BAB I PENDAHULUAN. dalam pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk. kepemilikan saham-saham perusahaan go public.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Analisis yuridis..., Sintya Liana Sofyan, FH UI, 2010

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai sarana berinvestasi bagi pemodal. melakukan investasi pada berbagai instrumen keuangan. Keseluruhan kegiatan

SURAT BERHARGA PASAR UANG (1) PERTEMUAN 10

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

TRANSAKSI JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DI PASAR MODAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal. berkaitan dengan efek. (Indonesia Stock Exchange).

BAB I PENDAHULUAN. dibeberapa perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang. yang dibutuhkan dengan menawarkan surat-surat berharga tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. adil dan merata serta dalam rangka mengembangkan kehidupan masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN KEUANGAN GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA ( BEI )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. disiapkan guna memperdagangkan saham-saham, obligasi-obligasi dan jenis

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana efektif untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Asril Sitompul, Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya, (Bandung: PT. Citra Adhitya Bakti,2000), hal. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kegiatan bisnis sehingga dapat mencetak lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pembangunan di masa mendatang akan semakin besar. Kebutuhan ini tidak akan dapat dibiayai oleh pemerintah saja melalui

BAB II PERUSAHAAN GO PUBLIC DI INDONESIA. menjadikan perusahaannya sebagai salah satu perusahaan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberadaan pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha

PASAR MODAL DAN TRANSAKSI EFEK SAHAM ERDIKHA ELIT

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah memberikan beberapa kemudahan untuk dapat lebih

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

PASAR MODAL. Tujuan Pembelajaran. Perbedaan Pasar Modal dan Pasar Uang. Perihal Pasar Modal Pasar Uang Tingkat bunga Relatif rendah Relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal dapat dijadikan salah satu alternatif bagi perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran bunga secara periodik. Menurut Abdul Halim (2015 : 9) obligasi

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan perkembangan yang cukup signifikan, hal ini dilihat dari

di Pasar MODAL 1. Surat Berharga yang diperjual belikan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (BEI) merupakan satu-satunya pasar modal yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

PASAR MODAL INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGERTIAN DAN INSTRUMEN PASAR MODAL ANALISIS PORTOFOLIO DAN INVESTASI ANDRI HELMI M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perekonomian modern dan era globalisasi saat ini pasar modal di suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sangat membutuhkan keberadaan bank. Bank dianggap sebagai

2 PT. Jamsostek (Persero) terus berjalan dalam bentuk Manfaat Layanan Tambahan yang terintegrasi dalam program jaminan sosial bidang ketenagakerjaan.

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

2017, No Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. tergantung kepada nilai saham yang hendak diperjualbelikan di pasar modal. Undang-

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

Oleh : RANDY AGASTIANTO NIM :B

Dodi Arif, SE., MM. KAPITA SELEKTA KEUANGAN Universitas Gunadarma Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut ke berbagai sektor yang produktif. Pasar modal dalam fungsi ekonominya menyediakan fasilitas untuk

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. modal dan menawarkan sahamnya di masyarakat/publik (go public). Perusahan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada era globalisasi pasar modal memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari peran investor yang melakukan transaksi di Bursa Efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk meningkatkan harta kekayaanya. dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan atas uang

PASAR MODAL INDONESIA

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. berkecimpung dalam mengatur jalannya Pasar Modal dimulai dari tahun 1285

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator yang paling penting dalam menilai kemajuan perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan pertumbuhan perekonomian, pasar modal menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga atau industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.04/2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN REKSA DANA BERBENTUK PERSEROAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. teratur (Koetin, 2002). Investasi dapat dilakukan pada berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

Afiliasi 1 hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Indonesia adalah Negara yang sedang berkembang dimana pemerintah sedang mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik. Dalam mengusahakan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik pemerintah melalukan pembangunan dalam berbagai sektor. Salah satu kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah adalah dengan mengaktifkan kembali kegiatan pasar modal di Indonesia. Hal ini selain untuk menghadapi tuntutan perkembangan dunia usaha dalam era globalisasi dewasa ini, juga dimaksudkan untuk mempercepat proses pengikutsertaan masyarakat dalam pemilikan saham perusahaan-perusahaan menuju pada pemerataan pendapatan masyarakat, serta untuk menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana, sehingga dapat dipergunakan secara produktif untuk pembiayaan pembangunan nasional. 1 Dengan diaktifkan kembali pasar modal di Indonesia diharapkan dapat menjembatani pembangunan nasional dengan cara memperoleh dana dari masyarakat secara cepat dan mengikutsertakan masyarakat dalam kepemilikan saham-saham perusahaan go public. Pengaktifan kembali ini tidak berjalan terlalu mulus karena ada hambatan-hambatan yang merintangi perkembangan pasar modal. Hal ini 1 Nindyo Pramono, 1997, Sertifikasi Saham PT Go Public Dan Hukum Pasar Modal Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 2.

2 disadari oleh pemerintah sehingga pemerintah melakukan perombakan peraturan-peraturan yang ada setelah pengaktifan kembali tersebut. Dengan melalui beberapa tahapan perombakan peraturan-peraturan tersebut, akhirnya lahirlah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal ini mempertemukan pemilik dana dengan pengguna dana untuk tujuan investasi jangka menengah dan jangka panjang. Pemilik dana dan pengguna dana ini melakukan jual beli modal yang berwujud efek. Pemilik dana menyerahkan sejumlah dana dan penerima dana menyerahkan surat bukti kepemilikan berupa efek. Secara sederhana, pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar yang memperjualbelikan berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri yang diterbitkan oleh perusahaan swasta. Seperti halnya negara-negara maju, pasar modal Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang. Pasar modal Indonesia didirikan pada saat Indonesia masih merupakan jajahan Belanda pada zaman VOC. Secara umum, alasan pembentukan pasar modal adalah karena lembaga ini mampu menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan. Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan

3 dana dari lender (pemilik dana) ke borrower (penerima dana) dengan menginvestasikan kelebihan dana yang dimiliki pemberi dana (lenders) dengan mengharapkan akan mendapatkan imbalan dari penyertaan dana tersebut. Sedangkan dari sisi kepentingan borrowers, dengan tersedianya dana dari pihak luar memungkinkan perusahaan tersebut melakukan pengembangan kegiatan bisnis tanpa harus menunggu dana dari hasil produksi perusahaan. Dari proses ini diharapkan akan terjadi peningkatan produksi barang atau jasa, sehingga, pada akhirnya secara keseluruhan akan berdampak pada peningkatan kemakmuran. 2 Pasar modal menyediakan sumber pembiayaan dengan jangka waktu yang lebih panjang, yang diinvestasikan sebagai modal untuk menciptakan dan memperluas lapangan kerja yang akan meningkatkan volume aktifitas perekonomian yang profitable dan sehat. Modal yang bisa berupa dana produksi atau dana untuk pengadaan barang modal seperti barang atau benda, pabrik dan peralatannya yang digunakan secara actual untuk memproduksi barang dan jasa. Instrumen pasar modal dapat dibedakan ke dalam dua macam segmen yaitu, non-securities segment dan securities segment. 3 Non-securities segment ini menyediakan dana dari lembaga keuangan langsung kepada perusahaan. Perusahaan langsing bernegosiasi dengan penyedia dana. Dalam non-securities segment ini, investasi tidak dapat dijual secara mudah kepada perorangan maupun kepada investor kecil. 2 Irsan Nasarudin, ET AL, 2011, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, Kencana, Jakarta, hlm 13-14. 3 J. Supranto, 1992, Statistik Pasar Modal, Rineka Cipta, Jakarta, hlm 6.

