KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sebuah penelitian memerlukan metode sebagai pedoman untuk memandu peneliti

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan tindak tutur (speech act) dalam wacana pertuturan telah banyak

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

PENDAHULUAN. memegang peranan yang sangat penting dalam ilmu pengetahuan dan berbagai. Partai politik dalam pemilihan umum (pemilu) melakukan kampanye

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

TINDAK TUTUR PENGAWAS DALAM KEGIATAN SUPERVISI AKADEMIK PADA GURU SMA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kekuasaan. Bahasa-bahasa para politisi tersebut yang. pesan yang disampaikan dapat sampai pada sasaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

PENERAPAN MAKSIM TUTUR DALAM TINDAK TUTUR CERAMAH PENGAJIAN RUTIN HARI MINGGU MALAM SENIN DI MASJID BAITURROHMAN BULAN JANUARI JUNI TAHUN 2014

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK Dr.H.Muhammad Sukri,M.Hum., dan Siti Maryam, M.Pd. FKIP Universitas Mataram sukrimuhammad75@gmail.com Abstrak Masalah logis yang dikaji dalam paper ini adalah kesantunan berbahasa dalam sidang DPRD Lombok Barat masa sidang III tahun 2014 yang sekaligus merupakan subjek dan sumber data dalam kajian ini. Tujuan penelitian yang dilakukan ini untuk mendeskripsikan (2) prinsi p kesantunan yang digunakan dalam sidang. Adapun teori kebahasaan yang digunakan dalam mencermati fenomena penggunaan bahasa oleh DPRD yakni kesantunan berbahasa oleh Grice dan Leech. Pengumpulan data dilakukan melalui metode observasi dengan teknik rekam yang selanjutnya ditranskripsikan dengan pencatatan, Berdasarkan penganalisisan, dapat disimpulkan bahwa pematuhan maksim kemurahan terdapat pada data tindak tutur representatif yang bermakna melaporkan; pematuhan maksim kerendahan hati terdapat pada data tindak tutur representatif yang bermakna melaporkan; pematuhan maksim cara pada tindak tutur direktif yang bermakna memohon izin; dan pematuhan maksim kebijaksanaan dengan tindak tutur direktif bermakna perintah. Kata kunci : tindak tutur, prinsip kesantunan, DPRD I. Pendahuluan Bahasa sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi mempunyai tata cara atau aturan yang harus ditaati sesuai dengan norma norma yang hidup dalam masyarakat tempat berkembangnya suatu bahasa. Berkomunikasi sebagai bentuk penggunaan bahasa secara lisan dapat dilakukan dalam bebrbagai kegiatan di antaranya kegiatan berkomunikasi dalam proses belajar-mengajar, debat, musyawarah, seminar dan sidang. Dalam sidang, bahasa yang digunakan adalah bahasa lisan yang kadang disertai kinesik atau gerak-gerak tubuh. Ditilik dari tempat dan situasi pertuturan dalam persidangan dapat dikategorikan sebagai penggunaan bahasa ragam bahasa resmi. Dalam sebuah proses persidangan bahasa difungsikan di antaranya untuk menyampaikan pendapat, memutuskan, menjelaskan, larangan, penolakan, membujuk, berjanji, perintah, dan permintaan (bandingkan Cummings, 2007: 207). Sebagaimana fungsi referensial dan fungsi afektif bahasa. Fungsi referensial adalah fungsi bahasa yang berkaitan dengan bagaimana cara kita mempresentasikan cara berpikir,menyampaikan ide dan suatu objek yang ada di lingkungan sekitar kita sedangkan fungsi afektif bahasa berkaitan dengan siapa yang boleh/berhak mengatakan apa, di mana ini erat kaitannya dengan kekuasaan dan status sosial (Linda dan Shan, 2007:14). Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai salah satu komunitas pengguna bahasa dalam konteks lembaga formal negara dituntut dapat menggunakan bahasa dengan baik, benar (sesuai dengan konteksnya) dan menjunjung nilai kesantunan dalam berkomunikasi. Namun penggunaan bahasa Indonesia dalam ranah pemerintahan saat ini sangat memprihatinkan, tercermin dari para elit politik yang sedang duduk di kursi amanat rakyat baik yang di daerah maupun yang ada di pusat 188

