ARAH BARU PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL: PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA SEMINAR MENYELAMATKAN EKONOMI BANGSA: PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERTANIAN RI

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PADI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Materi Pidato Pengantar Menteri Pertanian pada Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR-RI.

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS CENGKEH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KEDELAI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA DISKUSI REGULER EVALUASI POLITIK PANGAN PEMERINTAHAN SBY-KALLA. Yogyakarta, 6 Februari 2007

Kebijakan Pertanian dan Dukungan Departemen Pertanian Terhadap Implementasi Otonomi Daerah.

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS JAGUNG. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

REVITALISASI PERTANIAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Rangkuman Kebutuhan Investasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PERANAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PIDATO KUNCI MENTERI PERTANIAN. Pada PEMBUKAAN SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA DIES NATALIS KE 57 UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)

AGRIBISNIS Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

Pelaksanaan Revitalisasi Pertanian

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

Jakarta, 3 November 2008

AGRIBISNIS KAMBING - DOMBA

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAMBING-DOMBA. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PERTANIAN.

Jakarta, 10 Maret 2011

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

IV.B.13. Urusan Wajib Ketahanan Pangan

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

AGRIBISNIS BAWANG MERAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

Menteri Perindustrian Republik Indonesia NARASI PADA ACARA TEMU USAHA DALAM RANGKA PEMBERDAYAAN INDUSTRI KECIL MENENGAH DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PROSPEK AGRIBISNIS INDONESIA DAN PELUANG PERBANKAN 1 )

Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS SAPI. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI PERTANIAN RI. PADA KONFERENSI INTERNASIONAL HAK ASASI PETANI Jakarta, 21 Juni 2008

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS PISANG

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KAKAO. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN PADA PERINGATAN HARI KRIDA PERTANIAN (HKP) KE-42 TAHUN 2014 JAKARTA, 23 JUNI 2014

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN LOGO UNIVERSITAS JAMBI

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PANGAN DAN ENERGI BERBASIS PERTANIAN

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS TEBU. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN PERSUSUAN

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS KARET. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBANGUNAN DI BIDANG PERTANIAN ADALAH SUATU HAL YANG TIDAK BISA DI TAWAR-TAWAR LAGI, KARENA SEBAGIAN BESAR RAKYAT INDONESIA MENGKONSUMSI BERAS DAN

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Matrik Keterkaitan Dukungan Kelembagaan Dalam Pembangunan Pertanian

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

SAMBUTAN GUBERNUR BANK INDONESIA SOSIALISASI PROGRAM PENGENDALIAN INFLASI BI Jakarta, 25 April 2016

Transkripsi:

PIDATO MENTERI PERTANIAN RI PADA SEMINAR MENYELAMATKAN EKONOMI BANGSA: PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL DAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM UNTUK KEMANDIRIAN BANGSA JAKARTA, 17 JANUARI 2007 ARAH BARU PEMBANGUNAN SEKTOR RIIL: PERTANIAN Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Yang Saya Hormati, Saudara Ketua MPR RI, Saudara Menteri Negara BUMN, Saudara Presiden Partai keadilan Sejahtera (PKS), Para Undangan dan Hadirin sekalian peserta seminar, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur ke Hadirat Allah Subhanahu Wata ala atas segala limpahan rakhmat dan karunia-nya, pada hari ini kita masih diberikan nikmat, khususnya nikmat sehat sehingga kita dapat berkumpul pada Seminar dengan Tema: Menyelamatkan Ekonomi Bangsa: Pembangunan Sektor Riil dan Pengelolaan Sumberdaya Alam Untuk kemandirian Bangsa. Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi tingginya kepada DPP Partai Keadilan Sejahtera (DPP PKS) atas inisiatif dan prakarsanya untuk menyelenggarakan seminar ini serta mengundang saya untuk berpartisipasi dalam seminar dengan mengetengahkan tulisan dengan judul: Arah Baru Pembangunan Sektor Riil. 1

