BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggal yang terdiri dari beberapa tempat hunian. Rumah adalah bagian yang utuh

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

RENCANA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 2015

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

S A L I N A N PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR RENCANA KERJA ( RENJA )

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN KABUPATEN (RKPK) ACEH SELATAN TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

... Lanjutkan & Mantapkan Pembangunan Menuju Masyarakat Kabupaten Gunung Mas Yang SEJAHTERA, MANDIRI, BERDAYA SAING dan BERMARTABAT...

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANAA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SALATIGAA TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB IV TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

ANALIS L I IS S I S TR

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PENGUMUMAN Nomor : KP PKP.121.3/1048 Tanggal : 08 Mei 2014

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kab. Banyuwangi 1

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. strategi pembangunan daerah mulai dari RPJPD , RPJMD ,

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN INSPEKTORAT KABUPATEN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaaan (PPIP) dicanangkan oleh Pemerintah melalui Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2007. PPIP ini merupakan salah satu perwujudan dari beberapa program yang sesuai dan sejalan dengan Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK). Fokus yang ditekankan dalam SNPK yaitu bidang kesehatan, pendidikan, dan penyediaan kebutuhan dasar seperti infrastruktur, sanitasi, dan gender. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur terutama di wilayah perdesaan menjadi salah satu program prioritas dalam penanggulangan kemiskinan di desa tertinggal. Salah satu dari rencana berskala besar program infrastruktur perdesaan yang dilaksanakan oleh Kementrian Pekerjaan Umum sesuai dengan SNPK adalah PPIP. Ditjen Cipta Karya (2008) menetapkan bahwa PPIP memiliki 2 (dua) tujuan yaitu tujuan jangka panjang dan tujuan jangka menengah. Tujuan jangka panjang yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.. Di sisi lain, tujuan jangka menengah yaitu untuk meningkatkan akses masyarakat perdesaan terhadap infrastruktur dasar dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyediaan infrastruktur perdesaan. Selain itu, PPIP juga memiliki beberapa sasaran, yaitu: a. Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan. b. Meningkatnya kemampuan masyarakat perdesaan dalam penyelenggaraan infrastruktur perdesaan. c. Meningkatnya jumlah penanganan desa tertinggal yang sejalan dengan RPJMN 2010-2015. 1

d. Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di perdesaan. e. Terlaksananya penyelenggaraan pembangunan infrastruktur perdesaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Komponen PPIP yaitu peningkatan infrastruktur pendukung aksesibilitas berupa jalan dan jembatan, peningkatan infrastruktur pendukung produksi pangan berupa irigasi pertanian, dan peningkatan infrastruktur pendukung pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat berupa penyediaan air minum, dan sanitasi perdesaan. Di samping itu, program ini juga dapat memperlancar aliran investasi, produksi, dan distribusi untuk mencipatakan keterkaitan ekonomi antar desa. Hingga tahun 2012, PPIP telah dilaksanakan oleh sekitar 20.000 desa di Indonesia dengan dana bantuan sebesar Rp 250.000.000 per desa. Pada tahun 2012 saja, PPIP telah menangani sekitar 7.400 desa di 32 provinsi. Dari jumlah tersebut, 2.400 desa merupakan lanjutan program pada tahun 2011 sedangkan sisanya dibiayai melalui APBN dan APBN-P tahun 2012 (Kementrian Pekerjaan Umum, 2012). Dalam penyelenggaraannya, Pemerintah mensosialisasikan program tersebut ke desa-desa sasaran. Di samping itu, dilakukan pula pendampingan dari fasilitator terlatih dan diberikan pedoman baik teknis maupun pelaksanaan PPIP. Dalam hal ini, Pemerintah bertugas melakukan monitoring, pembinaan, dan mengevaluasi pelaksanaan. Bahkan dana yang diberikan kepada desa sasaran merupakan hak masyarakat sepenuhnya untuk membelanjakan dan mewujudkan infrastruktur yang mereka butuhkan. Jawa Timur merupakan penyumbang jumlah desa terbanyak dalam PPIP yaitu sekitar 521 desa yang tersebar di Kabupaten Pacitan, Trenggalek, Situbondo, Bondowoso, Madiun, Sampang, Bangkalan, dan Pamekasan. Kabupaten Madiun ditetapkan sebagai daerah tertinggal oleh Kementerian Pekerjaan Umum pada tahun 2011 karena hampir seluruh desa merupakan kantong kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengembangan sumber daya manusia dan 2

