BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Hal ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I. I PENDAHULUAN

PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada perbaikan sistem pendidikan.. Usaha tersebut mesti. dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter, yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

Latar Belakang Otonomi daerah; Desentralisasi; Multikultural; Pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekh

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan intelektual dan moralitas yang tinggi. manusia yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BABI PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan. sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

MENGINTEGRASIKAN MUATAN LOKAL DALAM KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH DASAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR DINIYAH TAKMILIYYAH AWALIYYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebuah salah satu upaya dalam mencerdaskan. kehidupan bangsa. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Pendidikan harus

BAB I PENDAHULUAN. belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, bertanggung

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan Undang-undang RI.No. 20 Tahun

Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan kajian awal yang memberi pengantar tentang penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan kepribadian dan akhlak mulia. Menurut Undang-Undang. mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN KTSP. A. Rasional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang saling mempengaruhi, misalnya persoalan administrasi,

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan telah diatur

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mengaktualisasikan atau menggali segenap potensi yang dibawanya sejak lahir. Abu Ahmadi

PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2004, Hlm 3. 2 T. Syafaria, Interpersonal Intellegense, Metode Pengembangan Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia (human resources development) untuk

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan dan teknologi serta mampu bersaing pada era global ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana yang efektif dalam pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentang dirinya sendiri, dan tentang dunia dimana mereka hidup.

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang besar dalam pola hidup manusia serta penentu kinerja suatu

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

BAB I PENDAHULUAN. umumnya, kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

2015 KONTRIBUSI PROGRAM PEMBINAAN KESISWAAN TERHADAP PEMENUHAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

2015 MANFAAT PEMBELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENUMBUHAN SIKAP WIRAUSAHA SISWA SMAN 1 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya adalah usaha yang dilakukan untuk membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada pasal 3 dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk manusia Indonesia yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar manjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, capak, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.. 1 Pendidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum tertulis yang tersusun secara sistimatis, jelas dan rinci. Dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan dan penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian kurikulum tersebut. 2 Kurikulum merupakan elemen strategi dalam program layanan kependidikan. Saat ini pemerintah telah mewajibkan bagi setiap lembaga pendidikan formal baik berstatus negeri maupun swasta menetapkan 1 Redaksi Sinar Grafika, Permendiknas 2006 Tentang SI&SKL, Jakarta, SinarGrafika, 2006,hlm. 3. 2 Asep Herry Hermawan dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka 2008),hlm.1

2 kurikulum sekolah untuk satu tahun pelajaran. Kurikulum juga sebagai acuan bagi segenap pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program pendidikan. Jika perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum baik sebagaimana mestinya, akan menghasilkan produk pendidikan yang baik. Sebaliknya, jika perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum kurang baik tidak akan membuahkan proses dan hasil pendidikan yang baik. Pengembangan kurikulum merupakan kegiatan sistematis dan terencana yang terdiri atas kegiatan pengembangan ide kurikulum, dokumen kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Keempat dimensi pengembangan kurikulum ini saling terkait dan erupakan satu kesatuan keseluruhan proses pengembangan. Sebagai bagian dari pengembangan kurikulum, evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak awal pengembangan ide kurikulum, pengembangan dokumen, implementasi, dan sampai kepada saat dimana hasil kurikulum sudah memiliki dampak di masyarakat. Hubungan antara kurikulum sebagai rancangan pelaksanaan pendidikan, dengan proses dan hasil pendidikan berdasarkan kurikulum sebagai aksi atau produk tidak bersifat linear. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, antara lain : 1. Proses perencanaan, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3 2. Kesanggupan semua pihak di dalam lembaga pendidikan dalam mempertanggung jawabkan berbagai keputusan yang diambil, baik secara keilmuan, moral, sosial, dan praktikal. 3. Kemampuannya dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, baik oleh peserta didik sendiri maupun Oleh masyarakat dan sistem sosial. 3 Secara umum tujuan program pendidikan muatan lokal adalah mempersiapkan murid agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungannya serta sikap dan perilaku bersedia melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam,kualitas sosial, dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional maupun pembangunan setempat. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang memiliki keanekaragaman multikultur (adat istiadat, tatacara, bahasa, kesenian, kerajinan, keterampilan daerah, dan lain-lain). Hal ini merupakan ciri khas yang memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa indonesia. oleh karena itu keanekaragaman tersebut harus selalu dilestarikan dan dikembangkan dengan tetap mempertahankan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia melalui upaya pendidikan. Penyusunan kurikulum pendidikan di sekolah seharusnya mengacu kepada nilai-nilai kebangsaan dan kehidupan bangsa Indonesia. 3 Ibid, hlm.16

4 Pengenalan keadaan lingkungan, sosial, dan budaya kepada peserta didik memungkinkan mereka untuk lebih mengakrabkan dengan lingkungannya. pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui kurikulum pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. 4 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik. 5 Penggunaan KTSP didasarkan pada Undang-Undang Otonomi daerah (Otoda), yakni UU no. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, yang kemudian disempurnakan melalui UU No. 32 tahun 2004 dan pelaksanaannya melalui PP No. 38 tahun 2007. Dampak lebih lanjut dari penerapan otonomi daerah tersebut adalah otonomi di bidang pendidikan. KTSP memberikan wewenang kepada daerah untuk mengembangkan sendiri kurikulum sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Dalam hal ini daerah yang dimaksud adalah sekolah sebagai unit terkecil dalam sistem Pendidikan Nasional. 4 Http://Makalah dan Skripsi, Blogspot.Com/2013/12/Kurikulum Muatan Lokal- Htmlg, hlm. 271-272. 5 Dachnel Kammars, Adminitrasi Pendidikan Teori Dan Praktek, (Padang: Univrsitas Putra Indonesia 2005), cet. Ke-2, hlm.185

5 1) Di dalam KTSP kurikulum yang dikembangkan meliputi tiga komponen, yaitu : 1) Mata Pelajaran, 2) Muatan Lokal, 3) Pengembangan diri. 6 Sekolah adalah tempat program dan pelaksanaan pendidikan yang merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas kepada peserta didik tentang kekhususan yang ada dilingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup hal tersebut, Salah satunya mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global. Kebijakan yang berkaitan dengan program muatan lokal dalam Standar Isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan. Pengenalan keadaan lingkungan alam, sosial dan budaya kepada peserta didik disekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab, dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya. Pengenalan dan pengembangan lingkungan melalui pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Sangat jelas bahwa kurikulum muatan lokal perlu dikembangkan secara maksimal. 6 Muhaimin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Sekolah Dan Madrasah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm.5

6 Substansi pendidikan muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran keterampilan bahasa (bahasa asing atau bahasa daerah), Teknologi Informasi, atau keterampilan tepat guna lainnya.agar pencapaian tujuan substansi pendidikan muatan lokal ini dapat tercapai secara maksimal, maka satuan pendidikan harus menetapkan muatan sebagai sebuah mata pelajaran yang komplek dan memiliki perencanaan serta pengawasan yang benar. Muatan lokal yang telah dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran harus ditetapkan standar kompetensi, kompetensi dasar serta indikator pencapaian dalam pelaksanaan pembelajaran. KTSP yang disusun oleh lembaga pendidikan secara umum harus mencantumkan rancangan pembelajaran pada mata pelajaran muatan lokal. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Hal ini tentunya disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan keadaan serta kebutuhan lingkungan daerah tersebut. Dalam satu tahun pelajaran, satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata pelajaran muatan lokal. 7 Penetapan KTSP di satuan pendidikan sebaiknya menyesuaikan dengan hal-hal penting atau ciri khasnya. Di sekolah yang berbasis umum akan menempatkan keterampilan umum sebagai muatan lokal. Namun, pada sekolah yang berbasis keagamaan seperti Madrasah Aliyah sebaiknya merancang pembelajaran muatan lokal yang berkaitan dengan umum dan Htmlg, hal. 271-272. 7 Http://Makalah dan Skripsi, Blogspot.Com/2013/12/Kurikulum Muatan Lokal-

7 keagamaan. Beberapa hal penting yang tercermin dalam pengembangan kurikulum muatan lokal di madrasah, yaitu : 1. Pencapaian visi dan misi dan tujuan madrasah. 2. Pengembangan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas, potensi daerah madrasah. 3. Menggambarkan secara rasional tentang pentingnya muatan Lokal tersebut bagi daya saing dan keunggulan madrasah. 4. Sumber daya yang ada di madrasah memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan muatan lokal tersebut. 5. Kejelasan rumusan SKL, SK dan KD dari muatan lokal yang dikembangkan. 6. Memaparkan silabus muatan lokal yang diselenggarakan. 7. Kejelasan model pelaksanaan dan penilaiannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa muatan lokal di sekolah atau madrasah bukan mata pelajaran tambahan untuk dilaksanakan, akan tetapi merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana mata pelajaran lainnya serta diberi penilaian yang tepat sebagai evaluasi pelaksanaan pembelajarannya. Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang bercorak Islam yang telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satauan Pendidikan (KTSP) termasuk didalamnya mata pelajaran muatan lokal. Dari beberapa kegiatan dan mata pelajaran

8 yang dilaksanakan Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan menetapkan pelajaran muatan lokal yakni : 1. Kelas X, 1. Semester satu Zikir sesudah sholat dengan silsilah baca Yasin 2. Semester dua Pidato dan ceramah 2. kelas XI, dan 1. Semester satu Bilal dan Khutbah jum at (putra) hapalan Asma ul Husna (putri) 2. Semester dua Tata cara penyelenggaraan Jenazah 3. Kelas XII, Adat Istiadat Luhak Kepenuhan. Adapun penomena yang ditemukan dilapangan, terkait pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan antara lain belum terlihat upaya-upaya inovatif untuk meningkatkan proses pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal, mata pelajaran muatan Lokal yang dilaksanakan merupakan lanjutan program yang telah ada, dan bahkan dikawatirkan guru-guru yang dan pimpinan sekolah memandang bahwa muatan lokal adalah mata pelajaran tambahan yang tidak begitu serius dalam menyelenggarakannya.. 8 Selain dari alasan tersebut, secara akademis penelitian ini juga menjadi masukan penting bagi waka kurikulum dan Kepala sekolah serta pihak yayasan MAS Kepenuhan untuk membuat kebijakan demi kemajuan pendidikan di sekolah tersebut. Untuk itu peneliti tertarik melakukan 8 Wawancara, dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran Muatan lokal Madrasah Aliyah. Swasta Kepenuhan 10 agustus 2013

9 penelitian dengan judul Pelaksanaan Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu. B. Identifikasi Masalah Dalam obeservasi langsung yang telah dilaksanakan terdapat beberapa fenomena yang berkaitan dengan pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal, antara lain : 1. Mengapa pelakasanaan pengembangan kurikulum muatan lokal Di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan belum tersusun secara sistematis? 2. Mengapa kurang variatif dalam metode pelaksanaan pembelajaran muatan lokal Di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan? 3. Apakah kemampuan tenaga pendidik dalam proses pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal Di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan sudah memadai dan sesuai dengan yang ditetapkan? 4. Bagaimana sarana dan prasarana yang dimiliki terkait dengan media pembelajaran, sumber belajar dan buku-buku penunjang untuk keperluan proses pelakasanaan pengembangan kurikulum muatan lokal Di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan? 5. Mengapa masih ada beberapa orang guru yang cenderung pasif dan kurang peduli terhadap pengembangan kurikulum muatan lokal? 6. Mengapa pimpinan Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan merasa bahwa Muatan lokal kurang begitu penting sehingga kurang serius penanganannya.

10 C. Batasan Masalah Batasan masalah dipaparkan agar penelitian ini lebih terarah. Selain itu, untuk mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki peneliti baik dari segi waktu dan biaya. Adapun batasan masalah yang akan dipaparkan oleh peneliti dalam tesis ini adalah bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Riau dan faktor-faktor mendukung dan penghambat. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah dalam penelitian ini, maka ditentukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu? E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut : a. Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal Di di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Riau?

11 b. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal Di di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu Riau? 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan bagi berbagai pihak yakni : a. Bagi sekolah Sebagai masukan untuk penetapan model Pengembangan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kondisi sekolah setempat bahan dan acuan dalam rangka pengembangan kurikulum muatan lokal yang digunakan di madrasah aliyah tersebut b. Bagi guru : Sebagai literatur dalam membuat program pembelajaran muatan lokal agar lebih terarah Memberikan pemahaman tentang pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Memotivasi guru agar tercipta proses pembelajaran muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan lebih aktiv, kreatif, efektif dan efisien. c. Sebagai penyempurna ilmu pengetahuan dalam melakukan dan menerapkan pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Bagi siswa :

12 Memberikan stimulus agar siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran kurikulum muatan lokal. Membekali siswa dengan pengetahuan, keterampilan, sikap hidup dan menghapus kesenjangan dalam belajar ataupun lingkungannya. d. Bagi peneliti Memberikan data dan informasi tentang kurikulum dan pengembangannya di satuan pendidikan Memberikan pemahaman dan pengetahuan dalam pengembangan kurikulum sehingga mampu melaksanakan dan menjalankannya sebagai tanggungjawab setelah memperoleh gelar magister kelak. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar M.Pd.I pada program pascasarjana di UIN Suska pekanbaru Riau. F. Penegasan Istilah 1. Pelaksanaan Menurut kamus Bahasa Indonesia pelaksanaan adalah proses, cara perbuatan melaksanakan (rancangan keputusan dan sebagainya). Pelaksanaan ini bersinonim dengan kata Implementasi, artinya adalah suatu proses dan kegiatan pembelajaran untuk mewujudkan ide, tujuan, karakteristik dan rancangan kurikulum menjadi pengalaman peserta didik.