sering melanggar aturan atau prinsip dalam berkomunikasi di dalam melakukan sidang. Sebagaimana akhir - akhir ini di media elektronik seperti televisi ditayangkan kasus perdebatan Gubernur DKI dengan DPRD DKI dalam membahas anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) tahun 2015. Fenomena kesantunan berbahasa yang terjadi di parlemen memotivasi penulis untuk mengkaji tindak tutur sidang DPRD yang ada di pulau seribu masjid sebagai salah satu kajian berdasarkan teori tindak tutur sebagai pisau bedah untuk menjawab rumusan masalah Prinsip kesantunan apa yang paling dominan digunakan dalam sidang DPRD Lombok Barat? II. Landasan Teori Dan Metode 2.1 Landasar Teori. Kesantunan berbahasa dalam kamus besara bahasa Indonesia (selanjutnya disingkat KBBI ) edisi ketiga (1990) menyatakan kesantunan adalah kehalusan dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya). Menurut Wardhaugh (via Sosiowati, 2013:23) berpendapat bahwa kesantunan berbahasa adalah perilaku berbahasa yang memperhitungkan solidaritas, kekuasaan, keakraban, status hubungan antarpartisipan, dan penghargaan. Kesantunan berbahasa merupakan salah satu kajian dari ilmu pragmatik yaitu ilmu yang memepelajari penggunaan bahasa yang berhubungan dengan konteksnya. Dalam penelitian ini akan mengkaji salah satu dari teori kesantunan yang digunakan dalam situasi sidang DPRD Lombok Barat dengan mengacu pada teori tindak tutur,fungsi tuturan, bentuk dan strategi yang digunakan dalam kegiatan pertuturan. Brown dan Levinson (1983 ) selaras dengan kerangka teori Grice (Eelen, 2001:4) menyatakan bahwasanya bersikap santun itu adalah bersikap peduli pada wajah atau muka, baik milik penutur, maupun milik mitra tutur. Wajah, dalam hal, ini bukan dalam arti rupa fisik, namun wajah dalam artian public image, atau mungkin padanan kata yang tepat adalah harga diri dalam pandangan masyarakat (via Chaer, 2010:49). Leech (1983 ) menempatkan teori kesantunan dalam kerangka retorika interpersonal yaitu keterlibatan peserta pertuturan dalam usaha untuk menjamin bahwa ujaran berperilaku yang baik dalam istilah istilah dan interpesonal misalnya sesuai dengan kesantunan kontekstual, bersifat kooperatif (Eelen, 2001:8) dan hal yang berkaitan dengan prinsip kesantunan yang dijabarkan menjadi enam maksim yaitu (1) kebijaksanaan ( Tact), (2) penerimaan ( generosity), (3) Kemurahan (Approbation), (4) kerendahan hati ( Modesty), (5) kesetujuan (Agreement), (6) kesimpatian (Sympaty) (Chaer, 2010:56). Dalam kajian ini akan digunakan salah satu teori kesantunan yang dikemukakan oleh Grice dengan tujuan untuk mengetahui pematuhan maupun pelanggaran terhadap kesantunan berbahasa.di samping itu digunakan juga teori kesantunan yang relevan yakni teori kesantunan yang dikemukakan oleh Leech. Penggunaan kedua teori kedua linguis didasarkan pada pendapat (Leech (198 3) via Sosiowati,2013:26) bahwa kesantunan tidak saja dimanifestasikan melalui isi percakapan tetapi dimanifestasikan juga melalui bagaimana suatu percakapan dilakukan dan diatur oleh peserta tutur. Misalnya menyela percakapan atau berbicara pada waktu yang salah dianggap perilaku tidak santun, atau diam saja dalam suatu percakapan juga dianggap tidak santun. Topik percakapan juga patut untuk dipertimbangkan karena menurut Leech (198 3), penutur lebih suka berbicara mengenai topik yang menyenangkan dibandingkan dengan topik yang tidak menyenangkan. 189