4 Securities segment dirancang dengan tujuan agar dapat menyediakan sumber pembiayaan perusahaan dalam jangka panjang dan memungkinkan perusahaan untuk melakukan investasi pada barang modal, memperbanyak alat-alat produksi, menciptakan lapangan kerja dan memperbesar perolehan laba (keuntungan). Tujuan dari segmen ini adalah untuk memobilisasi tabungan jangka panjang, menyediakan wahana sebagai saluran investasi jangka panjang, yang ditempatkan pada perusahaan-perusahaan yang produktif. Karena untuk kelangsungan dan pertumbuhan, perusahaanperusahaan memerlukan dana jangka panjang untuk diinvestasikan pada barang modal. Berhubungan investasinya bersifat jangka panjang, maka investor di pasar modal tidak ingin menyerahkan dananya secara tidak terbatas, melainkan harus dapat menjual investasinya seandainya mereka membutuhkan uang tunai atau ingin memindahkan investasinya pada bidang lain, sehingga yang diperlukan adalah negotiable security certificate seperti saham atau obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar modal setiap saat sesuai dengan kebutuhan. Sementara perusahaan cenderung menanam investasi jangka panjang, sedangkan para investor, di sisi lain, dapat menjual surat berharganya kepada investor lain. Pasar semacam ini disebut sebagai securities segment pasar modal. Para investor yang berkecimpung di securities segment atau bursa efek adalah terdiri dari lembaga-lembaga keuangan dan perorangan. Investor lembaga sering kali memegang peranan

5 penting di dalam memajukan atau mendorong bergairahnya pasar modal, kemudian diikuti investor perorangan. 4 Dengan adanya securities segment ini ada keuntungan perusahaan yang membutuhkan dana dan investor yang mempunyai kelebihan dana yang ingin diinvestasikan. Di satu sisi perusahaan yang membutuhkan dana dapat memperoleh dananya dari investor sedangkan di sisi lain investor dapat menginvestasikan dananya melalui securities segment pasar modal ini. Securities segment pasar modal ini memberikan wahana sebagai saluran investasi jangka panjang yang ditempatkan pada perusahaan-perusahaan yang produktif dimana investor dapat menarik dana yang telah diinvestasikan dengan negotiable security certificate seperti saham atau obligasi yang dapat diperjualbelikan di pasar modal setiap saat. Dengan begitu investor dapat menjual sahamnya kepada investor lain melalui securities segment pasar modal ini sehingga dalam hal ini perusahan-perusahaan dapat memperoleh sumber pembiayaan jangka panjang. Dengan adanya securities segment pasar modal ini, Undang-Undang Tentang Pasar Modal mengatur tentang perusahan efek. Perusahaan Efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, atau manager investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. 4 Irsan Nasarudin, ET AL, Op. cit, hlm 15-16.

6 Dari uraian tentang perusahaan efek, ada 3 (tiga) macam kegiatan usaha yang dilakukan oleh perusahaan efek : a. Penjamin Emisi Efek (PEE) adalah pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. Izin usaha sebagai PEE berlaku juga sebagai izin usaha Perantara Pedagang Efek. Dengan demikian perusahaan efek yang telah berizin usaha Penjamin Emisi Efek dapat juga melakukan kegiatan sebagai Perantara Pedagang Efek namun tidak selalu berlaku sebaliknya. b. Perantara Pedagang Efek (PPE) adalah pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan pihak lain. PPE ini berperan penting dan dominan agar pasar modal berfungsi karena PPE sebagai salah satu pihak yang terkait dengan pasar modal. c. Manager Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio (kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perorangan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi) untuk para investor, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu kegiatan investasi dalam pasar modal adalah repurchase share agreement. Repurchase agreement ini dalam praktek disingkat menjadi

7 repo. Repo dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-132/BL/2006 tentang Perlakuan Akuntansi Repurchase Agreement (Repo) dengan menggunakan Master Repurchase Agreement (MRA) adalah transaksi jual efek dengan janji beli kembali pada waktu dan harga yang ditetapkan. Namun peraturan ini hanya berlaku bagi emiten dan/atau perusahaan efek anggota penyelenggara perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa Efek yang telah mendapatkan izin usaha dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yang melakukan transaksi Repo dan Reverse Repo dengan menggunakan MRA. Transaksi jual efek dengan janji membeli kembali ini dalam prakteknya dituangkan dalam perjanjian yang mengacu pada KUHPerdata dimana para pihak yang mengadakan transaksi ini menentukan sendiri isi perjanjiannya sesuai dengan kesepakatan. Repo antara perusahaan efek dengan nasabahnya ini tidak diatur secara khusus oleh peraturan Bapepam sehingga dalam melakukan kegiatan investasi dengan bentuk repo ini mengacu pada asas kebabasan berkontrak dalam perjanjian. Dengan mengacu pada asas kebebasan berkontrak para pihak yang terlibat dalam repo ini menentukan sendiri bentuk transaksi dan perjanjian yang disepakati. Suatu Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu

8 perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 5 Dalam hukum perjanjian dikenal adanya asas konsensualitas. Asas konsensualitas memperlihatkan kepada kita semua, bahwa pada dasarnya suatu perjanjian yang dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang telah mengikat, dan karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian tersebut, segera setelah orang-orang tersebut mencapai kesepakatan atau consensus, meskipun kesepakatan tersebut telah dicapai secara lisan semata-mata. Ini berarti prinsipnya perjanjian yang mengikat dan berlaku sebagai perikatan bagi para pihak yang berjanji tidak memerlukan formalitas, walau demikian, untuk menjaga kepentingan pihak debitor (atau yang berkewajiban untuk memenuhi prestasi) diadakalah bentuk-bentuk formalitas, atau dipersyaratkan adanya suatu tindakan nyata tertentu. 6 Dalam hukum perjanjian juga menganut sistem terbuka yang artinya hukum perjanjian memberikan kebebasan para pihak dalam perjanjian untuk menentukan sendiri isi perjanjiannya sejauh tidak melanggar hukum. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya ditulis KUHPerdata) Pasal 1338 ayat (1) berbunyi : semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari uraian pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa para pihak dalam perjanjian harus 5 Subekti, 2002, Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Jakarta, hlm 1. 6 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 34.

9 tunduk pada perjanjian yang dibuatnya, sehingga dalam membuat suatu perjanjian para pihak membuat undang-undang bagi mereka sendiri. Perjanjian repo yang menjadi kesepakatan para pihak menjadi Undang- Undang bagi mereka. Dengan kesepakatan yang dituangkan dalam perjanjian para pihak mempunyai prestasi masing-masing yang harus dipenuhi. Repo antara perusahaan efek dengan nasabahnya yang tidak diatur secara khusus oleh peraturan Bapepam sehingga perjanjian repo mengacu pada asas kebebasan berkontrak yang justru memberi peluang terjadi masalah dikemudian hari. Misalnya dalam kasus PT. Reliance Asset Management selanjutnya disingkat PT. RAM sebagai perusahan efek yang kegiatan usahanya sebagai manager investasi dengan PT. Askrindo. PT. Askrindo mengadakan beberapa perjanjian repo dengan PT. RAM, saham yang dibeli berupa saham RELI sebesar 5 (lima) miliyar rupiah, saham BUMI sebesar 10 (sepuluh) miliyar rupiah, saham PGAS sebesar 4 (empat) miliyar rupiah dan saham BMRI sebesar 2,5 (dua setengah) miliyar rupiah. Dana yang diperoleh PT. RAM dari PT. Askrindo ini diinvestasikan lagi oleh PT. RAM dalam bentuk investasi Promissory Notes yang diterbitkan oleh PT. Vitron International dan PT. Tranka Kabel. Dalam perjanjian repo antara PT. RAM dengan PT. Askrindo memuat kewajiban PT. RAM untuk membeli kembali saham yang telah dijual kepada PT. Askrindo pada waktu yang telah ditentukan, namun setelah jatuh tempo PT. RAM tidak melakukan prestasinya untuk membeli kembali saham yang telah dijualnya sehingga PT. Askrindo mengalami kerugian atas tidak dilaksanakan prestasi oleh PT. RAM.

10 Perjanjian repo merupakan perjanjian tidak bernama yang tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata maupun perundang-undangan lainnya sehingga dalam merumuskan perjanjian repo hanya mengacu pada syaratsyarat perjanjian sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. Hal ini menjadi menarik untuk dibahas karena tidak ada aturan khusus mengenai perjanjian repo ini sehingga dalam melakukan perjanjian repo ini masih ada hal yang menjadi polemik. Polemik ini berkaitan dengan penerapan hukum manakala terjadi wanprestasi salah satu pihak dalam perjanjian repo ini. Di satu sisi perjanjian repo mengacu pada hukum perjanjian yang bersumber dari KUHPerdata, di sisi lain salah satu subyek perjanjian repo dalam ilustrasi kasus di atas adalah badan usaha milik Negara yang tunduk pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Ilustrasi kasus di atas menggambarkan bahwa dalam praktek perjanjian repo di pasar modal acap terjadi masalah-masalah hukum. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, masalah pokok yang perlu diteliti adalah : 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap investor dalam perjanjian repurchase agreement (repo) di pasar modal manakala penjual saham tidak memenuhi kewajibannya untuk membeli kembali saham yang telah diperjanjikan?

