20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar dari F-Tabel pada taraf α=5 %, yaitu 2,71. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 28 dan 45 HST, pemberian perlakuan pupuk Phospor berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman jagung. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) yaitu: untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman. Pada dua umur tanaman ini, terlihat bahwa pada dosis pupuk P 100 kg/ha memberikan nilai tinggi tanaman yang lebih baik yaitu pada umur tanaman 28 HST sebesar 41,03 cm dan umur 45 HST sebesar 116,88 cm. Hal ini dijelaskan pada Tabel 2 dan pada Gambar 1. Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Jagung Hibrida Perlakuan (kg/ha) Rataan Tinggi Tanaman (cm) 14 HST 28 HST 45 HST 0 21,41 31,34 * a 77,19 * a 50 24,00 38,19 b 105,38 b 75 25,75 39,06 b 109,31 b 100 28,41 41,03 b 116,88 c 125 24,13 37,53 b 111,00 b BNT 5% 4,11 9,28 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap tinggi tanaman jagung.
21 Tinggi Tanaman (cm) 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 14 HST 28 HST 45 HST 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman jagung hibrida (cm) selama pengamatan 2.Panjang Daun Tanaman Hasil analisis sidik ragam panjang daun tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar dari F-Tabel pada taraf α=5 %, yaitu 2,71. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 28 dan 45 HST, pemberian perlakuan pupuk Phospor berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang daun tanaman jagung. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) yaitu: untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan panjang daun tanaman. Pada dua umur tanaman ini, terlihat bahwa dosis pupuk P 100 kg/ha memberikan nilai daun terpanjang yang lebih baik yaitu pada umur tanaman 28 HST sebesar 31,34 cm dan umur 45 HST sebesar 74,09 cm. Hal ini dijelaskan pada Tabel 3 dan pada Gambar 2.
22 Perlakuan (kg/ha) 0 50 75 100 125 BNT 5% Tabel 3. Rata-rata Panjang Daun Jagung Hibrida Rataan Panjang Daun (cm) 14 HST 28 HST 45 HST 17,49 tn 26,16 * a 64,66 * a 20,19 27,56 a 72,56 b 20,34 28,66 a 69,16 a 22,09 31,34 b 74,09 b 18,97 28,44 a 64,72 a 3,07 7,21 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyataa pada taraf uji 5% terhadap panjang daun tanaman jagung. Panjang Daun (cm) 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 Perlakuan 14 HST 28 HST 45 HST Gambar 2. Rata-rata pertumbuhan panjang daun jagung hibrida (cm) selama pengamatan 3.Jumlah Daun Tanaman Hasil analisis sidik ragam jumlah daun tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar dari F-Tabel pada taraf
23 α=5 %, yaitu 2,71. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 28 dan 45 HST, pemberian perlakuan pupuk Phospor berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun tanaman jagung. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) yaitu: untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah daun tanaman jagung. Pada dua umur tanaman ini, terlihat bahwa dosis pupuk P 100 kg/ha memberikan nilai daun terpanjang yang lebih baik yaitu pada umur tanaman 28 HST sebesar 7,63 helai dan umur 45 HST sebesar 9,94 helai. Hal ini dijelaskan pada Tabel 4 dan pada Gambar 3. Perlakuan (kg/ha) Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Jagung Hibrida Rataan Jumlah Daun 14 HST 28 HST 45 HST 0 4,50 tn 5,5 ** a 8,50 * a 50 4,19 5,88 b 9,00 a 75 4,31 6,31 c 9,31 b 100 4,56 7,63 d 9,94 c 125 4,31 6,31 c 8,94 a BNT 5% 0,31 0,70 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% terhadap jumlah daun tanaman jagung. BNT 5 % = 0,380. Kk (%) = 6,28
24 Jumlah Daun (Helai) 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 14 HST 28 HST 45 HST Perlakuan Gambar 3. Rata-rata pertumbuhan jumlah daun jagung hibrida (helai) selama pengamatan. 4.Diameter Batang Hasil analisis sidik ragam diameter batang tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar dari F-Tabel pada taraf α=5 %, yaitu 2,,71. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat tanaman berumur 28 dan 45 HST, pemberian perlakuan pupuk Phospor berpengaruh nyata terhadap diameter batang tanaman jagung. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam tersebut, maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata Terkecil) yaitu: untuk mengetahui perbedaan masing-masing perlakuan terhadap pertumbuhan diameter batang tanaman jagung. Pada dua umur tanaman ini, terlihatt bahwa dosis pupuk P 100 kg/ha memberikan nilai daun terpanjang yang lebih baik yaitu pada umur tanaman 28 HST sebesar 7,63 cm dan umur 45 HST sebesar 9,94 cm. Hal ini dijelaskan pada Tabel 5 dan pada Gambar 4.