2.2 Metode Kajian Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tuturan yang diujarkan oleh anggota sidang selama sidang berlangsung. Data data berbentuk deskripsi, narasi, kata kata yang bersumber dari rekaman dan relevan dengan peristiwa linguistik yaitu berkaitan dengan kesantunan berbahasa. Sehingga data yang didapatkan tersebut dapat digunakan peneliti untuk dibahas secara mendalam dan mendapatkan gambaran riil mengenai implementasi kesantunan berbahasa dalam bersidang.teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara observasi non-berpartisipasi dan teknik dokumentasi untuk memperoleh data penelitian (lihat Sugiyono (2009). Data penelitian ini dianalisis secara induktif terhadap data tertulis yang akan dilakukan dengan menggunakan teori kebahasaan yang berkaitan dengan kesantunan berbahasa, tindak tutur dengan kajian etnografi komunikasi. Pembahasan dari analisis yang dilakukan ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif terhadap tuturan anggota sidang DPRD. Tahapan analisis dalam kajian etnografi berjalan bersamaan dengan pengumpulan data sehingga memungkinkan peneliti untuk kembali ke lapangan untuk mengumpulkan data, sekaligus melengkapi analisisnya yang dirasa masih kurang sampai analisis dan data yang mendukung cukup. Penyajian hasil analisis bersifat deskriptif sehingga hasil perian tersebut merupakan cuplikan suatu fenomena bahasa yang sejatinya. III. Pembahasan 4.2 Penggunaan Prinsip kesantunan dalam sidang DPRD LOBAR Pada bagian berikut diuraikan prinsip kesantunan yang digunakan dalam sidang DPRD LOBAR. Pertuturan yang terjadi dalam sidang dengan bentuk TT yang berbeda memiliki makna yang berbeda, tetapi dapat pula memiliki makna yang sama dengan pematuhan atau pelanggaran prinsip kesantunan seperti realisasi data tuturan berikut. 4.2.1 Kesantunan Pragmatik Tindak Tutur Representatif Bermakna Melaporkan Pada bagian berikut diuraikan kesantunan TTR yang dituturkan oleh Pimpinan sidang kepada peserta sidang. Pertuturan yang terjadi dalam sidang dengan bentuk TTR dijadikan data temuan dalam penelitian yang berkaitan dengan kesantunan. Penggunaan penanda kesantunan yang terhormat dan saudara sebagai penentu kesantuan representatif yang dituturkan pimpinan sebelum memulai sidang. Sebagai ilustrasi disuguhkan tuturan yang disampaikan pimpinan berikut ini. 1. Pimpinan : Dari Pandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan tadi, kiranya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh masing-masing juru bicara Fraksi-Fraksi Dewan, maka kami mohon kesediaan dari pihak Eksekutif untuk memberikan penjelasan dalam bentuk Jawaban Kepala Daerah atas Pandangan Umum Fraksi-Fraksi Dewan dalam Rapat Paripurna Dewan. Tuturan (1) di atas diungkapkan oleh pimpinan sidang ketika juru bicara (jubir) dari setiap fraksi telah membacakan pandangan mengenai RAPBD 2015 yang didalamnya terdapat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh badan Eksekutif.Tuturan ini berbentuk deklaratif yang menyatakan makna pragmatik imperatif 190

