PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Muhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!

TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

OPTIMALISASI PENELUSURAN HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN 1 Yenti Garnasih 2

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

I. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003

Perpustakaan LAFAI

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Oleh : PROF.DR.H.M. SAID KARIM, SH. MH. M.Si. CLA

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)

KUASA HUKUM Adardam Achyar, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Agustus 2014.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 25 TAHUN 2003 (25/2003) TENTANG

I. PENDAHULUAN. meningkatkan risiko karena dengan semakin beragamnya instrumen/produk keuangan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kuasa Hukum Antonius Sujata, S.H., M.H., dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 29 Mei 2017

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Mutual Legal Assistance. Trisno Raharjo

BAB I PENDAHULUAN. adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T

BAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.

Tabel Periode Pengaturan Pendanaan Terorisme

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG ANDRI HELMI M, SE., MM HUKUM BISNIS

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesepuluh, Penelusuran Aset Penelusuran Aset. Modul E-Learning 3

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK

STRATEGI ASSET TRACING

UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA [LN 2009/140, TLN 5059]

PUSDIKLAT KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA (MONEY LAUNDERING)

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Modul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kelima, Penyidikan Oleh Badan Narkotika Nasional (BNN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Putu Kartika Sastra Gde Made Swardhana Ida Bagus Surya Darmajaya. Bagian Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana

MENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA. Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I

BAB II AKIBAT HUKUM SETORAN MODAL PERSEROAN TERBATAS YANG TERBUKTI BERASAL DARI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Dewasa ini perlawanan terhadap kegiatan pencucian uang ( money loundering)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pencucian uang atau money laundering pertama kalinya dipakai sebagai

REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

BAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

Indonesian Legal Roundtable. Refki Saputra

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB II TINDAK PIDANA DI BIDANG PERBANKAN DALAM BERBAGAI PERATURAN. A. Pengaturan dan Jenis-jenis Tindak Pidana Di Bidang Perbankan

2013, No.50 2 Mengingat c. bahwa Indonesia yang telah meratifikasi International Convention for the Suppression of the Financing of Terrorism, 1999 (K

PEMULIHAN ASSET DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI UNIVERSITAS ATMAJAYA JOGJAKARTA, KAMIS, 28 SEPTEMBER 2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG TIM GABUNGAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

PUTUSAN Nomor 77/PUU-XII/2014 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang

BAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang

Kapita Selekta: Multidoor Approach & Corporate Criminal Liability dalam Kasus Pidana Perikanan

PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG - UNDANG TENTANG PERAMPASAN ASET * Oleh : Dr. Ramelan, SH.MH

BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)

Governance Brief. Menggunakan UU Tindak Pidana Pencucian Uang Menjerat Aktor Intelektual Illegal Logging

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG

RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA

Asset Tracing & Asset Recovery dalam TPK & TPPU. Disampaikan Oleh: Abdul Basir. Medan, 5 Oktober 2017

USU Law Journal, Vol.4.No.1 (Januari 2016) 14-25

SELUK BELUK PENGATURAN RAHASIA BANK SYARIAH. Rusdan Fakultas Ekonomi Islam IAI Nurul Hakim Kediri Lombok Barat

BAB II KETENTUAN HUKUM PIDANA MENGENAI TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM MENJERAT PELAKU TINDAK PIDANA UNTUK UPAYA MENGURANGI PELAKU TINDAK PIDANA

Transkripsi:

PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG Oleh : Yenti Garnasih ABSTRAK Perkara kejahatan perbankan yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil kejahatan tersebut bisa dirampas dengan menggunakan ketentuan tindak pidana pencucian. Sejak tahun 2002 kita telah mempunyai ketentuan anti pencucian uang yang salah satunya dan terpenting bagi Indonesia, bisa digunakan untuk merampas hasil kejahatan dan sekaligus memidana siapapun yang menikmati hasil kejahatan tersebut. Kata Kunci: Kejahatan Aliran Dana Perbankan, Korupsi, Pencucian Uang A. Pendahuluan Berbicara tentang penanganan kejahatan aliran dana perbankan dan korupsi maka kita akan berbicara juga tentang penerapan kententuan anti pencucian uang (Undang Undang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang/ UUTPPU), karena kejahatan di bidang perbankan adalah kejahatan asal {predicate offense) dalam UU TPPU. Sejak dikriminalisasi pencucian uang sebagai tindak pidana tahun 2002, maka scharusnya bila kejahatan asal (predicate offence) dalam UUTPPU (Pasal 2 ayat (1) terjadi, harus dikaitkan dengan Pengajar FH Universitas Trisakti, Pascasarjana Hukum Universitas Trisakti, Program Magister Ilmu Hukum Unbari. 22

UU TPPU sepanjang aliran dana hasil kejahatan tersebut telah mengalir kemanapun. Penerapan UU TPPU tersebut sebagai upaya pengoptimalan penegakan (pemberantasa n) kejahatan asal dengan cara menelusuri aliran dana terkait dengan predicate offence, menyitanya sekaligus memidana juga siapapun yang menerima aliran hasil kejahatan tersebut. Selain itu setelah ada Undang Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, penyidik terhadap TPPU diperluas dari yang tadinya hanya oleh kepolisian saja menjadi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan, Badan Nasional Narkotika (BNN), Bea Cukai dan Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Terkait dengan tulisan ini akan diulas tentang kinerja KPK, Kepolisian dan Kejaksaan dalam penanganan korupsi dan pencucian uang dalam "perkara kejahatan perbankan", terutama terkait aliran dana bailout Bank Century, BLBI, Korupsi Bank Mandiri, ECW Neloe. Tiga perkara tersebut masih terus dikejar penuntasannya, dan nampaknya memang banyak menghadapi rintangan dalam penyelesaiannya, mulai dari penetapan tersangka, penyidikan bahkan pelaksanaan putusan dan yang paling penting adalah gagalnya Kejaksaan Agung melakukan penyitaan atas aliran dana hasil kejahatan tersebut yang berada di luar negeri sebagai bentuk pencucian uangnya. Bahkan ketika telah dilakukan kerjasama {Mutual Legal 23

Asistance) antara Indonesia dan Swiss untuk upaya penyitaan, yang tadinya pada tahun 2011 Jaksa Federal memerintahkan pemblokiran atas rekening terpidana namun belakangan ternyata blokir telah dibuka kembali sebelum "penyitaan" dilakukan? B. Tindak Pidana Pencucian Uang dalam kejahatan perbankan/korupsi. Terkait perkara kejahatan perbankan atau korupsi di atas yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil kejahatan tersebut bisa dirampas dengan menggunakan ketentuan tindak pidana pencucian. Sejak tahun 2002 kita telah mempunyai ketentuan anti pencucian uang yang salah satunya dan terpenting bagi Indonesia, bisa digunakan untuk merampas hasil kejahatan dan sekaligus memidana siapapun yang menikmati hasil kejahatan tersebut. Dalam tindak pidana pencucian uang harus didahului adanya tindak pidana asalnya dalam hal ini kejahatan yang menghasilkan uang (tindak pidana ekonomi) dan selanjutnya hasil kejahatan tersebut dimanfaatkan atau dialirkan atau disembunyikan atau dilakukan perbuatan apapun atas hasil kejahatan asal untuk tujuan menyembunyikan, menyamarkan hasil kejahatan itu sehingga aman dari jeratan hukum. 24

Seharusnya para penegak hukum memahami arti penting menerapkan anti pencucian uang, ketika menerapkan atau menangani dugaan tindak pidana yang bermotif finansial, agar hasil dari pengungkapan kejahatan bukan saja hanya pada pelaku kejahatan utama dan memenjarakannya, tetapi bagaimana cara penelusuri aliran dana hasil kejahatan yang digunakan atau dimanfaatkan serta memidana juga semua orang yang menikmati hasil kejahatan. Namun dalam hal penerapannnya memang diperlukan suatu strategi penyidikan, penuntutan bahkan penbuktian yang agak lain dibanding dengan penanganan kejahatan secara terpisah atau tidak dibarengkan dengan penerapan anti pencucian uang, maka dalam hal ini yang paling penting adalah bahwa dakwaan harus komulatif, pendalaman penyidikan sangat mendalam untuk menelusuri hasil kejahatannya, ada peranan PPATK yang bisa menganalisis adanya rekening yang mencurigakan yang dilaporkan bank, dana reksa, kantor pos, asuransi, money changer, real estate, dealer mobil dan lainlain. Pengertian Pencucian uang. Secara umum pencucian uang diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan untuk merubah hasil kejahatan seperti dari korupsi, kejahatan narkotika, peijudian, penyelundupan, dan kejahatan serius lainnya, sehingga hasil kejahatan tersebut menjadi nampak seperti hasil dari kegiatan yang sah 25