11 2. Bagaimana status saham dalam perjanjian repurchase agreement (repo) manakala penjual saham tidak membeli kembali saham yang telah diperjanjikan? C. Keaslian Penelitian Setelah melakukan penelusuran pada berbagai informasi dan hasil penelitian pada perpustakaan pasca sarjana Universitas Gajah Mada, perpustakaan magister hukum Universitas gajah Mada, perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada dan perpustakaan Universitas lainnya, peneliti menemukan penilitian yang terkait, yaitu: Hendrik Tanjaya, 2010, Transaksi Jual Beli Saham Dengan Hak Membeli Kembali (Repo) di Pasar Modal, Skripsi Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumusan Masalah: 1. Bagaimana terjadinya transaksi jual beli saham dengan hak membeli kembali (repo) di pasar modal? 2. Masalah hukum apa yang mungkin timbul dalam transaksi repo yang dituangkan di dalam perjanjian jual beli saham dengan hak membeli kembali (perjanjian repo)? Hasil Penelitian: Di dalam prakteknya perjanjian jual-beli saham dengan hak membeli kembali sering dipakai untuk menyelubungi suatu perjanjian gadai saham. Masalah Transaksi Repo ini sangat menarik untuk dibahas,

12 terutama apabila nilai jaminannya (rasio jaminan) turun karena nilai sahamnya turun, maka penjual tersebut berjanji akan langsung menutup kekurangannya dengan tambahan jaminan saham baru, sehingga jaminan pinjaman (dalam bentuk saham atau obligasi), akan selalu lebih besar nilainya dari uang yang dipinjam. Perbuatan menambah jaminan saham untuk menutup kekurangan rasio jaminan saham dalam praktek disebut sebagai top up. Apabila perusahaan efek tidak dapat melakukan penambahan jaminan saham maka perusahaan efek dapat dikatakan telah wanprestasi. Masalah hukum yang timbul dari permasalahan di atas adalah transaksi jual beli saham menjadi transaksi hutang piutang. D. Faedah yang Diharapkan Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu hukum, terutama terkait tidak adanya peraturan khusus yang mengatur tentang hubungan hukum yang jelas antara para pihak dalam perjanjian repo di pasar modal, sehingga ada permasalahanpermasalahan yang belum memperoleh kejelasan di kalangan teoritis. Ada peraturan Bapepam tentang Perlakuan Akuntansi Repurchase Agreement (Repo) dengan menggunakan Master Repurchase Agreement (MRA), namun peraturan ini hanya berlaku bagi Emiten dan atau Perusahaan Efek anggota penyelenggara perdagangan Surat Utang Negara di luar Bursa

13 Efek yang telah mendapatkan izin usaha dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, yang melakukan transaksi Repo dan Reverse Repo dengan menggunakan MRA. Dengan tidak ada pengaturan khusus tentang hubungan hukum yang jelas antara para pihak dalam perjanjian repo di pasar modal diharapkan penelitian ini dapat memberikan gambaran jelas tentang perlindungan hukum salah satu pihak dalam perjanjian repo dan status yuridis obyek dalam perjanjian repo terebut. 2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang jelas kepada masyarakat, terutama mengenai hal-hal yang terkait dengan perlindungan hukum salah satu pihak dalam perjanjian repo dan status yuridis obyek dalam perjanjian repo tersebut. E. Tujuan Penelitian Mengacu pada pokok permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mencari jawaban atas masalah-masalah tentang: 1. Perlindungan hukum terhadap investor dalam perjanjian repurchase agreement (repo) di pasar modal manakala penjual saham tidak memenuhi kewajibannya untuk membeli kembali saham yang telah diperjanjikan.

14 2. Status saham dalam perjanjian repurchase agreement (repo) manakala penjual saham tidak membeli kembali saham yang telah diperjanjikan.