PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama daging. Daging ayam memberikan sumbangan yang cukup besar bagi terpenuhinya kebutuhan protein asal hewan secara nasional. Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) tahun 2014 bahwa jumlah produksi daging ayam pedaging nasional sebesar 1.524.907 ton meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 1.497.876 ton. Permintaan terhadap daging ayam yang tinggi mendorong produksi daging ayam dilakukan secara masal dan modern untuk dapat mengimbangi permintaan daging ayam yang terus meningkat. Dalam industri perunggasan penggunaan obat-obatan terutama antibiotik tidak dapat dihindarkan selain untuk pengobatan penyakit, juga digunakan sebagai pemacu pertumbuhan ternak (growth promotor), yang umumnya ditambahkan pada pakan sebagai aditif (Murdiati, 1997). Antibiotik yang diberikan dikenal sebagai AGP (antibiotic growth promotor) yaitu antibiotik yang diberikan dalam dosis yang sangat kecil yang bertujuan untuk mencegah penyakit dan meningkatkan pertumbuhan (Mulyantini, 2010). 1
Antibiotik adalah zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau membunuh mikroorganisme. Antibiotik harus diberikan dengan dosis yang tepat supaya dapat bekerja secara efektif. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dosis dapat mengakibatkan resistensi bakteri terhadap antibiotik itu sendiri. Selain itu residu dari antibiotik dapat terbawa dalam produk-produk unggas seperti daging dan telur yang berbahaya bagi konsumen (Mulyantini, 2010). Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengatasi dampak yang merugikan dengan mengurangi penggunaan antibiotik dalam pakan ternak. Tuntutan konsumen akan produk ternak yang sehat, aman dan terbebas dari residu berbahaya mendorong para ilmuan untuk mencari alternatif pemacu pertumbuhan yang baru dan aman. Menurut Murwani (2008) ada banyak alternatif pemacu pertumbuhan pengganti antibiotik, seperti enzim, probiotik, prebiotik dan bahan organik lain. Fuller (1992) mengemukakan bahwa probiotik didefinisikan sebagai mikrobia hidup berupa kultur tunggal atau campuran yang diberikan untuk menjaga keseimbangan mikrobia di dalam saluran pencernaan dan memperbaiki sifat dari mikrobia indigenous yang bermanfaat bagi inang. Andriani dan Soeharsono (2010) menyatakan pemberian probiotik pada ternak dapat meningkatkan pertumbuhan, memperbaiki konversi pakan dan menjaga status kesehatan. Penelitian menunjukkan berbagai spesies bakteri pembentuk spora seperti Bacillus telah digunakan sebagai probiotik untuk hewan dan 2
manusia. Isolasi dari saluran pencernaan ayam menghasilkan beberapa spesies Bacillus yang teridentifikasi diantaranya B. subtilis, B. pumilus, B. licheniformis, B. Clausii, B. megaterium, B. firmus dan spesies dari kelompok B. cereus. Bacillus subtilis merupakan strain yang menunjukkan sifat sebagai probiotik (Murwani, 2008). Bahan lain yang berpotensi sebagai pengganti antibiotik yaitu prebiotik. Menurut FAO (Food and Agriculture Organization) prebiotik didefinisikan sebagai komponen pangan yang tidak hidup (non-viable) yang memberikan keuntungan terhadap kesehatan inang melalui perubahan atau modulasi mikrobiota usus. Adapun Murwani (2008) menyatakan yang termasuk dalam prebiotik umumnya oligosakarida. Oligosakarida yang digunakan sebagai probiotik merupakan derivat dari polisakarida bukan pati, diantaranya selulosa, hemiseluosa, dan pektin. Polisakarida ini memiliki ikatan β glikosidik yang merupakan ikatan yang sangat sulit dicerna. Mannan oligosakarida atau oligomannan disebut juga MOS banyak ditemukan pada dinding sel ragi Saccharomyces cerevisiae. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian MOS dalam ransum unggas dapat mempertahankan lingkungan usus dari serangan mikrobia patogen, meningkatkan kondisi fisik usus, serta mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ternak sehingga dapat meningkatkan produktifitas ternak tanpa menggunakan antibiotik dalam ransum (Murwani, 2008). 3
Adapun yang sedang banyak diteliti yaitu sinbiotik. Sinbiotik merupakan kombinasi dari probiotik dan prebiotik yang mempunyai efek sinergis sehingga dapat meningkatkan status kesehatan saluran pencernaan, kecernaan bahan pakan, aktifitas antibakterial, kekebalan terhadap infeksi, dan performan ayam broiler (Yang et al., 2005). Karena bersifat sinergis, kombinasi probiotik dan prebiotik pada sinbiotik lebih efisien daripada efek masing-masing bahan (Fotiadis et al., 2008, Li et al., 2008). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa pemberian aditif berupa antibiotik, probiotik dan prebiotik pada ayam broiler memiliki tujuan yang sama yaitu menyehatkan saluran pencernaan agar penyerapan nutrisi terutama pada usus halus dapat berjalan dengan baik. Meskipun penelitian tentang probiotik, prebiotik dan sinbiotik telah banyak dilakukan, namun pemberian pada air minum secara bersamaan belum dilakukan. Penelitian ini akan melihat pengaruh antibiotik, Bacillus subtilis, prebiotik dan kombinasi probiotik dan prebiotik (sinbiotik) terhadap performan ayam broiler yang tercermin dari konsumsi pakan, pertambahan berat badan dan konversi pakan. Selain itu penelitian diharapkan dapat menunjukkan perbedaan pengaruh keempatnya secara bersamaan. 4
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari pemberian Bacillus subtlilis, MOS dan kombinasi keduanya terhadap performan ayam broiler yang meliputi pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan feed conversion ratio (FCR). Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu dapat menunjukkan bahwa Bacillus subtilis, prebiotik dan kombinasi keduanya dapat digunakan sebagai alternatif pengganti antibiotik yang aman. 5