karena asal-usulnya sudah disamarkan atau disembunyikan. Motivasi untuk mencuci uang hasil kejahatan paling tidak karena ada beberapa kekhawatiran para pelaku akan berhadapan dengan petugas pajak, penuntutan penegak hukum atau bahkan juga hasil kejahatan itu akan disita. Anti pencucian uang sebagai strategi pengungkapan kejahatan ekonomi. Tindak pidana pencucian uang sebagai strategi untuk menjebak para pelaku, tidak lagi dari hulu (menangkap karena dugaan tindak pidana korupsi) tetapi dari hilirnya (menangkap dari dugaan pencucian uang). Strategi tersebut untuk menghalangi para penjahat dalam menikmati hasil kejahatannya, selain juga karena menangkap pelaku kejahatan termasuk koruptor tidaklah mudah. Pertanyaan berikutnya mengapa pencucian uang membahayakan baik secara nasional maupun internasional? Pencucian uang merupakan sarana bagi pelaku kejahatan untuk melegalkan uang hasil kejahatan dalam rangka menghilangkan jejak. Selain itu jumlah uang yang dicuci ternyata sangat besar, dan menimbulkan kerugian yang sangat besar. Bahaya selanjutnya pencucian uang membuat para pelaku kejahatan terutama organized crime untuk mengembangkan jaringan dengan uang yang telah dicuci tersebut. Selain itu membuat para pelaku kejahatan seperti korupsi, narkotika, kejahatan 26

perbankan leluasa menggunakannya dan dengan demikian kejahatan-kejahatan tersebut akan semakin marak. Pada akhirnya bahaya dan kerugian secara internasional maupun nasional akan semakin meningkat manakala para pelaku menggunakan cara-cara yang sangat canggih {sophisticated crimes) dengan memanfaatkan sarana perbankan ataupun non perbankan yang juga menggunakan teknologi tinggi (cyber laundering). Ketentuan anti pencucian uang yang berlaku sekarang adalah UU No. 8 Tahun 2010 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang berlaku sejak 23 Oktober 2010, ketentuan ini mencabut Undang Undang sebelumnya yaitu Undang Undang N0.25 Tahun 2003. Namun demikian mengingat akan banyak kasus yang tempos delictinya sebelum Oktober 2010 maka akan saya uraikan juga pasal-pasal tindak pidana pencucian uang yang berlaku Tahun 2003. Berkaitan dengan ada kemungkinan kasus pencucian uang yang tempos delikcinya sebelum Oktober Tahun 2010 maka berarti harus menggunakan Undang Undang N0.25 Tahun 2003, untuk itu saya akan memaparkan juga ketentuan dalam Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) Pasal 3 dan 6. Pasal 3: (1) Setiap orang yang dengan sengaja: a. menempatkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan 27

hasil tindak pidana kedalam penyedia jasa keuangan, baik atas nama sendiri atau atas nama pihak lain; b. mentransfer harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dari suatu penyedia jasa keuangan ke penyedia jasa keuangan yang lain baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain; c. membayarkan atau membelanjakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas namanya maupun atas nama pihak lain; d. menghibahkan atau menyumbangkan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana baik atas namanya sendiri maupun atas nama pihak lain; e. menitipkan harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana baik atas namanya maupun atas nama pihak lain; f. membawa keluar negeri harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana; atau g. menukarkan atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya; dengan maksud untuk menyembunyikan atau menyemarkan asal usul harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana karena tindak pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp. 100 jut a dan paling banyak Rp. 15. milyar. 28

Pasal 6 (1) Setiap orangyang menerima atau menguasai: a. penempatan; b. pentransferan; c. pembayaran; d. hibah ; e. sumbangan; f. penitipan; atau g. penukaran, harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan denda paling sedikit Rp. 100 juta dan paling banyak Rp. 15 milyar. Sedangkan dalam Undang-undang No 8 Tahun 2010 tindak pidana pencucian uang di atur dalam Pasal 3,4 dan 5. Pasal 3: Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat ( 1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Pasal 4: Setiap Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, 29

pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). Pasal 5: (1) Setiap Orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) ta hun dan denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi Pihak Pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. No money laundering without predice offence Dalam tindak pidana pencucian uang terdapat karakteristik khusus yang membedakan dengan tindak pidana yang lain yaitu bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan follow up crime, sedangkan hasil kejahatan yang diproses pencucian uang disebut sebagai core crimes atau predicate offence atau ada yang menyebut sebagai unlawful activity. Maka sebenarnya harus dipahami suatu prinsip 30