Sektor riil merupakan sektor yang menghasilkan kegiatan barang dan jasa. Adapun contoh kegiatan sektor riil antara lain : (1) Kegiatan industri tekstil; (2) Kegiatan menanam padi; (3) Kegiatan menambang minyak; (4) Kegiatan perdagangan beras; (5) Kegiatan jasa hukum; dan (6) Kegitan lainnya yang menghasilkan barang dan jasa. Berkembang tidaknya sektor riil dibutuhkan berbagai dukungan yang antara lain mencakup : (1) Dukungan dana/pembiayaan untuk kegiatan Investasi misalnya untuk pembelian mesin, lahan atau alat produksi lainnya, dan untuk kegiatan modal kerja yakni untuk memenuhi sarana produksi yang habis dalam suatu proses produksi misalnya untuk alokasi upah tenaga kerja, bahan baku dan lainnya; (2) Dukungan regulasi, yang mencakup regulasi dibidang ketenagakerjaan dan kepailitan, sistem perpajakan, investasi, kepabeanan dan regulasi lainnya untuk kepastian berusaha; (3) Kesiapan infrastruktur publik dalam rangka mendorong kegiatan produksi; dan (4) Efisiensi birokrasi misalnya perizinan investasi. Berdasarkan perkembangan perekonomian di penghujung tahun 2006, pemerintah telah mengungkapkan empat (4) sinyal positif yang dapat mendatangkan inspirasi untuk mencetuskan energi baru sebagai pendorong kebangkitan perekonomian terutama sektor riil. Keempat sinyal positif tersebut adalah: (1) Pertumbuhan ekonomi yang cukup mengesankan yaitu mencapai 5,8 %; (2) Semakin menurunnya tingkat inflasi yaitu sebesar 6,6%, yang jauh menurun dibanding tahun 2005 yang mencapai 17,11% dan juga lebih rendah dari yang ditargetkan pemerintah sendiri sebesar 8,0%; (3) Nilai tukar rupiah sempat menciptakan keseimbangan baru dengan menembus batas psikologis Rp 9.000,- per US $, yang dalam setahun terakhir menjadi benchmark perdagangan valuta asing; dan (4) Turunnya BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,25%. Angka-angka makro-ekonomi yang telah dikemukakan tersebut perlu dimanfaatkan untuk memulihkan sektor riil masyarakat. Harus kita akui bahwa perhatian berbagai pihak terhadap sektor riil termasuk di dalamnya sektor pertanian di Indonesia masih rendah. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat luas akan terkendala. Majalnya sektor riil juga telah menciptakan lambatnya upaya penurunan tingkat pengangguran dan pemberantasan kemiskinan. Dengan momentum sinyal positif perekonomian ini dapat dimanfaatkan untuk peningkatan sektor riil nasional. 2

Sektor pertanian sebagai salah satu sektor riil telah menjadi penyelamat di masa krisis ekonomi, dan telah cukup berhasil dalam menyediakan kebutuhan pangan, penciptaan lapangan kerja, peningkatan devisa negara, dan pengurangan kemiskinan di pedesaan. Data statistik menunjukkan keberhasilan dimaksud antara lain: dalam mempertahankan swasembada beras dengan tingkat pemenuhan selalu di atas 95 persen dan bahkan dalam tiga tahun terakhir kita impor beras kurang dari satu persen. Penurunan impor beberapa sumber bahan pangan seperti jagung, gula, dan peningkatan devisa melalui ekspor komoditas perkebunan khususnya minyak sawit, karet, dan kakao, serta penurunan angka kemiskinan di pedesaan. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga memiliki kontribusi tidak langsung yaitu efek pengganda (multiplier effect) berupa keterkaitan input-output antar-industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut relatif besar, sehingga sekali lagi sektor pertanian layak dijadikan sektor andalan perekonomian nasional. Oleh karena itu, salah satu prioritas pembangunan ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu adalah Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan. Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK) telah dicanangkan oleh Presiden RI pada bulan Juni tahun 2005. Secara garis besar Revitalisasi Pertanian dan Pedesaan ditujukan dalam rangka: (a) meningkatnya peran sektor pertanian dalam arti luas dalam perekonomian nasional, (b) terciptanya lapangan kerja berkualitas di pedesaan, khususnya lapangan kerja nonpertanian, dan (c) meningkatnya kesejahteraan petani, nelayan dan masyarakat pedesaan yang dicerminkan dari peningkatan pendapatan dan produktivitas pekerja di sektor pertanian. Namun demikian, kita mencatat bahwa sistem pertanian kita masih memerlukan upaya perbaikan. Dari berbagai besaran produksi dan neraca perdagangan kita telah mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan, tetapi dari sisi kesejahteraan petani kita masih harus mencari langkah-langkah terobosan agar kehidupan petani dan citra pertanian dapat diperbaiki. Saat ini, kontribusi sektor pertanian primer terhadap PDB nasional masih belum sebanding dengan jumlah tenaga kerja yang menggantungkan hidupnya dari pertanian. Sekitar separuh dari angkatan kerja kita belum mampu terserap sektor industri dan jasa, sehingga masih harus bekerja di sektor pertanian primer. Di sisi lain, dukungan terhadap sektor pertanian sangat minim. Input dan biaya distribusi serta biaya modal yang semakin mahal diperparah oleh ketidakpastian harga komoditas primer pertanian yang seringkali jatuh 3

