BAB I PENDAHULUAN. institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk

2014 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pembaca dan hendak disampaikan melalui media kata-kata/bahasa tulis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses belajar mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang unggul. Banyak hal yang harus disempurnakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, kemampuan berbicara atau bercerita, keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat ditempuh melalui formal dan nonformal. Pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diperolehnya seorang warga negara dapat mengabdikan diri

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Bagi manusia normal, kegiatan berbicara merupakan suatu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan bersifat umum atau universal. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk. penting pada penentuan kemajuan suatu bangsa. Sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. moral, ketrampilan dan akhlak antara pendidik dan murid. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3 adalah

I. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang harus terpenuhi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara merupakan hal yang lazim dilakukan oleh masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Sutama dalam rachmawati, 2000:3). Mutu pendidikan sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tidak sama, oleh karena itu peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan kediriannya agar menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri, agama dan masyarakat berbangsa dan bernegara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu tujuan dari keseluruhan satuan, jenis dan kegiatan pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal, informal dan nonformal dalam konteks pembangunan nasional. Tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tercapainya tujuan pendidikan nasional merupakan tanggung jawab setiap institusi pendidikan melalui tujuan institusional. Tujuan institusional ini merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan sesuai dengan jenis dan sifat sekolah atau lembaga pendidikan. Oleh karena itu, setiap sekolah atau lembaga pendidikan memiliki tujuan institusionalnya masing-masing yang pada dasarnya tidak terlepas dari tujuan nasional itu sendiri yang bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1

2 Tujuan institusional ini dapat dicapai melalui tujuan kurikuler setiap bidang studi. Tujuan kulikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional sehingga kumulasi dari setiap tujuan kurikuler ini akan menggambarkan tujuan institusional. Artinya, semua tujuan kulikuler yang ada pada suatu lembaga pendidikan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional yang bersangkutan sesuai dengan kurikulum melalui tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, salah satu tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara. Berdasarkan silabus mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas IX SMP/MTs, terdapat standar kompetensi berbicara, yaitu mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam pidato dan diskusi, dengan kompetensi dasar: berpidato/berceramah/berkhotbah dengan intonasi yang tepat dan artikulasi serta volume suara yang jelas. Berpidato merupakan bagian dari pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam pembelajaran berpidato, siswa harus mampu berbicara dengan baik, komunikatif dalam mengemukakan ide yang ada di dalam pikirannya. Indikator keberhasilan pembelajaran kemampuan berpidato dapat dilihat dari nilai KKM yang telah ditentukan, yakni 83,00. Merujuk pada keberhasilan pembelajaran kemampuan berpidato, tampaknya kondisi di sekolah belum menunjukkan hasil yang ideal, khususnya di SMP Al- Azhar Medan menunjukkan bahwa kemampuan berpidato siswa belum sesuai dengan yang diharapkan dalam KKM 83,00. Hal ini diketahui dari hasil observasi yang dilakukan peneliti ketika mengajarkan kemampuan berpidato di

3 SMP Al-Azhar Medan yang dapat dilihat dari daftar nilai rata-rata kemampuan berpidato siswa SMP Al-Azhar Medan kelas IX selama 3 (tiga) tahun terakhir. Tabel 1. Daftar Nilai Rata-rata Kemampuan Berpidatosiswa SMP Al- Azhar Medan Kelas IX Tahun 2011-2013 No Tahun Nilai Rata-rataKemampuan berpidato 1 2011/2012 6,10 2 2012/2013 6,25 3 2013/2014 6,45 Sumber: Data kumpulan nilai Bahasa Indonesia SMP Al-Azhar Medan Pembelajaran kemampuan berpidato menuntut adanya latihan-latihan dan praktik-praktik yang dilakukan setahap demi setahap dari keseluruhan rangkaian kemampuan berpidato. Selama ini guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa dan membimbing siswa dalam melakukan praktik atau latihan berpidato sehingga siswa kurang terampil dalam berpidato. Selain itu guru juga hanya menjelaskan aspek kognitif dari pembelajaran berpidato dan tidak memberikan contoh atau model kemampuan berpidato sehingga siswa masih kurang memahami bentuk kemampuan berpidato yang harus dikuasai siswa yang mengakibatkan kemampuan berpidato siswa rendah. Selain itu, Tarigan dalam Larasati (2002: 2) menyatakan bahwa kondisi pembelajaran kemampuan berpidato selama ini masih belum memuaskan. Hal ini juga diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan Larasati (2002: 2) yang menyatakan bahwa kemampuan berpidato belum menunjukkan hasil yang ideal karena minimnya kreativitas guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam mengajarkan kemampuan berpidato yang mengakibatkan kemampuan berpidato siswa rendah. Kreativitas guru merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan siswa berpidato. Guru diharapkan memiliki kreativitas dalam memilih dan menggunakan berbagai model pembelajaran yang

4 tepat dengan materi pembelajaran agar tujua pembelajaran dapat tercapai. Selama ini guru membelajarkan kemampuan berpidato hanya dengan metode ceramah dan menugaskan siswa berpidato tanpa memberikan contoh berpidato dan tidak melatih siswa secara terbimbing sebelum siswa melakukan pidato. Rendahnya kemampuan berpidato siswa tidak hanya disebabkan oleh minimnya kreativitas guru dalam menentukan model pembelajaran, tetapi juga disebabkan oleh faktor internal, yakni kurangnya minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran berpidato. Siswa merasa pembelajaran berpidato merupakan pembelajaran yang sulit dilakukan. Selain minat dan motivasi, faktor internal lain yang mempengaruhi kemampuan berpidato adalah kepercayaan diri. Percaya diri adalah kondisi psikologis seseorang dalam mengevaluasi keseluruhan dirinya sehingga memberi keyakinan bahwa ia mampu berpidato. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Al-Azhar Medan kelas IX, terdapat gejala siswa kurang percaya diri untuk berpidato, misalnya siswa mengalami kecemasan, gugup, takut, dan tidak percaya diri, sehingga tidak siap tampil berpidato di depan kelas. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusmintayu (2012) menyatakan bahwa pembelajaran berbicara di sekolah belum dilakukan dengan baik. Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang kurang mampu menyampaikan ide dan gagasannya melalui komunikasi secara lisan dalam situasi formal. Dalam proses belajar mengajar khususnya kegiatan berbicara, siswa sering kali malu, gugup, dan cemas ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut diperlukan suatu pemecahan masalah yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpidato. Seorang guru dituntut mampu menerapkan berbagai macam model pembelajaran

5 yang tepat untuk pembelajaran berpidato sehingga kemampuan berpidato siswa dapat meningkat diperlukan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik-praktik berpidato yang membuat siswa siap berpidato. Hal ini sesuai dengan hukum kesiapan teori belajar Thorndike yang menyatakan bahwa seseorang tidak bisa dipaksakan melakukan kegiatan belajar jika belum memiliki kesiapan mental. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan agari siswa siap berpidato, yakni model pengajaran langsung. Model pembelajaran yang menekankan penjelasan guru mengenai suatu keterampilan dan contoh kepada siswa yang dilanjutkan dengan menguji pemahaman siswa dan melakukan latihan atau praktik yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik dan diajarkan secara bertahap, yakni orientasi, presentasi, praktik terstruktur, praktik di bawah bimbingan guru, dan praktik mandiri. Sesuai dengan namanya, inti dari model pengajaran langsung adalah aktivitas praktik. Peran guru dalam praktik terstruktur yakni menuntun siswa dengan contoh praktik dan memberikan koreksi kesalahan serta memberikan penguatan terhadap praktik yang telah benar. Kemudian setelah melaksanakan praktik terstruktur, siswa melaksanakan praktik di bawah bimbingan guru dan guru mengamati serta memberikan tanggapan balik berupa pujian maupun petunjuk. Setelah itu siswa melakukan praktik mandiri. Dengan model pengajaran langsung, diharapkan kemampuan berpidato siswa akan meningkat karena semakin sering siswa mempraktikkan pidato, maka kemampuan berpidato siswa akan semakin baik.

6 Selain model pengajaran langsung, model simulasi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan berpidato melalui simulasi, sehingga diharapkan siswa terampil berpidato. Model simulasi merupakan model pembelajaran yang memperagakan atau mempraktikkan suatu bentuk keterampilan baik dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan sesungguhnya melalui mekanisme umpan balik dan siswa memodifikasi perilakunya sesuai dengan umpan balik yang diterima dari guru yang memiliki empat tahap, yakni orientasi, latihan partisipan, simulasi, dan wawancara. Pada tahap orientasi, guru meyajikan topik yang akan dibahas dan konsep yang akan digunakan dalam simulasi. Pada latihan partisipan, guru menyusun skenario yang memaparkan aturan dan tujuan simulasi serta memimpin praktik latihan. Pada tahap simulasi, siswa berpartisipasi dalam simulasi dan guru memimpin simulasi dan memberikan umpan balik dan mengevaluasi penampilan siswa serta menjelaskan kesalahan konsepsi. Pada tahap terakhir guru melakukan wawancara kepada siswa dan menyimpulkan kejadian atau persepsi, menyimpulkan kesulitan dan pandanganpandangan, menganalisis proses, membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata, menghubungkan aktivitas simulasi dengan materi pelajaran, serta menilai dan merancang simulasi kembali. Dengan model simulasi ini diharapkan kemampuan berpidato siswa meningkat. Dengan diterapkannya kedua model pembelajaran ini, yakni model pengajaran langsung dan model simulasi yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan praktik berpidato diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa karena semakin sering siswa melakukan latihan atau praktik berpidato, maka kemampuan berpidatonya akan

7 semakin baik. Peneliti tertarik untuk menerapkan kedua model pembelajaran ini untuk mengetahui kemampuan berpidato yang diajarkan dengan model pengajaran langsung dan kemampuan berpidato yang diajarkan dengan model simulasi, kemampuan berpidato siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan kemampuan berpidatosiswa yang memiliki kepercayaan diri rendah, serta interaksi antara model pembelajaran dengan kepercayaan diri terhadap kemampuan berpidato. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah-masalah penelitian ini yakni: Apakah minat dan motivasi mempengaruhi kemampuan berpidato siswa? Apakah siswa mengalami kesulitan untuk berpidato karena kurangnya percaya diri yang menyebabkan siswa merasa cemas, gugup, takut, dan tidak siap tampil berpidato? Apakah kepercayaan diri mempengaruhi kemampuan berpidato siswa? Apakah minimnya kreativitas guru dalam menentukan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran berpidato menyebabkan kemampuan berpidato siswa rendah? Apakah model pembelajaran yang tepat digunakan guru mempengaruhi kemampuan berpidato siswa? Apakah model pengajaran langsung mempengaruhi kemampuan berpidato siswa? Bagaimana kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model pengajaran langsung? Apakah model simulasi mempengaruhi kemampuan berpidato siswa? Bagaimana kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model simulasi? Apakah kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model pengajaran langsung lebih baik daripada kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan

8 model simulasi? Apakah ada interaksi antara model pengajaran langsung dan model simulasi dengan kepercayaan diri terhadap kemampuan berpidato? C. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian dapat dijelaskan dengan lebih efektif dan efisien, maka masalah dalam penelitian ini diberi batasan, yaitu: 1. Kemampuan berpidato siswa dibatasi pada ranah psikomotorik taksonomi Bloom (peniruan, manipulasi, ketetapan, artikulasi, dan pengalamiahan), yang lebih mengorientasikan pada proses tingkah laku atau pelaksanaan, di mana sebagai fungsinya adalah untuk meneruskan nilai lewat kognitif dan diinternalisasikan lewat afektif sehingga mengorganisasi dan diaplikasikan dalam bentuk nyata oleh domain psikomotorik ini. Kemampuan berpidato diukur dengan menggunakan lembar observasi kemampuan berpidato. Adapun tema pidato dalam penelitian ini adalah lingkungan. 2. Lokasi dan subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas IX (sembilan) SMP Al-Azhar Medan yang belum diajarkan kemampuan berpidato pada jenjang pendidikan sebelumnya. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pengajaran langsung dan model simulasi. 4. Karakteristik siswa dibatasi pada kepercayaan diri (self confidence).

9 D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model pengajaran langsung lebih tinggi daripada kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model simulasi? 2. Apakah kemampuan berpidato siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi lebih tinggi daripada kemampuan berpidato siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah? 3. Adakah interaksi antara model pembelajaran dan kepercayaan diri terhadap kemampuan berpidato? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model pengajaran langsung dan kemampuan berpidato siswa yang diajarkan dengan model simulasi. 2. Mengetahui kemampuan berpidato siswa yang memiliki kepercayaan diri tinggi dan kemampuan berpidato siswa yang memiliki kepercayaan diri rendah. 3. Mengetahui adanya interaksi antara model pembelajaran dan kepercayaan diri terhadap keterampilan berbicara.

10 F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat teoretis a. Menambah khasanah pengetahuan tentang model pengajaran langsung, model simulasi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpidato. b. Sebagai bahan rujukan untuk penelitian mengenai model pengajaran langsung, model simulasi, kepercayaan diri, dan kemampuan berpidato. 2. Manfaat praktis a. Bagi siswa, untuk meningkatkan kemampuan berpidato melalui melalui model pengajaran langsung dan model simulasi. b. Bagi guru, sebagai bahan informasi dan masukan bahwa model pengajaran langsung dan model simulasi dapat meningkatkan kemampuan berpidato serta sebagai alternatif pembelajaran untuk memperbaiki hasil belajar kemampuan berpidato.