kuning sebagai penerang.

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN FILOSOFIS DAN SEMIOTIK BATIK KAWUNG (Suatu Pendekatan Awal)

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. orang yang seolah baru sadar bahwa apa yang diakui negara lain itu miliknya.

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Perkembangan batik tidak hanya sampai pada pengertian dan pendapat

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

POLA DASAR MOTIF BATIK TAMAN ARUM SUNYARAGI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam bahasa Batak disebut dengan istilah gorga. Kekayaan ragam hias

Kreasi Ragam Hias Uis Barat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN MOTIF TERATAI SEBAGAI HIASAN TEPI PADA KAIN LURIK MELALUI TEKNIK BATIK LUKIS

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Kain songket adalah benda pakai yang digunakan oleh masyarakat

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Manusia sebagai makhuk sosial tidak terlepas dari komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. dianalisis dengan kajian semiotik.semiotika adalah cabang ilmu yang semula berkembang dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB I. tersebut tidak sesubur perkembangan batik pinggir kali Keberadaan batik

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. dikarenakan peneliti berusaha menguraikan makna teks dan gambar dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos. mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

BAB V PENUTUP. Fenomena batik lukis di indonesia, diawali di Yogyakarta, kemudian. merebak di Surakarta. Tahun 1970-an, Tanto Suheng merupakan seorang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

I. PENDAHULUAN. Hak kekayaan intelektual merupakan suatu hak milik hasil pemikiran yang bersifat

BAB IV ANALISA DATA. A. Makna Penanaman Anak Pohon Pisang Bagi Jenazah Orang Yang. bagaimana hendaknya manusia memperlakukan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kreasi yang mempunyai arti tersendiri, yang kadang-kadang dihubungkan dengan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik ialah seni kerajinan yang ada sejak zaman kerajaan Majapahit abad

PEMALSUAN TANDA SEBAGAI FENOMENA SEMIOTIKA BUDAYA

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BATIK INDONESIA SEBAGAI SUMBER IDE. Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana PKK FPTK UPI

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. artikel ini Adzim menjelaskan tentang agama Islam yang melakukan atau menggunakan teoriteori

Memahami Pola Pembentuk Estetika Batik Cakar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SKRIPSI. Oleh. Prana Nusa Putra C KRIYA TEKSTIL SURAKARTA

PERWUJUDAN TEKSTIL TRADISIONAL DI INDONESIA: Kajian Makna Simbolik Ragam Hias Batik yang Bernafaskan Islam pada Etnik Melayu, Sunda, Jawa dan Madura

RAGAM HIAS ULOS SADUM MANDAILING

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

Kriya Hiasan Dinding Gorga Desa Naualu. Netty Juliana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan salah satu cabang seni, yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

KAJIAN MOTIF BATIK PAGI-SORE PEKALONGAN

Transkripsi:

kuning sebagai penerang. Keterangan yang diuraikan tersebut di atas berdasarkan pandangan yang bersifat metafisis atau mistis tentang dunia, akan tetapi ucapan m e t a f i s i s b u k a n s a j a d a p a t bermakna. Namun akan benar biarpun baru, serta menjadi ilmiah kalau sudah diuji dan dites, demikian menurut pendirian Popper (dalam Bartens, 1983 : 75). Hal tersebut telah menjadi kepercayaan b a g i m a s y a r a k a t J a w a p a d a umumnya. 2. Tinjauan Semiotik pada Batik Kawung Semiotik dapat diartikan sebagai Ilmu Tanda atau Bahasa Tanda, sem ua gejala apa saja akan memberikan tanda (Sujiman Zoest, 1992 : 60). Bahkan menurut Jaspers, tanda atau simbol (chipers) yang disajikan oleh kesenian dan mitodologi dapat dimanfaatkan untuk mendekati "transendesi" (Bartens, 1983: 135). Tanda terdiri dari hubungan segitiga, yaitu : Objek - Media - Interpretasi. Pada Objek terdapat aspekaspek icon, index dan symbol, pada Media terdapat aspek-aspek quali sign, sinn sign dan legi sign, serta pada Interpretasi terdapat aspek-aspek rhema, disent dan argument. Sebagaimana dijelaskan bahwa batik klasik dapat menunjukan tanda-tanda bagi seseorang tentang statusnya. Pada batik kawung tanda tersebut berupa gambaran motif dan warna yang mengandung arti filosofis. Oleh karena itu untuk mengetahui peranan semiotik pada batik kawung perlu kiranya mengkaji berdasarkan aspekaspek yang t e r d a p a t p a d a k e t i g a hubungannya, yaitu objek, media dan interpretasi. Objek, pada batik kawung terdapat aspek symbol, yaitu sistem tanda yang mengarah kepada suatu pengertian yang terkait dalam konvensi tertentu pada waktu 7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001

itu. Symbol pada batik kawung dapat diartikan sebagai suatu wujud dari b e n t u k y a n g m e m p u n y a i m a k s u d t e r t e n t u d a l a m menyatakan hal-hal yang tidak nampak. Maksud dan tujuan dari penciptaan motif pada b a t i k k a w u n g a d a l a h d i d a s a r k a n a d a n ya " r a s a nembah" (bersujud), mendidik berbuat sabar, hatihati, teliti, tekun dan berbuat baik. M e d i a, p a d a b a t i k k a w u n g terdapat aspek quali-sign, yaitu penampilan kualitas fisik dari bentuk motif kawung dan warnanya serta bahan yang digunakan. Pengertian motif pada batik kawung didasari oleh pohon aren yang buahnya disebut "kolang-kaling", dan bunga teratai yang mempunyai b u a h b e n t u k n ya b u l a t a n lonjong sebanyak empat buah d i t a m b a h s a t u t i t i k ditengahnya sebagai pusat. Warnanya terdiri dari tiga warna, yaitu putih yang berarti kejujuran, coklat berarti sabar d a n b i r u w e d e l b e r a r t i keluhuran. Bahannya terbuat dari mori halus sebagai kain sinjangan yang dalam bahawa Jawa disebut jarit. Interpretasi, pada batik kawung terdapat aspek disent yang memberikan tanda sebagai arti kepada sesuatu yang boleh dan tidak boleh. Hal ini b e r h u b u n g a n d e n g a n pemakaian batik kawung, yaitu yang berhak mengenakannya a d a l a h p a r a a b d i d a l e m keraton yang kinasih, artinya abdi yang dekat dengan raja atau keluarga raja. Mulai abdi r e n d a h a n ( e m b a n d a n p u n a k a w a n ) s a m p a i y a n g berkedudukan tumenggung, dan dipakai dalam kegiatan tertentu 8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001

seperti upacara ritual resepsi perkawinan. dan melalui penglihatan atau pancaindera. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada batik kawung terdapat simbol-simbol atau tanda yang menunjukan kepada sesuatu yang b e r s i f a t t r a n s e n d e n. S i m b o l tersebut tidak bisa difahami s e c a r a h a r a f i a h, t e t a p i d i d a l a m n y a t e r k a n d u n g perlambangan asp ek ke tu h an an, f a l s a f a h h i d u p d a n k o n s e p keselarasan hidup. Hal tersebut merupakan keselarasan hidup yang lebih baik antara kehidupan d u n i a w i d e n g a n k e h i d u p a n dikemudian hari (akhirat). Penutup B a t i k k a wu n g m e m p u n ya i d u a keindahan, yaitu keindahan secara visual dan keindahan secara jiwa (filosofis). Keindahan visual, yaitu rasa indah yang diperoleh karena harmoni dari susunan bentuk dan warna K e i n d a h a n j i w a a t a u r a s a keindahan filosofis, yaitu rasa indah yang diperoleh karena susunan arti lambang ornamenornamen yang membuat gambaran sesuai dengan faham yang dapat dimengerti. Berdasarkan fakta sejarah dan perkembangannya yang ditinjau dan m o t i f, w a r n a, f u n g s i m a u p u n bahannya menunjukan bahwa batik kawung adalah merupakan bagian dari kebudayaan ash Indonesia (Susanto, 1973). Motif batik klasi k seperti yang t e r d a p a t p a d a b a t i k k a w u n g mengandung makna simbolik atau perlambangan yang sangat tinggi dan m e n d a l a m ( a d i l u h u n g ). H a l i n i didasarkan kepada perlambangan yang ditampilkan memberikan ajaran, bahwa segala mahluk yang ada dijagat raya ini ada yang mengaturnya atau ada yang Berkuasa. Seperti halnya 9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001

konsep kekuasaan yang terdapat pada manusia sebagai pemimpin (lchalifah) di dunia, dan juga konsep kekusaan Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu dalam kepercayaan ini manusia menemukan kemungkinan yang agung s e r t a s a d a r a k a n m a k n a kehi d up annya. (Tapanuli). Masingmasing mempunyai ciri khas dan keindahan sendiri-sendiri, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber kajian untuk pengembangannya. Berbagai hasil karya seni tekstil atau batik ya n g b ersif at k la s ik dan tradisionalindonesia dapat mencerminkan nilai-nilai budaya lokal, dan mempunyai makna filosofis. Dengan demikian keberadaannya masih merupakan salah satu benda budaya yang perlu dipertahankan dan dilestarikan. Sumber cipta tersebut dapat terwujud pada gaya, pola dan motif tekstil adat yang tersebar di daerah di Indonesia. Seperti misalnya kain s as aringan dari Kalimantan Selatan yang dibuat dengan teknik celup ikat, atau kain ulos yang dibuat dengan teknik tenun oleh masyarakat Sumatera Utara Daftar Pustaka 10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001

Daftar Pustaka. Bertens, K & A.A. Nugroho, 1983, Filsafat Barat Abad XX InggrisJerman, Gamedia, Jakarta. Djayasudarma, Fatimah T, 1983, Semantik, Pengantar ke arah Ilmu Makna, Eresco, Bandung. H a m z u r i, B a t i k K l a s i k, 1 9 8 1, Djambatan, Jakarta. J ohnston, Meda Parke r & Gle n Kauman, 1967, Design On F a b r i c s, V a n N o s t r a n d Reinhold Company, New York. Susanto, Sewan, S.K, 1973, Seni Kerajinan Batik Indonesia, BPBK, Lembaga Penelitian dan Pendidikan Industri, Depertemen Perindustrian, Yogyakarta. Sujiman, Panuti & Zoest Aart Van, 1992, Serba-serbi Semiotik, Gramedia, Jakarta. Van der Wiej, P.A. (Diterjemahkan oleh K. Bertens dan A.A. Nugroho), 1988, Filsuf-filsuf Besar Tentang Manusia, Gramedia, Jakarta. 11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa & Desain Vol.2 No.1 Maret 2001