pada saat panen, mengakibatkan kehidupan petani/peternak semakin tertinggal. Oleh karena itu, Revitalisasi Pertanian harus ditempatkan dalam kelompok prioritas utama pembangunan perekonomian nasional. Pembangunan sektor riil khususnya sektor pertanian tampaknya mengalami kemandegan, hal ini ditandai dengan beberapa hal berikut ini : (1) Jumlah tenaga kerja yang terserap baik pada disektor pertanian maupun non pertanian pada tahun 2005-2006 mengalami peningkatan sebesar 0,54 % (dari 94,95 juta orang menjadi 95,46 juta orang), namun disisi lain pengangguran terbuka juga mengalami peningkatan yang cukup drastis yaitu sebesar 10,27 % (dari 10,85 juta orang menjadi 10,93 juta orang); (2) Semakin meningkatnya proporsi pekerja setengah pengangguran dalam dua tahun terakhir yaitu dari 31,46 % (2005) menjadi 34,56 % (2006); (3) Produktivitas tenaga kerja tidak banyak mengalami perubahan, dimana kesenjangan produktivitas sektor pertanian masih 33 % dari produktivitas nasional serta 22 % dari produktivitas non pertanian; (4) Kemampuan pertumbuhan dalam penyerapan tenaga kerja dalam dua tahun terakhir (2005-2006) semakin menurun, sehingga pertumbuhan PDB belum mampu mengatasi pengangguran yang terjadi, dalam hal ini dari setiap 1 % pertumbuhan PDB kemampuan menyerap tenaga kerja (TK) menurun dari 215,74 ribu TK (2001-2004) menjadi 158,41 ribu TK (2005-2006); (5) Persentase penduduk miskin diperdesaan dan perkotaan semakin meningkat dalam dua tahun terakhir yaitu dari 15,97 % (2005) menjadi 17,75 % (2006); dan (6) Dalam dua tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional semakin meningkat yaitu dari 5,6 % (2005) menjadi 5,80 % (2006), namun disisi lain kemiskinan juga semakin meningkat. Sementara itu, sesuai dengan program revitalisasi pertanian, terdapat 3 substansi penting tentang arah pembangunan pertanian yang mencakup: (a) Arah masa depan kondisi petani; (b) Arah masa depan pelaku usaha pertanian, termasuk swasta; dan (c) Arah masa depan produk dan bisnis pertanian. Arah Masa Depan Petani berkaitan dengan: (a) Akses petani terhadap layanan dan sumberdaya produktif; (b) Perlindungan petani dalam melakukan aktivitas usaha pertanian; (c) Peningkatan kemampuan dan keberdayaan petani untuk mengembangkan aktivitas usaha pertanian yang dilakukannya; dan (d) Peningkatan pendidikan, status gizi dan ketahanan pangan petani serta kesetaraan gender yang baik. Arah Masa Depan Usaha Pertanian mencakup: (a) 4

Perlindungan dan kepastian hukum terhadap kegiatan usaha pertanian; (b) Lingkungan usaha yang mendukung usaha pertanian, terutama berbagai peraturan terkait yang dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas usaha; dan (c) Akses terhadap dukungan pembiayaan, informasi dan teknologi yang aktual dan sesuai dengan perkembangan usaha dan dinamika bisnis. Arah Masa Depan Produk dan Bisnis Pertanian mencakup: (a) Membangun ketahanan pangan masyarakat yang terkait dengan aspek-aspek: pasokan produksi, pendapatan, keterjangkauan dan kemandirian; (b) Sumber pendapatan devisa yang terkait dengan keunggulan komparatif dan kompetitif di pasar internasional; (c) Penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru yang terkait dengan peluang peningkatan usaha baru; dan (d) Pengembangan produk baru yang terkait dengan isu global dan perkembangan ke depan Tidak dipungkiri lagi bahwa proses pembangunan pertanian yang sudah berlangsung sejak lama tersebut masih menyisakan berbagai kelemahan yang menyebabkan kemajuan pertanian kita belum sesuai harapan. Sepanjang tahun 2005-2006 dan selanjutnya, kegiatan Departemen Pertanian akan diutamakan pada pemecahan masalah-masalah fundamental pembangunan pertanian. Dari berbagai kegiatan utama yang dirancang Departemen Pertanian (ada 28 buah kegiatan utama), enam kegiatan diantaranya akan dijadikan titik perhatian utama sebagai pintu masuk sekaligus menjadi prasyarat sebagai solusi permasalahan fundamental pembangunan pertanian. Ke enam kegiatan tersebut adalah: (1) Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & Gabungan Kelompok tani (Gapoktan), (2) Fasilitasi Bantuan Harga Benih kepada Petani (3) Penjaminan Kredit Pertanian, (4) Subsidi Bunga Modal Investasi, (5) Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, dan (6) Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian. Apabila upaya terobosan melalui keenam kegiatan ini tidak mampu diwujudkan, maka kegiatan-kegiatan utama lainnya akan sulit berlangsung optimal. Dari keenam kegiatan utama diatas bila dimampatkan maka terdapat 5 program program fundamental yang perlu mendapat perhatian utama yang disebut sebagai PANCA YASA, yang meliputi : (1) Pengaktifan Kelompok Tani; (2) Perbaikan kelembagaan Penyuluh; (3) Fasilitasi Pembiayaan Pertanian; (4) Perbaikan Infrastruktur Pertanian; dan (5) Pemasaran Hasil pertanian. 5