pertumbuhan ekonomi yang tidak maksimal yang salah satunya ditandai dengan banyaknya rumah yang tidak layak huni. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa tahapan perencanaan pembangunan nasional meliputi penyusunan rencana, penetapan rencana, implementasi rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana yang membentuk suatu siklus perencanaan. Siklus tersebut dapat digambarkan dalam gambar 1.1 di bawah ini: Penyusunan Rencana Evaluasi Pelaksanaan Rencana Penetapan Rencana Implementasi Rencana Gambar 1.1 Siklus Perencanaan Sumber: Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dengan modifikasi Siklus tersebut menjelaskan bahwa setelah penyusunan dan penetapan rencana, tahap selanjutnya adalah implementasi rencana. Tahapan implementasi rencana merupakan proses perwujudan tujuan dan sasaran kebijakan atau program yang telah ditetapkan (Pontoh & Kustiawan, 2008). Perlu dilakukan penilaian implementasi rencana yang dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang selanjutnya disebut sebagai evaluasi. Evaluasi berfungsi untuk menganalisa 3

dampak pembangunan seperti yang dituangkan secara eksplisit oleh Bappenas berikut ini: Evaluasi ditujukan untuk menganalisa dampak pembangunan yang dilakukan oleh para pelaku pembangunan dan dinikmati oleh penerima manfaat pembangunan. (2009: 7) Selain itu, Bappenas(2009) juga menyebutkan bahwa terdapat 4 (empat) jenis evaluasi berdasarkan tujuannya yaitu evaluasi formulasi, evaluasi proses, evaluasi biaya-manfaat/efektifitas (cost-benefit), dan evaluasi dampak. Evaluasi formulasi mengkaji ketepatan metode yang digunakan dalam formulasi desain kebijakan atau program yang dilakukan pada saat penyusunan awal. Evaluasi proses menelaah kesesuaian pelaksanaan kebijakan atau program berjalan terhadap pencapaian sasaran. Di sisi lain, evaluasi cost-benefit lebih menekankan pada efektifitas kebijakan atau program untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan evaluasi dampak mendalami pengaruh atau manfaat program terhadap penerima manfaat (perorangan, rumah tangga, atau masyarakat umum). Evaluasi dampak tersebut digunakan untuk mengidentifikasi perubahan yang terjadi karena adanya PPIP. Dalam studi ini, penulis lebih menitikberatkan pada evaluasi dampak untuk mengungkapkan hasil dan dampak adanya PPIP di Kabupaten Madiun. Evaluasi dampak program ini dirasa penting untuk dilakukan karena cakupan program dan tingkat kemungkinan besar untuk menanggulangi kemiskinan. Jika selanjutnya terdapat kekurangan atau kegagalan program maka tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan masukan dan rekomendasi perbaikan dan perumusan kembali atau penyesuaian program yang akan datang. 4

1.2 RUMUSAN MASALAH STUDI PPIP merupakan program penanggulangan kemiskinan yang memiliki potensi dalam mengurangi kemiskinan di daerah perdesaan. Namun dalam perkembangannya, PPIP masih memiliki banyak kekurangan Dari permasalahan yang diidentifikasikan di atas, maka masalah studi ini dapat dirumuskan melalui pertanyaan: 1. Bagaimana proses pelaksanaan PPIP di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan Desa Pule, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun? 2. Apasajakah dampak menengah yang ditimbulkan oleh PPIP di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan Desa Pule, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun? 3. Apasajakah rekomendasi yang dapat diberikan kepada penanggungjawab atau pelaksana program terhadap dampak yang ditimbulkan? 1.3 TUJUAN STUDI Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan studi ini dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji proses pelaksanaan PPIP di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan Desa Pule, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun 2. Untuk mengevaluasi dampak menengah PPIP didesa Kaliabu, Kecamatan Mejayan dan Desa Pule, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun. 3. Untuk merumuskan rekomendasi kepada penanggungjawab atau pelaksana terhadap dampak yang ditimbulkan. 1.4 BATASAN STUDI Studi evaluasi ini dibatasi berdasarkan ruang lingkup substansi, temporal, dan wilayah: 1. Ruang Lingkup Substansi Lingkup substansidalam studi ini yaitu menganalisis proses pelaksanaan program dan analisis dampak yang ditimbulkan. 5

