata. Pengaruh dari penggunaan phyropilit terhadap kuat tekan batu bata cenderung bersifat negatif. Tidak bertambahnya nilai kuat tekan batu bata dikarenakan suhu yang dibutuhkan untuk mengaktifasi mineral phyropilit belum dicapai. Akibat kurangnya suhu pembakaran inilah maka butiran mineral phyropilit yang tadinya diharapkan dapat menggelas dan mengikat partikel lain tidak dapat terjadi. Butiran mineral phyropilit pada batu bata tetap sama kondisinya sebelum maupun sesudah proses pembakaran. Kata kunci : batu bata, phyropilit, kuat tekan PENGUJIAN KEKUATAN KUDA-KUDA BERSUSUN BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU TERHADAP BEBAN VERTIKAL Septian Indra R 1, Prof. Dr. Ir. Sri Murni Dewi, MS 2, Ir. Siti Nurlina, MT 3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur Indonesia E-mail: ncepz_smada06@yahoo.com Beton bertulang merupakan campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, air dan baja sebagai tulangan. Beton sangat lemah terhadap tarik sehingga penggunaannya dipadukan dengan baja yang memiliki kuat tarik tinggi. Kenyataannya baja merupakan bahan tambang yang apabila dimanfaatkan secara terus menerus suatu saat akan habis. Penggunaan bahan tulangan bambu pada rangka beton dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah. Salah satu gagasan dalam penelitian ini adalah membuat beton rangka kuda-kuda dengan menggunakan tulangan bambu. Dari beberapa penjelasan di atas, maka pada penelitian ini akan dibahas tentang Pengujian Kekuatan Kuda-kuda Bersusun Beton Komposit Tulangan Bambu Terhadap Beban Vertikal.

Pada pengujian rangka kuda-kuda ini dipakai uji pembebanan pada frame uji yang telah dipasang dongkrak yang dihubungkan dengan pompa. Kuda-kuda beton komposit yang akan diuji dibedakan menjadi 1 model dengan jarak sengkang 10 cm. Total benda uji sebanyak 3 buah, dengan macam pengujian dibedakan 3 model kuda-kuda dimana kuda-kuda tersebut merupakan kuda-kuda yang kemudian dihubungkan menggunakan besi sambungan dan disusun sedemikian rupa sehingga membentuk kuda-kuda bersusun beton komposit. Semua kuda-kuda memiliki bentang 240 cm dan tinggi 100 cm dengan sudut 33 o untuk bagian bawah dan 23 o untuk bagian atas. Rangka kuda-kuda ini dibebani oleh beban terpusat pada 3 titik simpul pada rangka. Proving ring kapasitas 10 ton dengan interval beban 54 kg digunakan mulai dari awal pengujian dengan kenaikan tiap satu strip (div) sampai kondisi runtuh pada kuda-kuda tersebut dimana pembebanan tidak dapat dilanjutkan lagi. Kuda-kuda bersusun beton komposit pada ke-3 benda uji memiliki beban batas maksimum yang berbeda, untuk benda uji 1 bebab maksimumnya 2120 kg,benda uji 2 beban maksimumnya 2120 kg, dan benda uji 3 beban maksimumnya 2014 kg. Pada perhitungan analitis,beban batas maksimumnya mencapai 2707,756 kg. Nilai rerata lendutan ke-3 benda uji yang didapat dari 3 titik,yaitu pada titik I sebesar 4,0233 mm,pada titik R sebesar 7,610 mm,dan pada titik J sebesar 4,2807 mm. Sedangkan pada hasil perhitungan analitis pada titik I dan J sama besar yaitu 1,909 mm dan pada titik R sebesar 2,232 mm. Terdapat perbedaan signifikan nilai lendutan yang terjadi antara hasil eksperimen dengan hasil perhitungan dikarenakan adanya keretakan yang terjadi pada hasil eksperimen yang mempengaruhi besar lendutan yang terjadi sedangkan pada perhitungan analitis tidak memperhitungkan adanya keretakan pada perhitungannya. Kata kunci : tulangan bambu, kuda-kuda beton, beban, lendutan