permohonan dan masih tergolong santun, teridentifikasi dari penggunaan penanda kesantunan mohon (lihat maksim kerendahan hati (Modesty Maxim) Leech, 1983). 4.2.2 Kesantunan pragmatik Tindak Tutur Derektif Bermakna Memohon Dalam kegiatan sidang khususnya sesi tanya-jawab tentu banyak melibatkan tuturan yang berfungsi meminta izin terkait suatu pernyataan. Pernyataan-pernyataan tersebut diungkapkan oleh pimpinan dan peserta sidang. Pelibatan penggunaan kesantunan pragmatik bentuk direktif yang menyatakan makna memohon dengan mengungkapkan fungsi ilokusi meminta. Penggunaan penanda kesantuan Interupsi yang dituturkan penutur (peserta sidang) dalam sidang ketika ingin diberikan izin untuk berbicara. Beberapa data tuturan dimaksud diantaranya sebagai berikut. 1 Interupsi 1 Interupsi ketua! (H. Yakti Fraksi Golkar) 2 Pimpinan Silahkan 3 Interupsi 2 Izin Pak Ketua... Jadi disini saya sebagai..dst (H. Ahmad Zaenuri ) Tuturan di atas dituturkan oleh peserta sidang ketika meminta izin untuk berbicara mengungkapkan pandangan dan pendapatnya. Faktanya dalam realisasinya jika pimpinan tidak memberikan izin penutur tidak akan mengungkapkan pandangannya sehingga penutur dapat dikatakan sebagai orang yang santun dan menaati maksim cara sebagimana dikemukakan oleh Grice. 4.2.3 Kesantunan pragmatik Tindak Tutur Direktif Bermakna Perintah Dalam proses menyimak,ditemukan juga beberapa tuturan sidang yang dikategorikan dalam tuturan yang bermakna perintah sekaligus memberikan izin. Beberapa tuturan berikut dapat dicermati sebagai informasi TTD bermakna perintah. 1 Pimpinan Silahkan! (TTD memberikan izin) 2 Pimpinan Baiklah, eee kami persilahkan kepada perwakilan juru bicara eee..partai 3 Pimpinan Silahkan pak Ahmad! Tuturan di atas mengindikasikan bentuk tuturan direktif dengan makna pragmatik persilaan sebagai penanda pemberian izin sekaligus sebagai perinatah untuk melakukan tuturan. Jika ditelaah dari prinsip kesantunan leech (1993), maka tuturan tersebut memenuhi maksim kebijaksanaan yang menggariskan bahwa setiap peserta pertuturan harus meminimalkan kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan orang lain. IV. Simpulan Dan Saran 4.1 Simpulan Penggunaan prinsip kesantunan yang paling dominan dalam sidang DPRD dapat diidentifikasi dari analisis penaatan dan pelanggarankan maksim kesantunan. Data tuturan yang ditemukan menaati atau mematuhi ke 4 maksim kesantunan dalam sidang DPRD LOBAR adalah: 1) pematuhan maksim kemurahan terdapat pada data tindak tutur representatif yang bermakna melaporkan; 2) pematuhan maksim kerendahan hati terdapat pada data tindak tutur representatif yang bermakna melaporkan; 3) pematuhan 191

maksim cara pada tindak tutur direktif yang bermakna memohon izin; dan 4) pematuhan maksim kebijaksanaan dengan tindak tutur direktif bermakna perintah. 4.2 Saran Berdasarkan temuan kajian ini, maka penelitian lanjutan yang direlevansikan dengan pembelajaran bahasa utamanya keterampilan berbicara di sekolah menengah atas berdasarkan pendekatan pragmatik. Saran ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa lulusan SMA atau S-1 (terutama di daerah) mendominasi jumlah anggota dewan di parlemen. Dengan demikian, ketika mereka terpilih menjadi anggota dewan, diharapkan dapat berbahasa sebagaimana hajatan TTT terlebih khusus kesantunan berbahasa. Daftar Pustaka Chaer, A. 2010. Kesantunan Berbahasa. Bandung: Rineka Cipta. Cummings, Louise. 2007. Pragmatik sebuah Perspektif Multidispliner (penerjemah: Eti Setiawati, dkk)-diterjemahkan dari Judul Asli Pragmatics, A Multidisciplinary Perspective (Oxford University Press Inc, New York, 1999). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Eelen,Gino.2001.Kritik Teori Kesantunan.Terjemahan.Surabaya.Airlangga University Press. Leech, Geoffry. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. (Terjemahan) M. D. D. Oka. Jakarta: Universitas Indonesia. Levinson, S.C. 1983. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. Sosiowati. 2013. Pelanggaran Pola Gilir dalam Percakapan Politik (makalah). Universitas Udayana. Sugiyono. 2009 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumarsono. 2010. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Thomas, Linda & Shan Wareing. 2007. Bahasa, Masyarakat, dan Kekuasaan.Yogyakarta :Pustaka Pelajar 192