25 Tabel 5. Rata-rata Diameter Batang Tanaman Jagung Hibrida Perlakuan (kg/ha) 0 50 75 100 125 BNT 5% Rataan Diameter Batang 14 HST 28 HST 45 HST 0,53 tn 0,81 * a 1,62 * a 0,55 0,83 a 1,64 a 0,52 0,86 a 1,70 a 0,57 1,01 b 1,93 b 0,55 0,86 a 1,78 a 0,12 0,18 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyataa pada taraf uji 5% terhadap lingkar batang tanaman jagung. Diameter Batang (cm) 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 P0 P1 P2 P3 P4 14 HST 28 HST 45 HST Perlakuan Gambar 3. Rata-rata diameter batang jagung hibrida (cm) selama pengamatan B. Pembahasan 1.Tinggi Tanaman Tinggi tanamann merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang sering diuji pada setiap penelitian budidaya maupun pemupukan, karenaa tinggi tanaman dapat memberikan respon yang cepat pada setiap perlakuan yang diuji cobakan. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemupukan P berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman dibandingkan kontrol (tanpa pupuk), pengaruh ini mulai
26 terlihat pada umur 28 dan 45 HST, tetapi belum berpengaruh pada umur 14 HST. Pengaruh pupuk P umur 28 dan 45 HST pada pertumbuhan tinggi tanaman jagung nampak pada setiap tingkatan perlakuan dosis pupuk P yang diberikan. Peningkatan tinggi tanaman yang mengikuti dosis pemberian pupuk P menunjukan bahwa P merupakan unsur yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman. Karena peningkatan pemberian dosis pupuk P menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi P tersedia dalam tanah sehingga tanaman menjadi lebih muda menyerap P dari dalam tanah untuk mendukung pertumbuhannya. Hasil Penelitian ini sejalan penelitian Penelitian Arifin dkk (2009) tentang peran pemupukan fosfor dalam pertumbuhan tanaman jagung di tanah regosol dan latosol di Provinsi Sulawesi Selatan yang menyimpulkan bahwa pemupukan P secara nyata meningkatkan tinggi tanaman dan berat kering tanaman jagung. Tanaman jagung memberikan respon positif terhadap pemberian pupuk P dengan gradasi konsentrasi tetapi jika jumlah pupuk P diberikan di atas titik optimum maka terlihat adanya kecenderungan peningkatan biomassa yang sangat rendah atau bahkan menurun. Kasno dkk (2006) tentang Pengaruh Pemupukan Fosfat Terhadap Produktivitas Tanah Inceptisol Dan Ultisol menyimpulkan bahwa pemupukan P terlihat dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun per tanaman. Pupuk P optimum untuk tanah inceptisol dan ultisols 20-40 kg P/ha. Peningkatan dosis pupuk P dari 20 menjadi 80 kg/ha tidak meningkatkan tinggi tanaman jagung. Secara teoritis penelitian ini searah dengan pendapat Havlin dkk (Arifin dkk, 2009) yang diketahui ph tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
27 jagung. ph tanah optimum untuk pertumbuhan jagung berkisar 5,5-7,0. Kondisi ph tersebut sangat berhubungan dengan ketersediaan unsur hara. Sutedjo (2010) menjelaskan bahwa, fungsi dari fosfor dalam tanaman diantaranya dapat mempercepat pertumbuhan akar semai dan dapat mempercepat serta memperkuat pertumbuhan tanaman muda menjadi tanman dewasa pada umumnya. Sebagai bahan pembentuk, fosfor terpencar-pencar dalam tubuh tanaman, semua inti mengandung fosfor dan selanjutnya sebagai senyawasenyawa fosfat di dalam citoplasma dan membran sel. Indranada (Afrida, 2009) menyatakan bahwa kebanyakan senyawa fosfor sangat rendah sekali kelarutannya, tidak seperti senyawa nitrogen yang kelarutannya cukup tinggi. Efisiensi pupuk fosfor relatif sangat rendah hanya berkisar 5 sampai 25% dari fosfor yang diberikan diserap oleh tanaman yang tumbuh pada saat pemupukan. Menurunnya serapan P tanaman jagung pada pemberian dosis tinggi boleh jadi akibat tingginya konsentrasi hara dalam larutan tanah yang melebihi ambang batas toleransi tanaman dalam metabolisme. Apabila konsentrasi ion di dalam tanah terlalu tinggi sedangkan toleransi tanaman untuk penyerapan tersebut sudah tidak mencukupi lagi maka sel dalam jaringan tanaman (terutama akar) akan pecah. Ini menyebabkan sistem perakaran pada tanaman menjadi rusak. Bila sistem perakaran rusak, maka pertumbuhan akar tanaman dan pembentukan bulu akar juga terhambat sehingga translokasi hara ke organ tanaman lain seperti daun, buah dan biji ikut terhambat (Darman, 2008).
28 2.Panjang Daun Tanaman Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian perlakuan pupuk P pada parameter panjang daun tanaman jagung hibrida umur 28 HST dan 45 HST berpengaruh nyata pada taraf α=5 % (Tabel lampiran 1). Nilai F-hitung hasil analisis sidik ragam umur 28 HST dan 45 HST menunjukan bahwa bagian panjang daun nyata dipengaruhi oleh pemberian fosfor. Terlihat bahwa dosis pupuk P 100 kg/ha lebih besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan panjang daun bila dibandingkan dengan pemberian dosis yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk P dengan dosis 100 kg/ha dapat meningkatkan panjang daun tertinggi yaitu pada umur 28 HST sebesar 31,34 cm dan 45 HST sebesar 74,09 cm. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Afrida (2009) tentang pengaruh pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan (centella asiatica (l.) urban) di dataran tinggi Cianjur, menyatakan bahwa pemupukan fosfor berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada umur 4 MST. Panjang daun terpanjang terjadi pada dosis 30 kg P 2 O 5 /ha yaitu sebesar 3,25 cm. Perlakuan pemupukan 30 kg P 2 O 5 /ha memiliki nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada peubah panjang daun. Sutardi (Afrida, 2009) melaporkan bahwa pemberian pupuk P 2 O 5 berpengaruh nyata terhadap panjang daun pada umur 2 dan 4 MST, akan tetapi setelah umur 6 sampai 16 MST tidak berpengaruh nyata. Secara teoritis menurut Rudgers dkk (Usmaniah 1985) dengan pemberian pupuk fosfor, konsentrasi fosfor dalam daun jagung meningkat selama
29 pertumbuhan tanaman, kemudian berkurang pada fase pemasakan bulir, sedangkan konsentrasi fosfor dalam bulir tidak dipengaruhi. Polakitan dkk (Nurdin 2008), melaporkan bahwa jika tanaman kahat hara P, maka gejala yang ditunjukan yaitu daun mengalami klorosis, ujung daun mengalami nekrosis, serta warna daun dan batang menjadi ungu pada bagian-bagian tanaman. Pupuk fosfor di dalam tanaman bersifat mobil sehingga jika terjadi kahat fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak mampu berproduksi secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman 0.1-0.5% lebih rendah dari kadar nitogen dan kalium (Afrida, 2009) 3.Jumlah Daun Pengukuran jumlah daun merupakan salah satu parameter agronomi untuk melihat pengaruh perlakuan pupuk. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan pupuk P berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun tanaman jagung hibrida umur 28 dan 45 HST pada taraf α=5 % (Tabel, Lampiran 1). Pengaruh pupuk P pada jumlah daun tanaman nampak pada setiap perlakuan dosis pupuk yang diberikan. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk P dengan dosis 100 kg/ha memberikan pengaruh pada jumlah daun tanaman jagung pada 28 HST sebesar 7,63 helai dan umur 45 HST sebesar 9,94 helai. Hasil penelitian sebelumnya oleh Afrida (2009) tentang pengaruh pemupukan fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) di dataran tinggi Cianjur, menyatakan bahwa pemupukan fosfor hanya berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman induk
30 pada umur 4 MST. Perlakuan 30 kg P 2 O 5 /ha memiliki jumlah daun tanaman induk terbanyak yaitu: 6,40 daun/tanaman. Perlakuan pemupukan 30 kg P 2 O 5 /ha memiliki nilai lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya pada peubah jumlah daun tanaman induk. Pertumbuhan akar akan mendorong peningkatan jumlah unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman dan digunakan untuk proses metabolisme. Unsur hara yang cukup akan menunjang pertumbuhan organ tanaman, termasuk jumlah daun tanaman induk. Secara teoritis Rudgers dkk 1978 (Usmaniah, 1985) berpendapat bahwa pemupukan fosfor yang tinggi menyebabkan terhalangnya serapan seng, sehingga translokasi unsur ini dari akar ke bagian-bagian dimana metabolisme berlangsung dalam daun terhambat. 4.Diameter Batang Hasil penelitian menunjukan bahwa umur 28 dan 45 HST pemberian pupuk P berpengaruh nyata pada diameter batang tanaman jagung hibrida (Tabel lampiran 1). Pengaruh pupuk P umur 28 dan 45 HST pada diameter batang tanaman jagung nampak pada setiap tingakatan perlakuan dosis pupuk P yang diberikan. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan pupuk P dengan dosis 100 kg/ha memberikan pengaruh pada diameter batang tanaman jagung pada 28 HST sebesar 1,01 cm dan umur 45 HST sebesar 1,93 cm. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Soplanit (2012) tentang pengaruh bokashi ela sagu pada berbagai tingkat kematangan dan pupuk sp-36 terhadap serapan P dan pertumbuhan jagung (zea mays l.) pada tanah ultisol daerah Ambon menyimpulkan bahwa Pemberian bokashi ela sagu pada tiap waktu
31 kematangan yang dikombinasikan dengan pemberian berbagai dosis pupuk SP-36 mampu meningkatkan serapan P, tinggi tanaman dan diameter batang tanaman jagung. Pemberian bokashi ela sagu pada waktu kematangan 4 minggu dengan pupuk SP-36 pada dosis 6 gr/10 kg tanah merupakan kombinasi perlakuan terbaik dalam meningkatkan meningkatkan serapan P, tinggi tanaman dan diameter batang tanaman jagung. Penelitian Saragih (2008) tentang Respon pertumbuhan dan produksi tomat terhadap pemberian pupuk phospat dan berbagai bahan organik di Medan menyimpulkan respon pertumbuhan dan produksi tomat terhadap pemberian pupuk phospat nyata meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang tetapi tidak nyata meningkatkan jumlah daun. Secara teoritis pendapat Mamonto 2005 (Nurdin 2008), melaporkan bahwa pupuk N, P, dan K sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen.