KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

dokumen-dokumen yang mirip
Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Faktor hirarki inilah yang tidak memungkinkan pengujian materil peraturan desa tidak BAB IV PENUTUP

PELAKSANAAN FUNGSI PENGAWASAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) TERHADAP KINERJA KEPALA DESA DI DESA ANTAP KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG LAPORAN KEPALA DESA

Poerwadarminta W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, h.741.

PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA DENPASAR TERHADAP PENJABARAN PERATURAN KEPALA DAERAH TENTANG APBD

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

KESEPAKATAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) MELALUI PERJANJIAN BERSAMA DITINJAU DARI ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN

MEMBANGUN DAN MEMBERDAYAKAN DESA MELALUI UNDANG-UNDANG DESA Oleh : Mardisontori, LLM *

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERANAN DESA PAKRAMAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI PEMERINTAHAN DESA

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Ni Made Ayu Tresnasanti I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA MENTERI DALAM NEGERI,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG MUSYAWARAH DESA

BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA

PENGATURAN PENYUSUNAN DATABASE PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PADA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT KECAMATAN... DESA...

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes) TAHUN

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DAERAH SEBAGAI BENTUK TRANSPARANSI PEMERINTAH DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN SIAK KECAMATAN BUNGARAYA DESA BUNGARAYA

KEDUDUKAN KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA SEBAGAI LEMBAGA NEGARA INDEPENDEN DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam Bab ini dirikan kesimpulan dan rekomendasi yang dirumuskan dari

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KERJA SAMA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PENGATURAN KEWENANGAN DESA DALAM PENGELOLAAN PARIWISATA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DESA

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MENGAWASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DESA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 01 TAHUN 2008 T E N T A N G BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 7/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

KEPALA DESA BANJAR KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DESA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

FUNGSI NASKAH AKADEMIK DALAM PERANCANGAN PERATURAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NO 12 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2007 SERI E =============================================================

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN ANGGOTA BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERIODE DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan peraturan yang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

AKIBAT HUKUM KEPAILITAN SUAMI/ISTRI TERHADAP HARTA BERSAMA SUAMI-ISTRI TANPA PERJANJIAN KAWIN. Oleh Putu Indi Apriyani I Wayan Parsa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Jurusan Ilmu Hukum ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP IKLAN YANG TIDAK MENGINFORMASIKAN BAHWA HARGA YANG DISAMPAIKAN DALAM IKLAN BELUM DITAMBAH DENGAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

KAJIAN YURIDIS PERKAWINAN DI BAWAH UMUR BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

h. 17. h.1. 4 Ibid, h C.S.T Kansil dan Christine S.T., 2008, Hukum Tata Negara Republik Indonesia (Pengertian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DESA, KEPALA DESA, BADAN PERMUSYAWARATAN DESA, DAN PERATURAN DESA

KEDUDUKAN SUAMI ISTRI TERHADAP HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM HAL TERJADI PERCERAIAN: PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG PERKAWINAN DAN HUKUM ADAT BALI

Transkripsi:

KEDUDUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA Oleh: Ni Wayan Ruslinawati I Ketut Sudantra Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT This paper aims to discussed position of Village Consultative Board in the administration of the village review from Art.No.6 of 2014 about Village. Methods used in this paper is normative research method by using the approach of lagislation and fact approach. The result of this reseacrh shows that position of Village Consutative Board in village government is parallel with head of village as village government. The Article does not separate the position of Village Consultative Board and Head of Village iin the hierarchical position, but the second village governance institutions such as its function respectively. Keyword: Village Consultative Board, Village Administration ABSTRAK Penulisan ini bertujuan membahas kedudukan Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ditinjau dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan Badan Permusyawaratan Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa adalah sejajar dengan kedudukan Kepala Desa selaku pemerintah desa. Undang-undang tidak memisahkan kedudukan Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam kedudukan yang hirarkis, melainkan menempatkan posisi kedua lembaga pemerintahan desa tersebut sesuai fungsinya masing-masing. Kata Kunci: Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintahan Desa BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Desa merupakan kesatuan wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri, 1 yang disebut Pemerintahan Desa. Dewasa ini 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Balai Pustaka, Edisi Kedua, Cet. VII, Jakarta,hlm.226. 1

landasan yuridis dari Pemerintahan Desa adalah Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (selanjutnya disebut UU Desa). Menurut Pasal 23 jo Pasal Pasal 25 UU Desa, penyelenggara Pemerintahan Desa adalah Pemerintah Desa, yaitu Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa. Di samping Pemerintah Desa, di Desa juga terdapat satu lembaga yang juga melaksanakan fungsi pemerintahan, yaitu Badan Permusyawaratan Desa (selanjutnya disingkat: BPD). Dalam pemerintah daerah Kabupaten/Kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Ketentuan tersebut dipertegas pada Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa. Tetapi ketentuan demikian tidak berlaku lagi setelah berlakunya UU Desa yang baru, yaitu UU Nomor 6 Tahun 2014. Timbul pertanyaan, bagaimana kedudukan BPD berdasarkan UU Desa yang baru? Permasalahan inilah yang akan dikaji dalam tulisan ini. 1.2 TUJUAN Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan BPD dalam Penyelenggaraan Pemerintahaan Desa ditinjau dari Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulian ini adalah metode penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum yang berdasarkan kaidah atau norma dalam peraturan perundang-undangan. 2 Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (statute aprroach) dan pendekatan konseptual (conceptual aprroach) 3 bahan hukum yang digunakan berupa bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundangundangan dan bahan hukum sekunder terdiri dari buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum, karya tulis atau pandangan para ahli yang telah masuk ke dalam media massa, kamus dan ensiklopedia hukum serta internet. 2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2 Amirrudin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta,hlm.118. 3 Peter Mahmud Marzuki, 2013, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 136, 177. 2

Badan Perwakilan Desa (BPD) mempunyai peranan dan fungsi yang sangat penting dalam sistem pemerintahan desa setelah berlakunya UU Desa. Menurut Pasal 1 angka 4 Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis. Selanjutnya, dalam Penjelasan Umum Angka 6 UU Desa dijelaskan bahwa BPD merupakan badan permusyawaratan di tingkat Desa yang turut membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa. BPD dan atau Pemerintah Desa memfasilitasi penyelenggaraan Musyawarah Desa yang diselenggarakan dalam upaya meningkatkan kinerja kelembagaan di tingkat Desa, memperkuat kebersamaan, serta meningkatkan partisipasi dan peberdayaan masyarakat. Musyawarah Desa ini sendiri adalah forum musyawarah antara BPD, Pemerintah Desa dan unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh BPD untuk memusyawarahkan dan menyepakati hal-hal yang bersifat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Dilihat dari pengertian BPD di atas, maka menjadi jelas bahwa BPD adalah lembaga perwakilan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa. Pengisian keanggotaan BBD dilakukan secara demokratis berdasarkan keterwakilan wilayah. Jumlah anggota BPD bervariasi, yaitu miminal 5 orang dan maksimal 9 orang yang peresmiannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Secara organisatoris, BPD dipimpin oleh seorang Ketua, Wakil Ketua, dan Sekretaris. Pimpinan BPD ini dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa secara langsung dalam rapat Badan Permusyawaratan Desa yang diadakan secara khusus. Dalam rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertamakali itu, dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Fungsi-fungsi BPD meliputi: (a) fungsi legislasi, yaitu bersama-sama Kepala Desa membahas dan menyepakati Rancangan Peratura Desa; (b) fungsi penyalur aspirasi, yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan (c) fungsi pengawasan, yaitu melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa. Fungsi-fungsi tersebut diatur dalam Pasal 55 UU Desa. Agar BPD dapat melaksanakan fungsi-fungsi di atas, BPD mempunyai seperangkat hak-hak, seperti yang ditentukan dalam Pasal 61, yaitu: 3

(a) mengawasi dan meminta keterangan tentang penyelenggaraan Pemerintahan Desa kepada Pemerintah Desa; (b) menyatakan pendapat atas penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa; dan (c) Mendapat biaya operasional pelaksanaan tugas dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. BPD mempunyai peranan yang erat kaitannya dengan tugas-tugas Kepala Desa sebagai penyelenggara Pemerintahan Desa. Sebagaimana diketahui, berdasarkan Pasal 23 jo Pasal 25 UU Desa, penyelenggaraan pemerintahan desa dilakukan oleh Pemerintah Desa, yaitu Kepala Desa dibantu oleh perangkat desa. Berdasarkan Pasal 48, yang dimaksud perangkat desa adalah: (a) Sekretaris Desa; (b) pelaksana kewilayahan dan (c) pelaksana teknis. Keterkaitan peran BPD dan Kepala Desa dapat dilihat dari beberapa peranan keduanya yang bersifat sinergitas, yaitu: a. Dalam hal pembentukan peraturan desa. Pasal 1 angka 7 UU Desa menyatakan bahwa Peraturan Desa adalah peraturan perundang- undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa setelah dibahas dan disepakati bersama Badan Permusyawaratan Desa b. Dalam hal perubahan status desa menjadi kelurahan, Desa dalam Pasal 11 ayat (1) ditentukan bahwa perubahan status dari desa menjadi kelurahan dilakukan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa melalui Musyawarah Desa dan pendapat masyarakat Desa. c. Dalam hal pelaporan penyelenggaraan pemerintahan desa. Pasal 27 huruf c UU Desa menentukan bahw dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajiban,kepala Desa wajib memberikan laporan keterangan penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun anggaran. d. Dalam hal berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. Pasal 32 ayat (1) UU Desa menyatakan: bahwa BPD memberitahukan kepada Kepala Desa mengenai akan berakhirnya masa jabatan Kepala Desa secara tertulis 6 (enam) bulan sebelum masa jabatannya berakhir. e. Dalam hal pengajuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Pasal 73 ayat (2) UU Desa menentukan bahwa dalam pengajuan Rancangan Anggaran 4

Pendapatan dan Belanja Desa diajukan oleh Kepala Desa wajib dimusyawarahkan bersama BPD. Dari uraian di atas, kini menjadi jelas bahwa BPD mempunyai kedudukan yang sejajar dengan Kepala Desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. UU Desa tidak memisahkan Kedudukan BPD dan Kepala Desa pada suatu hierarki. Ini artinya, keduanya memang memiliki kedudukan yang sama, namun dengan fungsi yang berbeda. Fakta yuridis di atas juga dijelaskan dalam Penjelasan Umum Point 5 UU Desa yang menyebutkan bahwa UU Desa mengatur keberadaan kelembagaan desa, yaitu lembaga pemerintahan desa yang terdiri atas pemerintah desa, BPD, Lembaga Kemasyarakatan Desa dan lembaga adat. Dalam penjelasan umum UU Desa juga dijelaskan bahwa Kepala Desa mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat, sedangkan BPD mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama kepala desa. Karena kedudukan Kepala Desa dan BPD sama-sama penting dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, maka Penjelasan Umum UU Desa juga mengingatkan bahwa BPD dan Kepala Desa haruslah mempunyai visi dan misi yang sama sehingga BPD sebagai lembaga perwakilan masyarakat desa tidak dapat menjatuhkan Kepala Desa yang dipilih secara demokratis oleh masyarakat desa. III. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas akhirnya dapat disimpulkan bahwa dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa, kedudukan BPD sama atau sejajar dengan Kepala Desa selaku pemerintah desa. Kepala Desa mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai pemimpin masyarakat, sedangkan BPD mempunyai fungsi penting dalam menyiapkan kebijakan pemerintahan desa bersama kepala desa. Kepala Desa dan BPD tidak berada dalam kedudukan yang hirakhis, dan tidak dapat saling menjatuhkan tetapi keduanya mempunyai hubungan yang bersifat sinergitas dan saling memerlukan dalam beberapa aspek penyelenggaraan pemerintahan desa.. 5

DAFTAR PUSTAKA Buku: Amirrudin dan Zainal Asikin, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta. Peter Mahmud Marzuki, 2013, Media Group, Jakarta. Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana Prenada Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Balai Pustaka, Edisi Kedua, Cet. VII, Jakarta. Peraturan Perundang-Undangan: Undang-Undang No.6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesi Thun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembran Negara Republik Indonesia Nomor 5495). 6