Sesuai rencana kerja Pemerintah, Kebijakan pembangunan pertanian dilaksanakan melalui tiga program utama yaitu: (1) Program Peningkatan Ketahanan Pangan; (2) Program Pengembangan Agribisnis; dan (3) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani. Pada tahun 2007, penjabaran pelaksanaan ketiga program tersebut tetap diaktualisasikan melalui 28 (dua puluh delapan) kegiatan utama yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Secara lengkap 28 kegiatan tersebut adalah : (1) Pembentukan dan Pengaktifan Kelompok Tani & Gapoktan, (2) Fasilitasi Bantuan Harga Benih kepada Petani, (3) Penjaminan Kredit Pertanian, (4) Subsidi Bunga Modal Investasi, (5) Stabilisasi/Kepastian Harga Komoditas Primer melalui DPM-LUEP, (6) Penguatan Kelembagaan Ekonomi Petani melalui PMUK & LM3, (7) Pengembangan bahan baku Bio-Energi, (8) Penyediaan dan Perbaikan Infrastruktur Pertanian, (9) Penguatan Kelembagaan Perbenihan/Perbibitan, (10) Perbaikan Mekanisme Subsidi Pupuk, (11) Pengendalian OPT, Penyakit Hewan dan Perkarantinaan, (12) Pengembangan Kegiatan Magang SL Pertanian, (13) Peningkatan Kapasitas SDM Petani & Revitalisasi Penyuluhan, (14) Pengembangan Kegiatan Pelatihan Pertanian, (15) Mekanisasi kegiatan produksi komoditas pertanian primer (pra panen), (16) Mekanisasi kegiatan pertanian pasca panen, (17) Revitalisasi UPJA dan Kelompok UPJA (KUPJA), (18) Pengembangan Agroindustri Pedesaan, (19) Pengembangan Kegiatan Pemasaran Komoditas Pertanian, (20) Pengembangan Fasilitas Pelayanan Terpadu Agribisnis, (21) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Pertanian, (22) Peningkatan Keg Eksebisi, Perlombaan & Penghargaan Pertanian, (23) Pengembangan Pusat Pembibitan Sapi, (24) Pengemb Pertanian Terpadu Tanaman-Ternak, Kompos & Biogas, (25) Pengembangan Pertanian Organik dan Lingkungan Hidup, (26) Peremajaan Tan Perkebunan Rakyat (Karet, Kopi, Sawit, Kakao, & Mete), (27) Pengembangan dan Diseminasi Innovasi Mendukung Pemb Pertanian, (28) Penerapan dan Pemantapan Prinsip Good Governance, Kebijakan dan Regulasi. Dengan memfokuskan pelaksanaan pada 28 kegiatan utama yang telah dirancang Departemen Pertanian, dan enam kegiatan diantaranya akan dijadikan titik perhatian utama sebagai pintu masuk sekaligus menjadi prasyarat sebagai solusi permasalahan fundamental pembangunan pertanian, maka pada tahun 2007 diharapkan sektor pertanian mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. 6

Disamping itu, Departemen Pertanian juga dituntut untuk dapat meningkatkan produksi padi dengan tambahan minimal 2 juta ton beras dengan berbagai upaya kegiatan yang ditempuh selama ini, dan pada akhirnya diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi pedesaan dan mengurangi kemiskinan. Perlu disadari bahwa kinerja sektor pertanian bukan semata-mata cerminan dari kinerja Departemen Pertanian, tetapi juga ditentukan oleh berbagai pihak atau instansi di luar Departemen Pertanian. Oleh karena itu, sinergi kebijakan antarpihak atau instansi sangat diperlukan untuk lebih meningkatkan kinerja kita di masa datang. Disamping itu, momen sinyal positif dari perekonomian nasional tersebut juga harus dimanfaatkan sebagai penggerak sektor riil pertanian nasional. Berpijak dari arah serta strategi kebijakan yang telah dan sedang ditempuh dan dukungan berbagai pihak secara sinergi maka apa yang telah kita gariskan dalam Program Revitalisasi Pertanian Insya Allah akan dapat berhasil. Menteri Pertanian RI, ANTON APRIYANTONO 7