2. Ruang Lingkup Temporal Lingkup temporal yang diamati dalam studi ini adalah pelaksanaan programpada tahun anggaran 2011. 3. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah studi ini yaitu Desa Pule, Kecamatan Sawahan dan Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. 1.5 MANFAAT STUDI Studi ini memiliki manfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan prakteknya. Rincian manfaat tersebut yaitu : 1. Bagi Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Agar menjadi referensi mengenai program dari Pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui PPIP. Di samping itu, dapat pula dijadikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya yang akan mengulas PPIP di Indonesia. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Madiun Studi ini dapat memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Madiun terhadap kelanjutan PPIP di masa yang akan datang. Selain itu, untuk memberikan masukan kepada lembaga terkait dalam melakukan evaluasi program. 3. Bagi masyarakat umum Agar masyarakat memahami keberhasilan program terutama pembangunan infrastruktur perdesaan tidak akan terlepas dari keikutsertaan masyaraktnya. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Studi Evaluasi PPIP ini terdiri dari delapan bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bab I memuat latar belakang, rumusan masalah studi, tujuan studi, batasan studi, manfaat studi, keaslian studi, dan sistematika penulisan. 6

2. Bab II memuat dasar teori yang berisi tentang kerangka dasar teori, konsep evaluasi, konsep kemiskinan, konsep infrastruktur,dan konsep pemberdayaan dan partisipasi masyarakat. 3. Bab III memuatmetode studi, variabel studi, teknik pemilihan responden dan informan, metode pengumpulan data, teknik analisis data, dan tahapan pelaksanaan studi. 4. Bab IV memuat gambaran umum mengenai lokasi studi dan PPIP. 5. Bab V memuat analisis pelaksanaan program, analisis dampak program yang terdiri dari dampak ekonomi dan dampak sosial, rekapitulasi dampak program, dan faktor yang mempengaruhi dampak program, serta hasil temuan dan pembelajaran. 6. Bab VI memuat kesimpulan dan rekomendasi. 1.7 KEASLIAN STUDI Beberapa hasil studi terdahulu yang relevan dengan studi ini yaitu sebagai berikut: 1. Studi Evaluasi Program Pembangunan Prasarana Pendukung Desa Tertinggal (P3DT), Studi Kasus di Kabupaten Grobogan oleh Sugito tahun 2002, dengan hasil evaluasi sebagai berikut: a. Dukungan masukan (input) terhadap pelaksanaan Program P3DT sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari terserapnya seluruh bantuan dana P3DT, kelancaran pelaksanaan program karena telah tersedianya buku pedoman, ketepatan jadwal pelaksanaan program, dan tingginya partisipasi tenaga kerja untuk melaksanakan program. b. Keluaran (output) pelaksanaan Program P3DT sangat tinggi hal ini dapat dilihat dari pembangunan infrastruktur sesuai dengan yang direncanakan melalui usulan dan aspirasi masyarakat, dan infrastruktur terbangun memiliki kualitas yang baik karena kualitas bahan material dan pemeliharaan oleh masyarakat. 7

c. Hasil (outcome) pelaksanaan program P3DT berupa tingginya manfaat kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kemampuan kelembagaan dan peran serta masyarakat dalam pembangunan. 2. Dampak Sosial Ekonomi Program Penanganan Kemiskinan Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) oleh Haryati Roebyantho, dkk pada tahun 2011, dengan hasil evaluasi sebagai berikut: a. Berdasarkan variabel input, pembentukan KUBE masih belum berintegrasi dengan konsep pemberdayaan masyarakat yaitu pembentukan KUBE atas partisipasi masyarakat. Selain itu, terbatasnya sumber daya manusia dalam pengetahuan manajemen usaha. b. Jika ditinjau dari variabel proses, proses penanganan kemiskinan belum seluruhnya dilaksanakan sesuai dengan buku panduan. c. Hasil KUBE ternyata mampu meningkatkan pendapatan anggota dan menjalin kerjasama dalam kelompok dan meningkatnya kemampuan dalam menyelesaikan masalah kesejahteraan sosial di wilayah sasaran. d. Hasil perhitungan dampak sosial ekonomi KUBE menunjukkan bahwa KUBE memberikan manfaat kepada anggota dan masyarakat. 3. Evaluasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) PT. Riau Andalan Pulp and Paper di Kabupaten Kuantan Singingi oleh Elny Yusdar pada tahun 2007 dengan hasil evaluasi sebagai berikut: Pelaksanaan Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) yang telah dilakukan PT. Riau Andalan Pulp and Paper di Kecamatan Pangean, Kecamatan Logas Tanah Darat, dan Kecamatan Benai sudah cukup baik namun belum dapat dikatakan berhasil dalam menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan karena masih kurangnya rasa tanggung jawab masyarakat penerima terhadap program yang dijalankan. Selain itu, masih kurangnya dukungan pemerintah Daerah karena kurangnya kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan perusahaan mulai dari proses perumusan hingga evaluasi. 8