pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. program pendidikan juga sudah dilaksanakan diantaranya adalah. kependidikan yang lainnya melalui berbagai pelatihan dan peningkatan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kurikulum merupakan ciri utama pendidikan disekolah, dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran merupakan kata khusus dari kata umum pendidikan.

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum baru yaitu Kurikulum Kurikulum 2013 pada proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya dimasa

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan pendidikan di negara Indonesia menitikberatkan pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis serta bertanggung jawab. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya seseorang untuk mengembangkan potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang dibutuhkan dalam belajar. Jika sebelumnya pembelajaran

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia pendidikan dituntut untuk lebih maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran :

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, bertujuan mengembangkan potensi peserta anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelanggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisitem Pendidikan Nasional.1 Pendidikan nasonal harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya melalui olah batin (aspek transendensi), olah pikir (aspek kognisi), olah rasa (aspek afeksi), olah kinerja (aspek psikomotoris) agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.2 Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, guru serta siswa perlu melakukan interaksi menggunakan sarana prasana pendidikan untuk mengolah bahan atau materi didikan.3 Proses interaksi antara pendidik dengan pesera didik serta sumber belajar pada suatu lingkungan belajar ini disebut.4 Namun, sekarang ini masih didominasi oleh yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada 1 Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta, Bumi Aksara, 2013, hal. 3. 2 Ibid, hal 3-4. 3 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik,, Yogyakarta, Diva Press, 2013, hal. 20-21. 4 Moh. Suardi, Belajar dan Pembelajaran, E-Book, Yogyakarta, Deepublish, 2015, Hal. 7 (diakses pada tanggal 18 April 2015). 1

2 ragamnya. Pembelajaran lebih identik dengan membaca, menghafal serta mengingat materi pelajaran.5 Sedangkan pada dasarnya belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, akan tetapi belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada seseorang yang dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pada pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah lakunya, keterampilan dan lain-lain yang ada pada individu tersebut.6 Selain itu, masalah lain dalam sekarang ini adalah pendekatan dalam masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis.7 Berangkat dari hal tersebut, pada Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi ingin mengubah pola pendidikan dari orientasi terhadap hasil dan materi ke pendidikan sebagai proses. Sehingga proses harus banyak melibatkan peserta didik agar mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiyah.8 Proses pada Kurikulum 2013 menginginkan perubahan dari proses sebelumnya yakni dari siswa diberi tahu menjajdi siswa mencari tahu.9 Selain itu, standar proses yang semula terfokus pada ekplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati, menanya mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Sehingga tercipta proses yang terpusat pada siswa. 5 Yulia Maftuhah Hidayati, Analisis Proses Pembelajaran Matematika di SMA Negeri Surakarta (Penelitian dilaksanakan di Kelas X SMA Negeri 1 Surakarta dan SMA Negeri 4 Surakarta), Tesis, Surakarta, Program Pascasarjana Prodi Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret, 2009, dalam Https://core.ac.uk (diakses tanggal 12 April 2016), hal. 18. 6 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru Algesindo, 2013, hal 28. 7 Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Sistem Penelaian KTSP Panduan penyelenggaraan Pembelajaran tuntas (Mastery Learning), Jakarta, 2008, Hal 1. 8 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2014., hal. 42. 9 Ibid., hal. 66.

3 Dalam hal ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa sebagaimana proses yang terjadi selama ini,10 melainkan guru sebagai fasilitator serta mitra belajar bagi peserta didik.11 Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan manusia yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui sikap pengetahuan dan ketrampilan yang terintegrasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, guru dituntut untuk merancang yang efektif dan bermakna (menyenangkan). Melalui yang efektif dan bermakna, kompetensi dapat diterima dan tersimpan dengan baik, karena masuk otak dan membentuk karakter melalui proses yang logis dan sistematis.12 Agar lebih menarik, efektif serta bermakna (menyenangkan), guru harus dapat berfikir kreatif untuk menciptakan strategi yang tepat guna, sehingga siswa dapat memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar lebih aktif.13 Tak terkecuali dengan pada mata pelajaran Al-Qur an Hadis. Dimana, mata pelajaran Al-Qur an Hadis bertujuan agar peserta didik bergairah dalam membaca Al-Qur an dan Hadis dengan baik dan benar, serta mempelajari, memahami, meyakini kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai yang terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya. Untuk itu, kreativitas guru dalam menciptakan suasana belajar yang menarik, efektif dan bermakna sangat penting. Dalam pelaksanaan di kelas, guru juga dianjurkan untuk menggunakan pendekatan. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pada Kurikulum 2013, diantaranya pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual atau yang sering disebut CTL (Contextual Teaching and Learning), merupakan salah satu model pendekatan yang 10 M. Fadlilah, Implementasi Kurikulum 2013 dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 32. 11 Mulyasa, Op. Cit., hal. 42. 12 Ibid., hal. 99 dan 103. 13 Ibid., hal. 104.

4 menekankan pada keterkaitan antara materi dengan kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-harinya.14 Dalam kaitannya kontekstual dengan mata pelajaran AlQur an Hadits, diharapkan peserta didik mampu mengkaitkan ayat-ayat AlQur an serta Hadits Nabi dengan kehidupan dan fenomena yang terjadi di lingkungan peserta didik.15 Dengan ini, diharapkan peserta didik akan lebih aktif dalam mencari serta mengolah informasi terkait, sehingga tidak lagi didominasi oleh peran guru (Teacher Centre), melainkan didominasi oleh peserta didik (Student Centre). Selain menggunakan pendekatan kontekstual (CTL), seorang pendidik juga dapat menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan proses yang efektif dan menyenangkan, di antaranya parsitipatif, belajar tuntas, dan kontruktivisme.16 Dengan beberapa pendekatan ini, peserta didik akan lebih memahami hakikat, makna dan manfaat belajar.17 Melalui Kurikulum 2013, diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan yang harus dikelola dan direncanakan secara sistematis.18 Serta mampu mengintegrasikan dengan keadaan nyata atau kehidupan nyata dan relevan yang dialamai peserta didik (contextual teaching and learning). Selain itu, Kurikulum 2013 melatih kreativitas pendidik dalam menciptakan suasana yang menarik, efektif, serta bermakna. Namun, hingga saat ini masih jarang instansi sekolah yang menerapkan proses yang efektif dan bermakna. Bahkan penggunaan Kurikulum 2013 pada beberapa tingkat madrasah masih belum efektif. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya madrasah yang menggunakan 14 Ibid., hal. 109-110. Ibid., hal. 110. 16 Ibid., hal. 109. 17 Ibid., hal. 110. 18 Ibid., hal. 108. 15

5 Kurikulum 2013 dalam proses nya. Baik dari segi rencana hingga pada tahap evaluasi. Hal ini karena kurangnya sosialisasi kurikulum yang dilakukan Hal yang sama juga terjadi di Jepara. Dimana hanya beberapa madrasah yang menggunakan Kurikulum 2013 dalam program pendidikannya. Salah satu madrasah yang menerapkan Kurikulum 2013 adalah Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara. Berangkat dari fenomena tersebut yang melatar belakangi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian Analisis Proses Pembelajaran Al-Qur an Hadits Kurikulum 2013 di Kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Ajaran 2016/2017 B. Fokus Penelitian Fokus penelitian yang dimaksud dalam penelitian kualitatif adalah gejala suatu obyek itu bersifat Holistic (menyeluruh, tidak dapat dipisahpisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.19 Selanjutnya, agar permasalahan yang dikaji dapat terarah terfokus serta tidak terjadi penyimpangan terhadap apa yang menjadi tujuan dilaksanakannya penelitian, maka dalam penelitian ini difokuskan pada Analisis Proses Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada Kurikulum 2013 di Kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. Namun disini penelitian difokuskan hanya pada rencana hingga proses. Sedangkan penelitian tidak sampai pada evaluasi, karena proses evaluasi pada Kurikulum 2013 dianggap terlalu rumit, sehingga beberapa sekolah 19 hal. 207. hanya menerapkan Kurikulum 2013 sampai pada proses Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, 2007,

6, sedangkan evaluasi masih menggunakan Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Keberhasilan pencapaian kompetensi peserta didik dapat melalui proses. Proses yang baik serta sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dapat menjadi acuan untuk pencapaian kompetensi peserta didik baik kompetensi spiritual, sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi ketrampilan. Oleh karena itu disini penulis mencoba mengkaji proses Al-Qur an Hadis pada Kurikulum 2013 di Kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. C. Rumusan Masalah Dari pemaparan latar belakang masalah di atas, maka masalah penelitian yang akan diteliti penulis dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses Al-Qur an Hadits pada Kurikulum 2013 di kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Ajaran 2016/2017? 2. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Al-Qur an Hadits Kurikulum 2013 di Kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun Ajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini diantaranya: 1. Untuk mengkaji dan menganalisis proses Al-Qur an Hadits pada Kurikulum 2013 di kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan Al-Qur an Hadits Kurikulum 2013 di Kelas X Madrasah Aliyah Mathalibul Huda Mlonggo Jepara tahun Ajaran 2016/2017.

7 E. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini meliputi dua hal, di antaranya: 1. Manfaat teoretis a. Memberikan wawasan dan pengetahuan tentang proses dengan menggunakan Kurikulum 2013 b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya 2. Manfaat praktis a. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk lebih mengembangkan dengan menggunakan Kurikulum 2013. b. Bagi guru, penelitian ini juga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan kreativitas guru dalam proses.