bahwa tidak mungkin ada pencucian uang tanpa terjadi predicate offence. Predicate offence adalah Pemanfaatan yang hasilnya dilakukan atau diproses pencucian uang, yang dalam UUTPPU diatur dalam Pasal 2 yaitu terdiri dari 23 jenis kejahatan dan ditambah semua kejahatan yang ancaman pidananya 4 tahun keatas. Berkaitan dengan prinsip tersebut maka bila ada perkara tindak pidana pencucian uang yang mengikuti kejahatan asalnya mengandung arti keduanya harus dibuktikan, tidak tepat bahwa kejahatan asal tidak dibuktikan sebagaimana tercantum dalam Pasal 69 yang isinya adalah bahwa "untuk dilakukan penyidikan, penyuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya." Seharusnya hanya untuk proses penyidikan terhadap sangkaan terjadinya tindak pidana pencucian uang tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya, tetapi untuk tahap penuntutan dan pemeriksaan di pengadilan harus dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Untuk menyangkakan seseorang melakukan tidak pidana pencucian uang boleh hanya dengan "dugaan" artinya tidak pidana asalnya belum dibuktikan, tetapi ketika negara akan memidana seseorang tidak boleh hanya berdasarkan dugaan saja, maka seharusnya kejahatan asal harus dibuktikan terlebih dahulu adanya kejahatan asal, hanya 31

antara kejahatan asal dan pencucian uang didakwakan dalam satu syrat dakwaan. Dalam proses penyidikan seharusnya akan ditemukan bukti tentang dari mana harta kekayaan yang disangkakan terkait dengan atau sebagai hasil kejahatan asal. Artinya dari proses ini penyidik akan menemukan bukti adanya kejahatan asal dan atas hasil kejahatan asal itu dikaitkan dengan dengan perbuatan pencucian uang apakah itu Pasal 3, pasal 4 atau Pasal 5. Jadi dalam penuntutan dan pemeriksaan pengadilan sudah harus ada bukti adanya kejahatan asal dan akan dibuktikan bersama-sama dengan tindak pidana pencucian uangnya. Adanya bukti tentang kejahatan asal yang telah disiapkan penyidik dan kemudian dibuktikan oleh Jaksa Penuntut Umum di persidangan ini penting, karena bagaimana mungkin bisa membuktikan bahwa tindak pidana pencucian uang sebagaimana tercantum dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 terbukti kalau salah satu bagian dari inti delikjbestandelen tidak dibuktikan, yang dalam hal ini adalah bahwa" harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga berasal dari tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Artinya kejahatan asal sebagai salah satu unsur TPPU harus dibuktikan, karena kalau salah satu unsur tidak terbukti maka harus bebas, sehingga harus dicari bukti tentang tindak pidana asalnya, kalau tidak malah bisa lolos tindak pidana pencucian uangnya. Dengan demikian 32

harus ada bukti bahwa harta kekayaan memang berasal dari salah satu tindak pidana asal yang diatur dalam pasal 2 ayat (1), dan harus disebutkan kejahatan mana yang terkait dengan tindak pidana pencucian uang. Pemahaman ini penting berkaitan dengan prinsip no money laundering without predicate offence. Kejahatan sebagaimana disebut dalam pasal 2 ayat (1) sebagai kejahatan {predicate offence) dan money laundering atau TPPU sebagai follow up crime, dan predicate offence maupun money laundering harus dibuktikan bersamaan dalam satu persidangan. Dalam hal ini terjadi concoursus realis dan didakwakan dengan susunan secara komulatif. Seharusnya ketentuan Pasal 69 hanya untuk pemeriksaan di penyidikan saja yang tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu kejahatan asalnya, sedangkan untuk penuntutan apalagi untuk pemidanaan harus dibuktikan kejahatan asalnya. Hal itu seperti yang pemah di atur pada penjelasan Pasal 3 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah Dengan UU No.3 tahun 2003. C. Penutup. Terhadap ketiga kejahatan yang berkaitan dengan pengucuran dana bail out ataupun bentuk lain atas adanya aliran dana bank yang digulirkan pada seseorang dan 33

ternyata kemudian macet maka harus tetap dituntaskan sepanjang masih belum daluwarsa. Penting juga dilakukan pemikiran apakah tepat kalau setiap kejahatan yang berdimensi adanya kerugian negara harus menggunakan ketentuan anti korupsi, sementara kita pemah mengalami kegagalan dalam upaya perampasannya di luar negeri karena masalah double criminality., ketika kejahatan perbankan di berbagai negara tidak serta merta dikaitkan dengan UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya terhadap kejahatan perbankan ( korupsi Century) dan kredit macet Bank Mandiri dan kejahatan BLBI sebisa mungkin dikaitkan dengan anti pencucian uang untuk mengoptimalkan upaya pengembalian uang negara tersebut. Pada akhirnya dalam penerapan hukum harus selalu bertujuan untuk agar konsepkonsep hukum pidana dan penegakannya diarahkan pada pengembangan scientific justice, scientific treatment of offender dalam rangka mewujudkan precise justice. 34