13 2. Pengembangan kurikulum Pengembangan adalah : proses yang biasanya direncanakan dan dilaksanakan dengan baik secara sistematis sehingga memperoleh hasil. Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003 kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar. 9 Menurut Harold B. Alberty kurikulum ialah sejumlah mata pelajaran dan pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa serta mempengaruhi perkembangan pribadinya dibawah tanggung jawab sekolah 10 Dari penelusuran konsep pada dasarnya kurikulum memiliki tiga dimensi pengertian, yakni Pertama kurikulum sebagai Mata Pelajaran artinya setiap peserta didik harus menguasai isi atau materi pelajaran sebagai proses akhir pendidikan, kedua kurikulum sebagai Pengalaman Belajar artinya disamping kurikulum sebagai mata pelajaran juga merupakan proses perubahan perilaku setelah siswa memiliki pengalaman belajar selama dalam lingkungan sekolah dan ketiga kurikulum sebagai Perencanaan Program, yakni kurikulum memiliki tujuan yang harus dicapai, isi, materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan peserta didik, maksud dari penelitian ini adalah bagaimana Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal, meliputi perencanaan, 9 Wina Sanjaya, kurikulum dan pembelajaran teori dan praktek pengembangan kurikulum tingkat satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Prenada Media Group, 2008) hlm.8 10 Asep Herry Hermawan dkk, op. cit.1.3

14 pelaksanaan dan evaluasi terhadap muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pengembangan kurikulum ialah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik 11 adapun yang penulis maksud Pengembangan kurikulum muatan lokal disini adalah kurikulum muatan lokal sebagai mata pelajaran. Pihak-pihak yang secara terus menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah administrator, guru, dan orang tua. 12 Penelitian ini menekankan pada Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal yang dilakukan di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya 1. Muatan Lokal Menurut Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dengan nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, yang dimaksud dengan kurikulum muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid didaerah tersebut. 13 11 Ahmad, dkk.. Pengembangan kurikulum. Bandung:Pustaka setia, 1998, hal.105 12 Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum teori dan praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2007), hlm 155 13 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta:Rineka Cipta, 2004), hlm. 102

15 Maksud dalam penelitian ini adalah kurikulum sebagai Mata Pelajaran dimana pengembangan yang dilakukan pada mata pelajaran muatan lokal hendaknya dapat mengakrabkan peserta didik dengan lingkungan dan sebagai ciri khas suatu daerah serta menggali potensipotensi yang dimiliki peserta didik dan mampu memenuhi dunia kerja. G. Penelitian yang Relevan Kajian Pengembangan kurikulum muatan lokal di program Pasca Sarjana UIN Suska Pekanbaru, sepanjang penelusuran penulis belum ditemukan. Namun kajian tentang pembelajaran dan implementasi kurikulum di lembaga Pendidikan sudah banyak dilakukan. Adapun kajian yang relevan dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya : 1) tesis yang ditulis oleh M.Iqbal dengan judul Desentralisasi Pendidikan (studi Konsepsi dan Implikasi Pengembangan Kurikulum Pendidikan di Era Otonomi daerah), tahun 2003. fokus kajian Penelitian ini adalah Pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintahn lokal atau kepada dewan sekolah sebagai pengembang kurikulum. 3) Tesis yang ditulis Astri Eka (2010) yang berjudul Manajemen Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), studi analisis tentang pengembangan Silabus dan system Penilaian di Madrasah Tsanawiyah Negeri kota Tengah Kecamatan Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu, hasilnya menunjukka bahwa Pengembangan Kurikulum yang dilakukan memerlukan peranserta KepalaMadrasahdan

16 proaktifguru serta saran dan lingkungan yang saling bersinergi untuk megembangkan kurikulum dalam silabus, sistem Penilaian dan RPP. 4) tesis yang ditulis oleh Rauzana tahun 2011 yang berjudul Implementasi Pembelajaran Muatan Lokal di Madrasah Aliyah Jauhar Duri Riau, fokus kajian ini adalah Muatan lokal bidang kaligrafi dan Muhadaroh. H. Sistematika Penulisan Laporan tentang hasil penlitian akan disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut : Bab I Merupakan Pendahuluan, meliputi latar belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, Penegasan istilah, Penelitian yang Relevan dan Sistimatika Penulisan. Ban II Membahas tentang kajian teoretis tentang Pengembangan Kurikulum, Muatan lokal. Bab III Memuat tentang metode penelitian terdiri dari metode dan desain penelitian, subjek penelitian, prosedur penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis data. Bab IV Hasil penelitian yang terdiri dari temuan umum di lapangan meliputi deskirpsi tentang di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan visi isi dantujuan Pendidikan, deskripsi guru, karyawan dan siswa serta struktur organisasi. Kemudian temuan khusus meliputi Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal dan faktor-

17 faktor pendukung dan penghambat dalam Pelaksanaan Pengembangan kurikulum muatan lokal di Madrasah Aliyah Swasta Kepenuhan Kabupaten Rokan Hulu serta pembahasan. Bab V Berisikan tentang kesimpulan, implikasi penelitian, saran, dan daftar kepustakaan serta lampiran-lampiran.